INGIN MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG YANG LEBIH TINGGI/INGIN MENDAFTAR PEKERJAN NAMUN NILAINYA BURUK/BELUM MEMENUHI STANDAR...
KAMI PUNYA SOLUSINYA 

Hubungi Admin Pelayanan Jasa kami
WhatsApp : 081240132927
WhatsApp  +682-282-981-386
GMAIL  Jasaijazahindonesia@gmail.com

*pengawal ku akan datang
*Kau dirumah? (pesan WhatsApp Hendra)
*Aku masih di kampus, baru selesai jam pertama (Aruna)
*Biar mereka menjemput mu di kampus
*Nggak usah. Aku masih harus mengikuti ujian susulan setelah ini
*Jam berapa kau akan selesai dan dimana mereka bisa menjemput mu?
*Di rumah saja. 2 jam lagi.
***
Aruna baru saja turun dari OkeCar yang mengantarnya. Ketika dia memasuki gerbang, tiga pasang mata menatap penuh selidik kemudian memberi hormat. Mata itu milik tiga laki-laki berseragam senada dilengkapi headset bluetooth tipe complete separation.
_Tunggu! Bukankah benda hitam di telinga mereka sangat familiar?_ Aruna menyadari penampilan mereka hampir mirip dengan para penguntit waktu itu.
"Nona Aruna?". Panggil salah satu dari mereka.
"Iya?". Aruna bingung.
"Oh' kami pengawal tuan Hendra". Salah satu dari 3 pria itu seolah memberi tahu bahwa mereka siap membawa Aruna.
"Ya, aku masuk dulu, sebentar".
Sesaat kemudian Aruna keluar dari rumahnya setelah meletakkan beberapa buku kuliah dan mengganti tas. Berjalan hati-hati dan mulai merasa tertekan. Aruna tampak menghembuskan nafas beberapa kali sebelum akhirnya memasuki mobil keluarga Djoyodiningrat. Bersama para pengawal Hendra yang mengiringinya.
Mobil itu berhenti pada sebuah butik. Tentu saja butik mewah dan hanya menjual brand tertentu.
"Nona silahkan pilih sesuai keinginan anda. Mas Hendra bilang sebaiknya pilih midi dress". Pria yang memiliki luka disalah satu pipinya menyampaikan permintaan Hendra dengan intonasi datar dan terlihat formal.
"Apa aku harus membelinya?". Aruna merasa dia akan didandani, disesuaikan dengan selera lelaki bermata biru.
"Ya".
Dugaan Aruna benar, para pengawal membawanya memasuki kamar di lantai eksklusif. Kamar dengan interior abu-abu, sangat luas untuk ukuran kamar hotel, dilengkapi sofa tamu minimalis. Tentu saja perempuan dengan peralatan make up telah di siapkan dalam kamar tersebut.
"Nona tugas kami cukup sampai disini. Sebentar lagi tuan Hendra akan datang menemui anda". Aruna mengangguk membalas penjelasan para pengawal Hendra.
***
"Bip bip bip".
_Ayah Lesmana mengapa menelepon ku_ Hendra segera mengangkatnya.
"Hallo ayah, ada yang bisa saya bantu?". Hendra
"Maaf aku perlu menegur mu, aku tidak suka mendengar cerita tentang putri ku yang mulai tertekan". Lesmana mendapat kabar dari istrinya, si bungsu dibawa 3 pengawal Djoyodiningrat dengan suasana hati kalut. Bundanya tidak tega, gadis kecilnya diperlukan seperti tawanan bahkan sebelum pernikahan berlangsung.
"Aku dulu sama seperti mereka, berangkat dari para pengawal keluarga mu". Lanjut ayah Lesmana.
"Tapi kami tidak pernah di perintahkan mengawal seseorang di luar keluarga Djoyodiningrat, kecuali para pembawa masalah yang memang harus di awasi".
"Cobalah mengerti, hal semacam itu menyulitkan. Apalagi untuk putri ku".
"Ya ayah, tidak akan saya ulangi".
"Jika kau ingin menemuinya, datanglah sendiri. Perlakukan putri ku dengan baik. Aku masih mengingat jelas ucapan mu, 'akan berusaha sebaik mungkin', tolong penuhi itu!".
"Ya ayah, saya minta maaf".
"Sekarang aku belum punya kewenangan penuh terhadap perilaku mu, setelah kalian menikah kakek mu memberikan hak ku, 'mengawasi mu dengan cara yang benar' ". Entah dari mana asalnya. Suara Lesmana di ujung sana berubah dari ayah yang meneduhkan menjadi seorang laki-laki yang sedang mengancam laki-laki lain.
Beberapa kali kalimat permintaan maaf terucap dari mulut pewaris Djoyodiningrat kepada calon ayah mertuanya.
***
"Sudah selesai?". Hendra buru-buru menemui Aruna setelah mendapatkan komplain dari ayah gadis itu.
Perempuan yang bertugas memberikan makeup ringan untuk wajah Aruna bergegas menyelesaikan tugasnya dan mundur. Keluar dari kamar hotel.
Aruna hanya melirik Hendra dari cermin. Gadis itu tidak tersenyum bahkan tidak berminat untuk berinteraksi dengan Hendra.
"Pasti terkejut didatangi para pengawal ku, maaf tidak akan aku ulangi. Lain kali aku yang akan menjemput mu sendiri". Hendra mencoba tersenyum agar gadis itu menanggapinya. Jadwal kerjanya sangat padat akhir-akhir ini. Rumor kemarin membuat kegiatannya berantakan dan kini berusaha di selesaikan satu persatu. Namun dia sadar tidak menyediakan waktu untuk menjemput Aruna adalah kesalahan.
"Boleh aku mendapatkan lembar perjanjian kontrak pernikahan kita?". Pertanyaan Aruna membuat Hendra tertegun sejenak. Mengapa kontrak pernikahan yang pertama kali dia ucapkan? Hendra kecewa.
Hendra berjalan menyusuri ranjangnya, membuka laci nakas. Dia mengeluarkan lembaran kertas MOU yang telah mereka tanda tangani. Dan dengan terpaksa memberikannya kepada Aruna.
Gadis itu membaca seksama, cukup lama. Sebelum akhirnya berkomentar.
"Apakah aku bisa menghapus atau bernegosiasi ulang dengan mu". Aruna baru menyadari dari 48 poin yang tertulis, hanya 3 poin yang berasal dari dirinya.
"Tidak! Tidak ada yang akan berubah, karena kita sudah sepakat dan menandatanganinya". Bagian Hendra sudah dipikirkan dengan matang sejak awal. Dan dia tidak mau Aruna menambahkan syarat di dalamnya. Sedikit angkuh, sebab sang CEO butuh cara agar bisa menaklukkan anak bungsu Lesmana.
"Ini kan cuma sebuah kesepakatan. Kenapa kita tidak membuatnya lebih mudah, toh tidak ada kekuatan hukum yang mengikat". Pinta Aruna.
"Menurut mu, apa fungsi materai dibawah coretan tanda tangan mu?!". Penjelasan Hendra membuat Aruna terbungkam.
Aruna menghembuskan nafas, sesak. Lelaki angkuh duduk di tepian ranjang abu-abu tidak jauh dari Aruna. Poin 'berciuman jika diperlukan' benar-benar ada pada kertas yang Aruna pegang. Termasuk hal membingungkan seperti 'pihak perempuan dilarang tidur sebelum pihak laki-laki tertidur pulas dan berkenan bangun secepatnya ketika pihak lelaki terbangun dari tidurnya'. Perjanjian pernikahan macam apa ini?!.
Ingatan Aruna seolah kembali pada pertemuan kedua mereka, lelaki yang menjemputnya di kampus. Sudah salah kostum masih saja berulah serta keberatan berjalan dibelakang. Dia harus memimpin di depan.
_Dasar Aneh!!, sepenting apa tidur lebih dahulu dari yang lain?!_ Aruna tak sanggup memahami pola pikir yang tersusun di kepala CEO Djoyo Makmur Grup.
----------------------
Sebelumnya saya minta maaf, saya benar-benar mengalami trouble ketika berada di bab ini. Jadi ceritanya saya di minta memecah bab sebelumnya karena terlalu panjang. Masalahnya ketika di pecah bab "Dasar Aneh" tidak bisa terkunci karena pendek kurang 100 kata. Akhirnya saya terpaksa mengimbuhkan topih di bawah. Sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya
-------------------------
Mengenal karakter 
Aruna Kanya Lesmana, Aruna gadis baik hati, pengertian dan berbakti pada orang tuanya. Sejak kecil dia selalu menjadi anak yang menyejukkan, jarang menuntut. Walau tidak memiliki prestasi secemerlang kakak laki-lakinya atau menjadi pusat perhatian seperti kakak perempuannya. Aruna tumbuh menjelma menjadi seorang mahasiswa desain dengan bakat luar biasa. Seringkali diundang sebagai pembicara pada seminar yang diadakan untuk startup. Dia bahkan memiliki startup yang dibangun bersama sahabat-sahabatnya bernama Surat Ajaib. Sayang kuliah dan karir penyejuk hati ini sedang terancam dia harus memilih pilihan yang kejam. Antara memenuhi janji perjodohan pernikahan yang dibuat oleh ayahnya atau melihat kakaknya hancur. Diusianya yang baru menginjak 20 tahun. Aruna terpaksa menggantikan kakaknya untuk menikahi laki-laki yang belum pernah dia jumpai
Mahendra Hadyan Djoyodiningrat. Bahkan namanya saja memiliki arti paling hakiki tentang kekuasaan. Mahendra  sang penguasa agung, Hadyan yang memiliki kedudukan tinggi. Sangat tinggi sebagai pewaris tunggal seluruh aset keluarga Djoyodiningrat. Lelaki bermata biru perpaduan Jawa-England, berparas tampan, tinggi tegap, pekerja keras dan berjiwa mematikan. Terlalu sempurna untuk memiliki kelemahan. Dibalik itu semua sang CEO muda Djoyo Makmur Grub mengidap PTSD (post-traumatic disorder), ketika dirinya mulai berjuang melawan kelemahnya sang istri kontrak yang dia cintai menaruh hati pada pemuda lain. .
Damar, Danu Umar Chaniago kata Chaniago jelas menunjukkan bahwa lelaki yang akrab di panggil Damar berasal dari Padang. Pria Padang dengan sudut hidung mancung dan mata memikat. Hidup dalam asuhan single parent membuatnya lebih dewasa dan hal tersebutlah yang membentuk lelaki itu memiliki pandangan hidup sederhana serta gaya bahasa to the point. Damar adalah pemuda bertepuk sebelah selema 2 tahun. Kini dia mati matian merebut hati Aruna setelah mengetahui gadis itu hanya menikah secara kontrak selama 2 tahun. Rela mengorbankan impiannya menjadi penulis Indie, dan berusaha keras membangun masa depan dengan menjadi pendatang baru di dunia music. Mahasiswa sastra Indonesia, novelis dan penulis lirik yang handal


Bagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? 

Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemilik mega bisnis di seantaro negeri! 

Hanya pernikahan kontrak Tak masalah tapi rumornya Hendra memiliki kekasih?? Kekasihnya malah seorang artis! 

Namun...apa yang akan terjadi ketika sang CEO tiba-tiba saja mulai menunjukkan bibit-bibit cinta padanya? 

Tak hanya itu, seorang pemuda sahabat terbaik, Damar namanya juga mendekatinya! 

"Apa bedanya tanggal 28 sama 29 Oktober??". Damar melempar pertanyaan.

"Apa? nggak lucu gue jitak".

"28 Oktober sumpah pemuda".

"29 Oktober.. ". Aruna tak sadar Damar mendekati dirinya.

"Sumpah aku sayang kamu". Pemuda Padang benar-benar berbisik tepat ditelinga Aruna. Membuat gadis itu gelagapan dan mendorong tubuh Damar. 

Siapakah yang akan dipilihnya, sang suami kontrak atau Damar, solois bersajak manis ini? 

Dapatkah keinginan Aruna untuk menjadi janda dan pulang ke rumahnya kelak terlaksana seiring berjalannya waktu ataukah hatinya akan luluh untuk sang CEO? 

Nikmati kisah Aruna, CEO Hendra dan Solois Damar dalam 'Ciuman Pertama Aruna'

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar) 
Nikmati visualisasi, spoiler dan cuplikan seru tokoh-tokoh CPA.

Di poto profilnya ada dua temannya dan yang tengah Fian. Mereka bertiga

Gue mulai tertarik sama cowok yang bergaya foto seperti gaya gue

Gue langsung WhatsApp Fian

"Fian. Teman loe yang pakai baju putih tanyanya bergaya tuh siapa?" Chat WhatsApp gue ke Fian

Kebetulan Fian online di WhatsApp. Langsung di balas deh pesan singkat gue

"Yang sebelah kanan gue kan?" Jawab Fian di chat WhatsApp

"Iya. Siapa tuh namanya?" Tanya gue di chat WhatsApp karena tertarik

"Itu teman sejelas gue. Namanya Bram" jawab Fian di chat WhatsApp

"Oh ya udah." Kata gue di chat WhatsApp

Keesokan harinya

Di kelas sekolah

Gue liat terus kearah jendela. Gue mau mastiin Bram itu orangnya yang mana.

Nia datang dan duduk di samping gue.

"Ngapain loe menatap jendela ke arah kelas sebelah melulu?" Tanya Nia

"Ni. Gue kasih tau ya. Gue mulai tertarik sama cowok kelas sebelah yang Bernama Bram.

Gue lagi mastiin orangnya tuh yang mana. " bisik gue ke Nia

"Idih. Udah mulai tertarik loe ya." Kata Nia

Pas banget setelah itu Bram datang dan masuk ke kelasnya.

"Wah. Itu tuh orang yang gue maksud Ni." Kata gue sambil menunjuk ke arah Bram

"Oh yang itu tuh. Kelas sebelah ada juga loh yang suka sama si Bram itu.

Awal aja loe udah punya saingan loh!" Kata Nia

"Kan gue cuman tertarik bukan suka." Kata gue

"Yaelah iya." Kata Nia

Guru datang dan pelajaran di mulai

Saat istirahat gue duduk di teras bersama para teman perempuan gue. Kita menatap ke jendela kelas Bram

Saat itu Widya dan Novi (teman perempuan gue yang hits) Bilang

"Wah ada cowok ganteng tuh di kelas sebelah." Kata Widya

"Namanya itu Bara. Iya sih ganteng tapi udah ada yang punya.

Yah sayang jadi pengagum rahasia." Kata Novi

"Bara? Namanya unik banget ini" kata Widya

Bara itu kan teman dekatnya Bram. Ujar gue di dalam hati.

Pas banget waktu gue menatap ke jendela Bram juga pas berjalan lihat ke arah jendela dan menatap gue.

"Idihh." Kata gue

"Kenapa loe is?" Tanya Nia

"Keren banget tuh Bram." Kata gue

"Suka apa suka?" Tanya Nia dengan tertawa

"Cuma tertarik titik." Kata gue

"Bram tuh siapa?" Tanya Widya

"Itu loh Wid yang satunya Bara. Teman dekat Bara.

Kalau Bara berkulit putih yang Bram nggak." Kata Nia

"Terus kenapa iis bilang idih nya ke Bram bukan Bara?" Tanya Widya

"Kan iis tertarik nya sama yang namanya Bram. Bukan Bara." Kata Nia

"Ih. Loe apa-apaan sih Nia." Kata gue karena malu

"Bener juga tapi loe is. Jangan mencintai seseorang yang sudah ada yang punya." Kata Widya

"Betul sekali!" Kata Novi

Beberapa jam setelah istirahat gue pulang

Lagi-lagi gue buka WhatsApp dan chat Fian

"Fian. Gue minta nomer WhatsApp teman loe yang bernama Bram itu dong." Kata gue di chat WhatsApp

Sebelas menit kemudian Fian bales

"Ini nih." Chat WhatsApp Fian beserta nomor WhatsApp Bram

"Makasih deh." Kata gue

Tanpa berfikir panjang gue menyimpan nomor WhatsApp Bram

Lalu gue chat Dia

"Save iis kelas sebelah" chat WhatsApp gue ke Bram

"Siap. Save back" kata Bram di chat WhatsApp

"Oke" kata gue di Chat WhatsApp

Satu minggu setelah gue kenal Bram dia sakit sehingga nggak masuk sekolah.

/maaf bila ada kesalahan kata-kata 🙏😇/

iis subaningsih seorang gadis yang di awal masa lalunya tidak mengerti apa itu suka? Dan apa itu teman tapi mesra? Apa arti cinta? Dan menurutnya kisah cinta hanya ada di film drama. 

iis berteman dengan Hiro yang membuat dia merasakan kenyamanan yang sangat bahagia. Tapi iis tidak mengerti apa itu teman tapi mesra dan suka

Akankah iis dapat mengerti apa itu cinta? 
Dan akankah Hiro adalah cinta pertamanya?

Hi everyone, I'm sorry if I can not post this here, but I feel so much emotion inside of me that's why I am posting this here.so I would like to share my story.i want you all to understand that there is no problem without a solution. You have to sometime give a chance to what others think is not real and see what happen at the end. I gave this great man chance when I lost my job, my family, friends, kids everything!!! I was divested so I started trying spell casters but unfortunately, it never worked until I found Priest Adu. He just goes straight to the point, he knows how to fix my problems very well- I ordered two spells from him and both changed my life. From that day till now, my life has changed for good. I got a new job and I was promoted last week. About my family, my wife and kids are back. It took only 1 week for him to show me the result... if you are having the same problem or any kind of life problems you can contact him via this emails (solution.temple@mail.com)(priestadu@gmail.com)or whatsApp +4915216891210 https://solution-temple.webnode.com/

oke perkenalkan nama gua  Muhammad aldy Kurniawan biasa di panggil aldy umur gua 18 thn gua tinggal di Indonesia provinsi Sulawesi Selatan kabupaten Wajo kecamatan sajoanging ,itu sekilas tentang bio data gua (HAHA, GARING BANGET OPENING GUA YAH 😂 MAKLUM BUKAN PENULIS )disini gua cuman mau cerita tentang kisah hidup gua yang gua rasa datar banget , kayak gak ada yang spesial banget gitu di hidup gua padahal masalah di keluarga gua aman aman aja terus kehidupan Ama org tua gua juga bahagia , tapi kek ada yang kurang aja gitu ,kek kurang hal hal  yang bahagia aja gitu di masa puber gua , yah mungkin karena gua gak punya pacar yah kali , jadi gua itu ngerasa ada yang kurang gitu ,kayak pas liat story orang bareng pacarnya jalan jalan keluar ,nonton bareng ,ngecafe bareng ,yah semua nya lah,kalo gua liat kek gitu gua kayak kehilangan mood gua njirrr🤣,liat org mukanya gak ganteng ganteng amat  terus cewek nya cantik banget njir , disitu gua kayak gagal jadi cowok njir , dalam hati gua bilang bego banget tuh cewek mending lu Ama gua aja ,wkwkw PD banget yah gua 😂 , buka WhatsApp gak ada cht masuk palingan kalo ada pasti cuman kawan gua yang spam di grup atau lagi post story trus ada yang ngecht bilang kirim dong , sumpah datar banget masa masa puber gua ,pernah si gua pacaran malahan sering banget  terus mantan gua banyak tapi kek apa gitu gak ada yang spesial buat gua 🤣 palingan kalo putus, putus aja gitu gak ada rasa kecewa , bukan nya gak ada yang suka Ama gua yah ,wess yang antri banyak njir, wkwkw sombong dikit 😋, tapi gak ada yang gua suka ,ah udh dulu besok baru lanjut lagi  tangan gua pegel 🤣

Cuando pienses que no eres nada para el mundo, tú eres su mundo para alguien.
=================================
El sonido de su teléfono celular la despertó. Sin abrir los ojos estiró el brazo hacia su mesita de noche. De pronto se asustó, ella sabía que no había pasado ni una hora desde que había puesto su culo en la cama. Ni siquiera se fijó en el número.
—Hola —la voz era somnolienta.
—Al menos sé que eres real y sobre todo que eres mujer —contestó la voz masculina al otro lado de la línea.
—¿Quién me habla? —Preguntó aún sin abrir los ojos, pero con mucha curiosidad porque la voz era grave, sensual, tenía un acento que hacía que los pezones se le pusieran duros como guijarros. 
—¡Ah! —Dijo en tono divertido— ¿No sabes quién te habla?
—Realmente no sé quién me habla y deben ser al menos las cinco de la mañana. Así que como entenderás, no estoy en condiciones de aceptar bromas. Al menos no a esta hora
—De verdad que tienes un carácter que me enciende. Hace que las ganas de dominarte sean cada vez más fuertes
¡Oh Dios! Ella se incorporó de golpe en la cama. Solo había una persona que le hablaba de esa forma.
—¿Lord? —Preguntó nerviosa.
Él soltó una risita —Me gusta como dices Lord —suspiró— ahora me gustaría escuchar a ahora como dices mi nombre real. Dilo. Ahora —exigió.
—Ze -nnen —A Abby le gustó pronunciarlo.
—¡Ufff! Princesa ahora me la has puesto dura
Ahora ella estaba saliendo de la cama. Miró el reloj en la pared. Eran las cinco y cuarenta de la mañana. De todas maneras tenía que levantarse. Los niños debían de ir al colegio.
—¿Por qué me estás llamando? —Preguntó totalmente despierta— digo a estas horas
—¿Acaso no puedo hacerlo? —contra atacó.
—Estás saltando las reglas, Zennen y lo sabes
—Siempre lo hago —fue su contesta con tono arrogante— ¿Estás sola?
Para calmar su euforia Abby se levantó de su cama y estaba caminando hasta la cocina. Después de semejante sorpresa, no podría dormir de nuevo. Era mejor que hiciera café y el desayuno de los niños para el colegio.
—Estoy en la cocina, preparando el desayuno
—No —resopló—, sabes a lo que me refiero. ¿Tienes algún hombre en tu vida real?
—¡Ah...eso…! —De verdad aún estaba medio dormida; sin embargo contestó a su pregunta— ¡Claro que no! ¿Pero a qué se debe esa pregunta?
—No sé qué me está pasando; pero quiero tenerte. De la forma en que se pueda
Abby se quedó sin aliento —Me tienes, eso ya lo sabes
—Estoy hablando seriamente
Casi se quema colando el café. —Sabes que eso no puede ser. Vivimos en continentes diferentes para empezar
—Eso no es impedimento. Esa barrera es lo de menos
—Tengo dos hijos. No puedo lanzarme en una de aventura
—Entiendo. Pero sabes que puedo hacer que cambie tu vida
—Eso ya lo has hecho en muy poco tiempo
—¿Te arrepientes?
—No. Nunca
—Muy bien porque ahora eres mi mujer
—En el plano virtual lo soy
—Y en el real también. Confía en mí y ya verás
—No puedes llamarme a casi a las seis de la mañana para decirme cosas como esas
—Claro que puedo. Lo estoy haciendo. ¿No te das cuenta?
—No sé. Esto como que se está escapando de nuestras manos
—¿Crees que no lo sé? —Preguntó— Me estoy volviendo loco por una mujer que solo está en la realidad virtual y en otro continente
—Creo que debemos limitarnos a lo virtual nada más
—No. Lo.Quiero.Todo —dijo las palabras haciendo que su acento se pronunciara un poco más.
—Quieres volverme loca, ¿verdad?
—Ahora eres mía. Soy egoísta como la mierda. No te comparto en virtual, ni en real. No sé cuándo lo tendrás claro de una vez
—Esto es demasiado peligroso, Zennen
—Sí. Lo es. Ya no me basta saber de ti solo en la red. Así que te llamaré seguido. ¿Algún problema con eso?
—No —se apresuró en contestar—, puedes hacerlo cuando quieras —"¿Qué estaba haciendo?", se preguntó.
—¿A qué hora te desocupas? Tenemos que hablar un par de cosas
—No he dormido y necesito hacerlo. Llevaré los niños al colegio y luego volveré a la cama a dormir
—Entiendo. Me parece bien, también debes descansar
—¿Qué comprensivo? Él señor me permite dormir —dijo con ironía.
—¿Por qué siento que estás molesta?
—Tu actitud me hace preguntarme si eres así con todas las que juegas. Simplemente eso
Zennen suspiró. — Si tú estás preguntando es qué si soy así con las demás, la respuesta es no
—Hasta que haya otra mujer que sea una novedad. ¿No es así?
—¿Novedad? ¿Abby qué he hecho para que digas eso? ¿Aún estás molesta por lo de Marizza?¿Estás celosa?
—¡Nooo!
—¿No? Pues para no estar celosa actúas muy bien como si lo estuvieras
—Eres un caso. Me has dicho desde que comenzamos a hablar que soy tuya. Que no puedo tener ningún otro hombre. Menos otra relación a parte de ti. Pero tú si quieres incluir a otra a la nuestra. No lo entiendo y mi cerebro no lo procesa
—Sabías que me gustaba jugar
—Tú también sabías que si tu juegas… yo juego
—No me amenaces
—Te lo dije antes. No la jodas conmigo
—Se trata de un juego, Abby. No deberías ponerte así
—Entonces no te saltes las reglas. Hablamos después. Estoy ocupada ahora
Le cortó la llamada. Los niños ya estaban en la cocina.
—¿Mami? —Se acercó su hija frunciendo el ceño— ¿Pasó algo?
—No, cariño
—¿Quién te llamó tan temprano?
—Tu abuela —entornó los ojos como si no tuviera importancia— está un poco preocupada porque se le perdió el gato
La niña sonrió —Ella no tiene nada que hacer —sacudió la cabeza, se llevó un hotcake a la boca y continuó desayunando.
Cuando venía de regreso de llevar a los niños al colegio. Su cabeza comenzó a dar vueltas. No entendía lo que estaba pasando con ella. Ahora como debía decirle ¿Lord_Z o Zennen? La falta de sueño estaba haciendo que le doliera la cabeza.
Al llegar a casa fue a su cuarto directamente y se tiró en la cama. Comenzó a preocuparse. Lo que estaba sucediendo no era normal. Zennen se creía su dueño. Le había enviado dinero. Con el que había resuelto muchas cosas, entre ellas el cumpleaños de su hija y ahorro. Ahora, la había confundido más llamando a su celular.
No podía negar que se había sentido emocionada. Revisó su teléfono celular de nuevo y guardó el número. Colocó la alarma de nuevo para ir a buscar a los niños. No había dormido en la noche. Zennen la había mantenido despierta en cierto modo.
Unas horas después. Estaba más descansada y flotando en una nube. La llamada la había dejado de esa forma. Fue por los niños al colegio. De verdad había tenido un golpe de suerte. Uno que no había tenido en mucho tiempo.
Primero fue por David que su colegio quedaba a media cuadra de donde vivía y después fue por Farah que estudiaba bastante retirado. Iban conversando de forma amena.
—Mami estoy tan contenta pudiste reparar el auto —dijo su hija de buen humor.
—Sí, cariño aunque estoy pensando en venderlo
—¿Vamos a quedarnos sin auto, mami? — Preguntó el pequeño con curiosidad.
—No es para tanto, David. Quiero uno más económico que este
—¿Qué es económico? —Preguntó frunciendo el ceño
—Mami quiere gastar menos —dijo Farah a su hermano entornando los ojos.
—Es pequeño. Ten paciencia
—No soy pequeño. Soy el hombre de la casa
—Bueno está bien mi hombre grande. Me gustaría que fuéramos a comer a un centro comercial. ¿Quieren ir?
Ambos niños hicieron un alboroto. Pasaron parte de la tarde ahí. Ella aprovechó el momento para decirle que le iba a organizar una pequeña fiesta para celebrar su cumpleaños. Su hija había saltado de alegría.
—¡Gracias, mami! —la rodeó con sus brazos y comenzó a besarla— Pensé que no tendría fiesta
—Bueno. Vamos poco a poco
—Sí, como quieras
Entre los tres compraron algunas cosas para la fiesta de quince años de Farah. Había valido la pena entrar en ese mundo virtual. Los niños estaban distraídos viendo vidrieras cuando su teléfono celular sonó.
—¿Me has bloqueado? —Por el acento y el tono de voz ya sabía quién era.
—No. Para nada. Si no, no estuviéramos hablando, ¿Cierto? ¿Qué necesitas ahora?
—Saber de ti. No te veo en whatsapp
—Ah eso —dijo ella despreocupada.
—Lo dices como si no te importara
—Se supone que cada vez que me vas a llamar ¿vamos a discutir?
—Me dio mucho coraje saber que lo hiciste
—No he hecho nada, Zennen. Mi teléfono celular solo toma fotos, es muy viejo. No tiene para más
—Ah está bien. Mañana te comprarás uno
Lo dijo como si no tuviese importancia el precio y el dinero.
—¡Estás loco!
—Quiero estar en contacto contigo todo lo posible y algo tan tonto como eso no puede ser problema
—Zennen. Lo siento pero un celular no está en mi lista de necesidades prioritarias. El que tengo aunque solo tiene para fotos, hacer y recibir llamadas es perfecto por ahora 
—En las mías sí. Te enviaré el dinero mañana
—No lo hagas
—Sabes que si lo haré —hubo un silencio por un momento— ¿En dónde estás?
—¡Ah! Salí con los niños un rato. Mi hija cumpleaños en los próximos días y ya sabes que debo comprar el regalo con tiempo
—No te preocupes por eso. Lo solucionaremos mañana también. Quiero verte más tarde
—Está bien. Pero debo terminar aquí con ellos primero
—De acuerdo en un rato entonces nos vemos
Ella se quedó mirando su teléfono.
¿Ahora iba a ser de esa forma? ¿La quería controlar? Estaba demasiado equivocado en eso. Miró hacía el techo. ¿Se había equivocado en aceptar dinero de él?
Pero se sentía como en un cuento. En ese momento volvió a sonar el teléfono celular. Dudo en contestar pero el indicador de llamada decía que era su amiga Sonia.
—Eres una muy mala amiga
—He estado muy ocupada, Sonia
—¿Dónde estás ahora?
—En un centro comercial con los niños. Recuerda que en unos días Farah cumpleaños y ando en eso
—¿Se lo celebrarás?
—Sí. Una pequeña reunión
—Siento que me estoy perdiendo de algo. La última vez que hablé contigo me dijiste que tu situación económica estaba tan crítica que estabas pensando en meterte a puta virtual y ahora estás en un centro comercial comprando cosas para el cumpleaños de tu hija
—Ajam. Se dice Working Social.
—Sí. Sí, eso mismo
—Pues lo estoy haciendo
—¡Santa mierda! —Exclamó— Con eso estás ganando dinero. ¿De verdad?
—Es cierto que se gana. Pero a mí se me ha hecho fácil
—No entiendo nada. Explícame
—Conocí a alguien
—Esto tendrás que decirme cara a cara.
—No hay nada que decir. Lo conocí ahí. Me paga por exclusividad
—Así. Sin más. ¿Qué más me estás ocultando?
—No hay nada más. Salvo que hace unos minutos me acaba de llamar por teléfono y dijo que me comprara un teléfono celular nuevo
—¡Oh pero esto está intenso! Si él quiere que te compres un teléfono nuevo que te dé el dinero para hacerlo
—Sonia. Ya lo hizo
—Entonces. ¿Cuál es el problema? Has pasado por mucho. Toma este golpe de suerte y disfruta porque te lo mereces
—Tienes razón. Eso es lo que haré
—¡Perfecto! Ahora me debes un almuerzo para contarme todo con detalles
—Hecho amiga. Te quiero
—Yo igual.
Después de finalizar la llamada con Sonia Ahora se sentía un poco más animada con respecto a Zennen. Así que decidió comprarse esa misma tarde un nuevo teléfono celular y algunas cositas que le hacían falta a los niños.
La verdad que Zennen había hecho más fácil su vida. Se había comprado un computador nuevo de paquete. Reparado el automóvil después de tenerlo cuatro meses parado. Ahora eso. Su hija estaba feliz como no lo hacía en mucho tiempo. El niño disfrutando.
Pidieron cena para llevar. Siguieron disfrutando. Cuando llegó a casa se puso a revisar su nueva adquisición. Instaló el whatsapp.
Y vio la foto de su perfil. Parpadeó dos veces. ¿En serio ese tipo era él? Era demasiado sexy. Ella podía deducir que era bastante alto. Su cabello era demasiado oscuro, podía ser tal vez negro. Sus ojos rodeados de gruesas pestañas y ojos de color miel con motas verdes que hacía que su mirada fuese penetrante. A pesar que en esa foto se le notaba tranquilo. Tenía una hermosa sonrisa. Dientes perfectamente derechos y una boca que ella podría besarla todo el día.
Estaba a punto de entrar al baño cuando la notificación de un mensaje esta vez de whatsapp se escuchó en su habitación.
"¿Ahora tienes whatsapp?"
"Me dijiste que comprara un teléfono celular nuevo"
"Cierto. De todas maneras mañana tendrás el reembolso de lo que has gastado hoy"
"Déjalo así ya has hecho mucho"
Ella entró al baño y se quitó la ropa. Estaba a punto de entrar a la ducha. Cuando de repente sonó su teléfono celular nuevo. Sin querer le dio a video llamada. 
Un silbido se escuchó.
—Realmente eres hermosa
Abby frunció el ceño.
—Al menos sé ahora que tus tetas son reales
Cuando reaccionó pudo darse cuenta de que estaba desnuda y que él podía ver sus pechos. Emitió un gritito y él se echó a reír. En ese momento ella se derritió. El sonido fue rico. Profundo. De un hombre que sabía lo que quería.
—Lo siento. No sabía que esto funcionaba así, es nuevo. Demasiada tecnología  —agregó ella nerviosamente.
—Me encanta que estés sorprendida —Él colocó la mano detrás de su cabeza, para disfrutar más del espectáculo.
Tenía una camiseta sin mangas color negro estaba acostado al parecer parecía un sofá.
—¿Dónde estás? —Ella no pudo evitar preguntar al verlo tan cómodo.
—En mi despacho. En mi casa —la miró con picardía— ¿Estabas a punto de bañarte?
—Sí —respondió un poco sonrojándose. 
—No te detengas por mí
—Eres un caso. Me baño y te marco ¿Te parece?
—No, quiero verte
Lo dijo con una voz tan ronca y baja. Que hizo que a Abby le temblaran las piernas y el fuego de la anticipación incendió su vientre.
—Necesito ver cómo te bañas para mí…

Pada saat masa sekolah terdapat siswa bernama Erdi. Erdi adalah orang yang tidak dapat melakukan apa apa dia tidak terlalu pintar dalam pelajaran maupun dalam olahraga. 
Dia juga mempunyai sedikit teman karena tidak terlalu pintar dalam hal hal di sekitarnya yang dia sukai hanya suka dengan hal yang berhubungan dengan teknologi tetapi dalam kesukaan nya pun dia tidak terlalu pintar dalam pengetahuan tentang teknologi.

  Kehidupannya pun berlalu hingga masa saat dia di bangku SMA memang pada saat melihat Erdi banyak orang akan berpikiran dia orang yang paling keren dan pintar tidak jarang pun para perempuan di sekolahnya penasaran dengan Erdi.. Erdi seorang yang pemalu terhadap perempuan jika Erdi ditanyai oleh perempuan dia hanya bisa mengangguk ataupun hanya menggeleng kan kepalanya.. 

   Walaupun begitu Erdi mempunyai sesosok wanita yang ia sukai.. pada saat MOS sekolah pun dia memberanikan diri untuk berkenalan dan bertukar nomor dengan nya. 
"ia bernama Basha". 
Berbeda dengan Erdi, Basha adalah orang yang percaya diri, mempunyai tekad yang besar, dan aktif dalam kegiatan kegiatan di sekolahnya.. 
Tetapi Erdi tetap semangat untuk mendekatinya dengan chat WhatsApp dari nomor yang ia dapatkan saat perkenalan pertamanya tadi. 
Erdi sempat ragu apakah Basha akan membalas WhatsApp nya namun Erdi tetap mencobanya. "Dalam pikirannya : (dijawab atau gak dijawab mah urusan terakhir yang penting di coba dulu)"..

Dalam kisah ini kita akan melihat dari cerita kehidupan Erdi murid atau siswa yang tidak mempunyai kelebihan sama sekali. Dia pun jarang mempunyai teman. Namun tekad nya untuk mendekati perempuan yang ia sukai sangat besar. walaupun ia selalu malu terhadap perempuan.. baca perjalanan hidupnya untuk mendekati perempuan itu. walaupun terkadang tidak bisa mendapatkannya hanya di novel "Can not do anything"... Novel nya di usahakan akan diterbitkan 1 chapter per hari. kalau telat terbit mohon maaf sebesar besarnya..

              Laikha gembira kerana hubungan Kyle dan Makayla yang semakin kritikal. Peluang untuk Laikha mendapatkan cinta Kyle lebih cerah. Laikha sedang khusyuk mengemas bilik tidurnya dan menyusun pakaian yang digunakan untuk tarian-tariannya. Tiba-tiba Laikha mendapat panggilan daripada pembantu peribadinya. " You mean malam ni?" Laikha diminta untuk membuat persembahan di sebuah event malam ini untuk Kempen Stop Child Abuse. Cepat- cepat Laikha mencari gaun yang sesuai.  Laikha mengambil gaun tidur kesayangannya. Gaun berwarna pink dengan gambar hello kitty. Semua gaun yang lain tidak sesuai. Laikha mengambil gunting, dan menggunting gaun sedikit gaun tersebut sehingga kelihatan sedikit koyak rabak. Sesuai dengan tema tariannya. Setelah berpuas hati Laikha terus menghafal step tarian kerana Laikha hanya ada masa satu jam lagi sebelum Laikha pergi ke tempat show diadakan.

         " Kyle... I am on the way to xxxx... Wanna watch me perform?" Tanya Laikha. Lama Laikha menanti jawapan dari Kyle. Sejak Kyle bergaduh dengan Makayla, Kyle selalu saja berdiam diri, berkurung di rumah. " See you there..." Itu sahaja yang dikatakan Kyle sebelum talian dipadam. Laikha senyum sendiri. Sejak dulu lagi Kyle selalu menemani Laikha apabila Laikha dijemput untuk membuat persembahan. " I just got my old Kyle back..." Bisik hati Laikha dengan gembira. Tidak lama Laikha sampai dihotel xxxx untuk membuat persembahan. Laikha masuk ke dalam dewan majlis tersebut akan dijalankan. Dewan itu sudah dihias dengan cukup cantik, hanya menunggu para hadirin sahaja untuk memenuhi dewan tersebut. Laikha memandang jam di pegelanggannya. Masih ada sejam setengah lagi sebelum para tetamu malam ini hadir. Laikha cepat-cepat naik ke pentas untuk berlatih langkah choreography dan floor staging yang baru sahaja dipelajarinya. Dalam setengah jam kemudian badan Laikha berpeluh, kerana khusyuh berlatih persembahannya yang akan mengambil masa sebanyak 4 minit lebih. Pembantu peribadinya juga sudah mengedit lagu yang bakal digunakan untuk persembahan itu.

       Lakha turun ke lobby untuk mengambil pas dari pekerja reseption, kemudian Laikha pergi ke public shower room dan changing room yang berada di kawasan gym dan roof top swimming pool. Pembantu peribadi dan juru-solek Laikha juga berada bersama dengan Laikha. Selepas Laikha mandi, jurusolek Laikha cepat-cepat menyolek wajah Laikha. Kali ini banyak teknik solekkan perlu digunakan kerana tema kali ini adalah berkaitan dengan penderaan kanak-kanak. Gaun tidur yang sedikit koyak rabak di pakai oleh Laikha. Rambut Laikha kali ini dianyam namun ada beberapa helai rambut Laikha dibiarkan terkeluar. 

WhatsApp


Kyle: All the best!

Laikha; Thanks😄

Kyle: I will wait for you backstage.

Laikha: Okey... See you....

         
                Dewan mula dipenuhi dengan para tetamu. Lampu pentas dipadamkan dan ketika itu Laikha pergi ke bahagian tengah pentas tanpa ada yang perasan kerana Lampu seluruh dewan semakin gelap. Pengacara majlis memberi sedikit ucapan lepada para hadirin yang hadir sebagai kata-kata pembukaan. Laikha baring menyiarap diatas lantai menanti pengacara habis dengan ucapan ringkas dan memperkenalkan Laikha. " Alright ladies and gentlemen before I go further let me introduce our special guest that's performing for us tonight Laikha Khaleed with her dance performance Hold On. Semua hadirin yang hadir memberi tepukan gemuruh. Laikha senyum dengan penuh rasa semangat. Music dimainkan dan Laikha perlahan bangun dan mulakan gerak tariannya. Semua penonton yang hadir terpesona melihat setiap gerak tarian Laikha. Pada bahagian pertengahan persembahan Laikha ada beberapa orang menjatuhkan air mata. Tarian penuh emosi menayat perasaan siapa saja yang menonton. Laikha juga yang amat menghayati lagu itu juga menjatuhkan air mata. Laikha rindu sangat dengan ibu bapanya namun apakan daya, dirinya tidak diterima lagi oleh ibu bapanya.

                  
Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Mama, come here
Approach, appear
Daddy, I'm alone
'Cause this house don't feel like home

If you love me, don't let go
If you love me, don't let go

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Mother, I know
That you're tired of being alone
Dad, I know you're trying
To fight when you feel like flying

If you love me, don't let go
If you love me, don't let go

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

Hold
Hold on
Hold on to me
'Cause I'm a little unsteady
A little unsteady

             Kyle sudah resah melihat Laikha yang sedang menangis sambil membuat persembahannya, memang persembahan itu akan memberi impak kepada para penonton tetapi Kyle tahu Laikha sedang berperang dengan perasaannya sendiri kerana terlalu menghayati persembahan itu sehingga emosi Laikha berubah dari gembira kepada sedih. Hanya tuhan saja tahu, betapa Laikha selama ini kehausan kasih sayang daripada insan yang di gelar ibu dan bapa. Sebaik sahaja tarian tamat, Laikha tidak tunggu lagi tetapi berlari ke belakang pentas dan terus masuk ke dalam pelukan hangat Kyle. Kyle berusaha memujuk Laikha. Tetapi Laikha tetap menangis. " Let's go home Laikha. Laikha ikut sahaja Kyle, Kyle menggemgam tangan Laikha dengan erat. 

            *******************

            Makayla baru sahaja balik dari field site, terpaksa masuk ke office kerana menerima panggilan dari Mr. Eric. Jadual Makayla sangat padat, dan Mr. Eric juga masih marah dengan Makayla kerana tidak masuk kerja dan terlepas meeting pada hari semalam. Perut Makayla rasa lapar, kerana sepanjang hari terlalu sibuk dan hanya sempat makan sandwich pada waktu tengahari. " Kay... Jom lah balik... Dah lambat ni...." Sapa Freya. Makayla masih khusyuk memandang komputer ribanya. Freya memang kasihan dengan Makayla. Beberapa projek yang dikendali oleh Makayla diserahkan kepada Baisyirah. Tetapi paperwork yang patut disiapkan oleh Mr. Eric semua diserahkan untuk Makayla habiskan. " Mr. Eric kata Kay mesti habiskan report sebelum  8 pagi esok.... Masih banyak lagi ni...." Rungut Makayla. Freya menghela nafas panjang. " See you tomorrow Kay... I perlu balik ni..." Makayla mengangguk sahaja.

             Tanpa menyedari masa yang berlalu dengan begitu pantas, Makayla memandang jam pada komputer ribanya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan setengah malam. Makayla terus 'Print' report yang telah siap dan disimpan dalam file agar kemas. Makayla juga mengemas meja kerjanya dan menutup komputer ribanya sebelum keluar dari pejabatnya. Hanya Makayla seorang saja yang tinggal di pejabat, tetapi nasib pegawai keselamatan masih berada di tingkat bawah. " Selamat Malam Pak Cik...." Sapa Makayla kepada pak guard. " Selamat Malam Cik Kay... Hati-hati drive tu..." Pak guard yang bernama Halim menjawap. Halim sempat juga menghantar Makayla ke tempat parking, dan masuk balik ke dalam bangunan tersebut sebaik sahaja kereta Makayla sudah hilang dari pandangan mata.

           Perut Makayla sangat lapar, jadi sebelum terus pulang ke rumah Makayla singgah di kedai mamak yang berdekatan dengan rumahnya. Makayla hanya order roti kosong dan air suam, manakala membungkus Roti telur untuk orang dekat rumah. Puan Valerie memang suka sangat roti telur dari kedai mamak. Jadi memang kalau Makayla balik lambat Makayla akan bungkus siap untuk Puan Valeri dan Uncle Azman. Setiap kali Makayla balik lambat, Puan Valerie akan tanya kalau Makayla ada membungkus Roti telur. Sambil menunggu pesanannya sampai, jauh Makayla mengelamun teringatkan tunangnya atau bekas tunangnya. Makayla sendiri tidak tahu sudah status hubungannya. Beep beep. Telefon Makayla berbunyi.

WhatsApp

Freya: Babe... Dh balik ke?

Kay: Dkat kedai mamak ni... Lapar....

Freya : owh... Okey... Take care k....

Kay: See you tomorrow 😘😘😘

              Laikha sedang nyenyak tidur di atas sofa di ruang tamu apartment Kyle. Lama Kyle memandang gadis itu, muka Laikha pucat. Amelia keluar dari dapur Kyle membawa jus oren. " Hurmm... She is asleep..." Komen Amelia. Kyle pula sedang sibuk memandang telefonnya seketika. Kyle buka chat Makayla yang tidak dibalasnya pagi tadi secara sengaja. Nombor Makayla pula online. ' Pelik... Jam  sekarang online whatsapp dengan siapa?' bisik hati Kyle. Sekali lagi Kyle bersangka buruk dengan Makayla. Paduhal ketika itu Makayla sedang berbalas WhatsApp dengan Freya. " Mia...  Do you think Kay has someone else?" Amelia memandang Kyle. " Well Kyle... You are so naive to trust her... When you were in Singapore she went out with someone that I don't want to know who...." Kesempatan ini harus diambil oleh Amelia untuk menghancurkan hubungan Kyle dan Makayla untuk selamanya. Makayla harus membayar dan tanggung penderitaan setelah membelakangi keluarga kerana memilih untuk tinggal bersama ibu mereka daripada berpindah ikut ayah mereka ke UK.

          " You will pay the price Kay..." Kyle berkata tanpa menunggu lagi. Kyle sudah menyampah dengan sikap hipokrit Makayla. Makayla bukan main iri hati dengan Laikha tetapi dibelakang Kyle, Makayla pasang lelaki lain. Amelia semakin bahagia melihat wajah tegang Kyle. Nampaknya Kyle tidak akan berpaling lagi terhadap Makayla. Baru sekarang Kyle tahu kenapa Amelia benci sangat dengan Makayla. Sepatutnya dari dulu lagi Kyle percayakan Amelia, tetapi setiap nasihat Amelia hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Selama ini Makayla bersikap cemburu hanya sebagai alasan sahaja untuk membuat Kyle bergaduh dengannya. Kyle yakin itu semua taktik Makayla untuk menutup kesalahannya sendiri.

          " Kyle... I need to go back... I think Laikha should be alright here... With you... She needs you more now...." Kyle menganguk sahaja. Laikha terbangun. " Mom...." Kyle terus memeluk gadis itu. " Shhhh... Laikha... I am here.... I will always be here for you...." Bisik Kyle. Laikha menangis. " Kyle .. you will be here until Kay is around... After that.... I am just a little sister to you.... For all these years... All i feel is unwanted... Unwanted by my parents... Unwanted by the man I love.... What did I do wrong Kyle.... What did I do to Unwanted...." Kyle rasa sangat bersalah kepada Laikha. Bukan Kyle tidak tahu selama ini Laikha memaruh hati kepada dirinya, tetapi sebelum ini Kyle cintakan Makayla, Kyle tahu berkali-kali Laikha cuba meraih perhatiannya. Malah sejak Kyle bercinta dengan Makayla, movie night yang pernah jadi movie nightnya bersama Laikha, akhirnya jadi movie Night bersama Makayla. Bezanya Kyle dan Laikha tidak membuat apa-apa tetapi kalau movie night dengan Makayla akan berakhir dengan adegan hangat diatas katil.

           " Laikha.... I promise you there is nothing between me and Kay after this... We are over...." Laikha menetap bibir.  Kyle mengelap air mata gadis itu. " Kyle... Just for one night... Please let me feel loved... What ever you use to do to Kay... Do it to me.... I just want to feel wanted...." Jantung Kyle berdegup kencang. Tidak pernah terlintas difikirannya untuk menyentuh Laikha. Bagi Kyle, memang dia sayangkan Laikha sebagai adik, dan Kyle tidak sanggup kehilangan Laikha kerana Laikha sudah rapat dengan Kyle sejak kecil lagi. Laikha tidak pernah bercinta dengan mana-mana lelaki sedangkan Kyle entah dua tiga perempuan Kyle sudah date sebelum kenal dengan Makayla lagi. Berapa kali Laikha menahan hati dengan melihat Kyle bahagia disamping wanita lain selain dirinya. " Laikha... I won't take advantage of you like that...." Laikha menundukkan wajahnya. " Kyle... Please... I beg you... For just this once.... I want to loved... I want to feel wanted again... For just once I want to have what Kay use to have...." Kyle memandang mata gadis itu. Laikha sememangnya cantik, mana-mana lelaki akan cair dengan kecantikan Laikha, sudah tentu kalau gadis secantik Laikha datang offer diri, mana mungkin lelaki akan menolak terutama sekali lelaki yang mudah kalah dengan godaan kerana iman senipis kulit bawang.

Bersambung....

Arianna Makayla Garrett

I don't mean to be childish, immature and insecure. This feeling comes naturally. I wish I could ignore this feeling especially when I see you and her dancing together.

Laikha Khaleed

The only time I feel close to you is when we are under spotlight. But when the show is over my heart hurts to see you with her. If I could turn back time I will never ever let her steal your heart.

Kyle

I am confused. What ever decision I make I will still hurt the person I love with all my heart.
 
Amelia Marcella Garrett

Kay you know what, you deserve to be dumped. The only person I know that deserves Kyle is Laikha. You are just a two face hypocrite human being. You are just like mom!

Juli 2019. 

"Akhirnya nih seragam gue pake juga" teriak seorang gadis cantik didepan cermin. Pandangan nya beralih keatas ranjang. 
"Dan gue bakal buang lo semua" tunjuknya sinis pada tumpukan peralatan MOS. Tiga hari yang sangat melelahkan mental dan fisik. Name tag yang terbuat dari kardus tidak boleh terlepas dari lehernya, rambut diikat dua, tali sepatu dan ikat pinggang menggunakan tali rapia, dan pendengaran yang dirusak oleh teriakan-teriakan senior, SENIOR SELALU BENAR!. Mengingat itu membuat Indy memutarkan matanya malas. 

"Duh, udah jam segini pasti kak Andre belum bangun" gerutunya sambil berjalan cepat menuju kamar disebelahnya. 

"Kak bangun, aku gak mau ya telat lagi kaya kemaren" bukan mendapat jawaban, malah Andre menarik selimutnya sampai kepala. 
"Kakak bangun!" teriak Indy, menarik paksa selimut dan menepuk pipi Andre. 
"Woy bangun, kebo amat sih"

"Bidadari" gumam Andre saat matanya terbuka sebentar. 

"Hah, emang ade lo ini cantik sih, banyak juga yang muji gue kaya bidadari" nada bangga saat Indy mengucapkan nya.
"Eh.. Eh lo mau apa" teriak Indy saat badannya ditarik dan dipeluk paksa. 

"Percuma bidadari kalo jomblo terus" gumam Andre dan langsung menerima pulukan diperutnya. 

"Liatin aja, gue bakal dapetin tuh ketua osis songong. Lo juga ganteng-ganteng MAHO!" mata Andre seketika terbuka, ia langsung mengambil ponselnya. 
"Nih liat chat gue sama cewek semua. Pacar gue dimana-mana, di kampus, alumni SMA, di kerjaan si Bimo, banyak" Indy duduk dari tidurnya, merapikan kembali rambutnya.

"Ya terus ngapain di instagram lo foto sendiri mulu, malam minggu dirumah, status di WhatsApp ga ada"

"Ya gue lagi milih aja cewek mana yang pantes jadi pacar beneran gue, gue gak suka tuh cewek yang baru kenal udah langsung suka, gak ada tantangan. Apa lagi cewek yang nembak gue duluan, gimana kalo tuh cewek ketemu cowok yang lebih keren dari gue? Terus dia nembak lagi tuh cowok, ah gak banget"

"Bodo amat lah ya. Pokoknya sekarang lo ganti baju, atau gue bilangin ke Mamah" 

"Dasar anak mamah"

"Dari pada lo anak pungut haha"

"Amit-amit de, lo ngomong sembarangan amat. Kita lahir dirahim yang sama, makannya gue ganteng lo cantik"

"Gue tunggu dibawah, kalo engga gue bilangin ke mamah kalo lo mainin cewek" ucap Indy berjalan keluar kamar. Andre membuka baju dan mengambil handuknya.

"Eh siapa yang nyuruh mandi. Udah ganti baju aja"

"Dih, nanti cewe pada jijik ke gue. Emang sekarang jam berapa sih de? Rusuh banget" dengan santainya ia melanjutkan jalan menuju kamar mandi. 

"Aduh kak, sekarang udah jam 6 lebih 15" jawab Indy gemas, Andre melihat jam di dinding nya yang penuh dengan gambar abstrak lalu berbalik menatap Indy. 

"Harus nya bangunin gue tuh jam 7 kurang 15 menit" Mata Indy sontak membola, gila! Jalanan macet aja udah ngabisin dua puluh menit.

"Bercanda de, serius amat. Udah mending lo sarapan duluan terus panasin mobil. Gue siap-siap" 

Baru saja Indy mengambil kunci mobil, sebuah notif muncul. Perasaan senang dan heran langsung muncul dibenak nya. David, ketua OSIS disekolah nya mulai mengikuti Instagram miliknya. Indy mulai melihat-lihat postingan David yang lumayan banyak 63 post, fotonya hampir kebanyakan di alam dan cafe. Penampilannya keren, hanya saja David tidak terlalu tinggi. 

"De! Ngapain lo masih disini? Mau liat gue ganti baju" Indy yang tak sadar langsung melihat kedepan. Andre hanya mengenakan handuk sepinggang sambil menggosokan handuk kecil dirambutnya. Seketika muka Indy berwarna merah, please Andre kakak gue, kenapa harus malu gini sih. 

Indy mendehem dan memasukkan ponselnya ke saku. 
"Yeee! Ditungguin bukannya makasih malah ngusir" Indy berusaha berkata santai. Namun tingkah Andre selanjutnya malah membuat emosi Indy muncul. Andre melemparkan handuk kecil yang basah ke kepalanya. 

"Gak ada yang nyuruh lo nungguin. Udah sana keluar, kalo sampe telat sekolah gue gak tanggung jawab ya" Indy melemparkan kembali handuk itu tepat di wajah Andre. Bukannya kabur ia malah tertawa. "Yee beneran minta telat sekolah nih anak" namun saat Andre hendak membalas Indy menjulurkan lidahnya sambil lari keluar kamar Andre. 

Setelah Indy mengambil tas dan jaketnya ia turun kebawah, menghampiri mamahnya yang sedang membereskan dua piring sisa makanan. 

"Kok baru turun Indy? Kakak kamu mana?" tanya mamah, Indy dengan senyum berdosa duduk disebelah papa. 

"Tadi aku ngejailin kakak, ngelempar anduk basah ke muka nya. Abis dia lama sih, nanti aku telat ke sekolah" 

"Jangan jailin kakak kamu terus ah. Harusnya kamu udah bisa bawa mobil sendiri" Indy mengambil piring yang diberikan Mamah. 

"Papa berangkat dulu ya. Mulai sore belajar motor, sayang motor bekas Andre didiemin terus"

"Yah papa, aku sukanya dianter jemput sama kakak" rengek Indy. Papa tersenyum sambil sedikit mengacak rambut Indy. 

"Kalo emang suka dianter jemput, jangan bikin kesel terus kakak kamu. Papa berangkat ya, assalamualaikum" 

"Waalaikumsalam" jawab keduanya. 

"Mah, kenapa sih banyak banget yang belain kakak, kayaknya semua orang sayang banget sama kakak. Dari mulai nenek, om, mamah, papa. Cuma kakek deh yang sayang sama Indy" Indy mengaduk-aduk sayur dan nasinya. Bibirnya sedikit cemberut. 

"Sayang, kamu harus ngertiin kakak kamu, bener kata papa jangan dijailin terus. Semuanya sayang kalian kok, gak ada yang dibeda-bedain. Udah cepet abisin sayurnya"

"Kok belum sarapan de? Papa kemana mah? " Andre duduk disebelah Indy, mengambil roti rasa coklat. Indy memakan sayurnya sedikit demi sedikit. 

"Gak akan sayur?" Andre menggelengkan kepalanya, sambil mengunyah roti. 

"De. Mobil udah dipanasin?" Indy tersenyum kecil, memberikan kunci kepada Andre."Lupa, hehe" 

"Emang paling susah disuruh nih anak" Andre meminum susu digelasnya sampai habis, lalu berdiri menghampiri mamah.

"Aku berangkat ya mah" Andre mencium pipi kanan mamahnya. 

"Indy juga berangkat ya mah" berbalik, Indy mencium pipi kiri mamahnya. 
____

Sesampainya disekolah Andre memarkirkan mobilnya didepan gerbang, mengeluarkan sebuah pulpen lucu dari saku bajunya. 
"Nih hadiah dari kakak" Indy mengambilnya dengan wajah bingung. 

"Dih, gak guna banget hadiahnya"

"Kata siapa gak guna. Pulpen ini tuh bisa nentuin masa depan kamu"

"Lah kok bawa-bawa masa depan sih" ujar Indy tambah bingung. 

"Nih ya, kalo gak ada pulpen kamu gak akan bisa nyatet, kalo gak nyatet kamu bakalan lupa, nanti waktu ulangan kamu ga bisa belajar soalnya gak ada catetan, gara-gara gak belajar kamu gak lulus, karna gak lulus gak ada yang mau nerima kamu kerja, kalo kamu gak kerja gak akan punya uang buat makan, nanti kamu mati"

"Waw. Tragis ya kalo gak punya pulpen" ejek Indy. 

"Eh iya, kakak gak bisa jemput ya. Mau ngurusin pendaftaran kuliah" Indy mengangguk. 

"Emang sampe sore?"

"Ya engga sih. Sekalian nongkrong" 

"Selena" teriak Indy dijendela mobil. Selena yang baru turun dari motor langsung menghampiri Indy. 

"Hei" sapa Selena. Indy langsung turun dari mobilnya. 

"Kak kenalin ini temen aku. Selena"

"Hai. Andre, kalo nih bocah nakal marahin aja yah" canda Andre. 

"Siap kak" jawab Selena malu-malu.

"Para cewe. Kakak pergi dulu ya" Setelah Andre pergi, Selena menatap Indy. 

"Di, itu beneran kakak lo?" Indy mengerutkan wajahnya bingung sambil mengangguk. 
"Ganteng banget! Please buat gue" mohon Selena. 

"Jangan mau. Playboy " Indy berjalan duluan masuk kesekolah dan langsung diikuti Selena. 

"Bodo amat mau playboy apa engga. Lo banyak modus bawa gue kerumah lo dong, biar deket" 

"Ih usaha sendiri"

___
Sesampainya dikelas mereka memilih tempat duduk paling belakang. Indy dengan cepat mengeluarkan hpnya dan menunjukkan sesuatu kepada Selena. 
"Lo tau ini siapa?" dengan malas Selena melihat hp Indy, raut wajahnya berubah, seakan tak percaya. 

"Ini ketua osis itu?" Indy mengangguk.
"Lo follow duluan?" 

"Ya engga lah. Gue aja gak tau dia dapet instagram gue dari siapa"

"Hebat" ujar Selena dengan tepuk tangan pelan. 

"Pagi anak-anak" ucap seorang guru yang baru masuk. 
"Maaf bapa telat ya. Mau langsung belajar atau gimana nih?" tanyanya sambil menyimpan tas dimeja guru. 

"Pa, baru aja masuk, masa udah belajar lagi" kata Dimas, pemenang coretan terbanyak di name tag-nya selama MOS. 

"Ya terus ngapain sekolah kamu itu kalo ga belajar. Kita perkenalan dulu ya. Saya Andrian Fikri, biasa di panggil pak Fikri di sekolah ini. Dikelas bapa gak boleh ada yang megang apa lagi mainin hp, sekali ketauan main hp bapa ambil ya, nanti kalian ambil di ruang guru" pak Fikri terus menceritakan tentang aturan-aturan kelasnya. 
"Ada yang mau ditanyakan?" Selena mengangkat tanyannya. 

"Pak, kalo ekskul itu wajib ikut?"

"Ekskul wajib. Minimal satu kalian harus ikut"

"Pak. Ketua OSIS yang ganteng itu ikut ekskul apa aja" tanya Lily. 

"David, anak pak Riki tau kan? Bapak kepala sekolah. Ya kalo bisa kalian jangan bikin masalah"

"Kenapa pak?" tanya Indy penasaran. 

"Bapak sama bagian BK pusing ngurusinnya. Mau disalahin, pak Riki langsung yang minta maaf. Sekarang buka buku tulisnya" 

"Yah tetep belajar" gerutu Selena pelan.

Indy, mungkin perempuan satu ini memang harus banyak bersyukur. Memiliki wajah cantik, keluarga yang harmonis, dan seorang kakak yang selalu mengutamakannya. Hingga suatu hari ia mulai menyadari ada yang salah dengan perasaan nya, jantungnya selalu berdebar jika berdekatan dengan kakaknya. Aneh, ini tidak boleh terjadi, ia harus menjauhi kakaknya. Namun beberapa hari selanjutnya Andre(kakaknya) mencium tingkah aneh adiknya tersebut. Ia tak menyangka adiknya yang ia sayang, juga mencintainya. Hingga hubungan terlarangpun terjadi, mereka menjalaninya tanpa beban.' Sampai manakah hubungan mereka bertahan? Akankah hingga pernikahan atau hanya sesaat?.

Acara reunian di salah satu tempat tongkrongan yaitu Starbucks, siapa tidak pernah ke tempat ini Starbucks yang sudah di kenal seluruh mancanegara penuh dengan minuman Coffee dan suka kuliner super mahal kalau tidak ingin menyesal mengunjunginya siapkan kartu dan kebutuhan yang bisa di nikmati kalangan beragam mewah.

Fera datang tidak menggunakan mobil, dia sengaja hadir dengan menggunakan kendaraan Online dengan sebutan GrabCar. Karena dia tidak ingin di cap sebagai sombong dan songong. Dia harus berubah walau hidup pribadinya dikubur.

Fera juga mengundang sahabat baiknya ikut hadir di acara reunian ini meskipun yang lain tidak mengundangnya tidak ada salah saling membahu, sebagai kejutan untuk mereka semua.

"Hai! Sudah lama kalian menunggu?" Fera menyapa mereka ada di tongkrongan Starbucks ini.
Beberapa sahabat-sahabatnya menoleh dan menyapa Fera dengan ramah penuh senyuman tanda tanya. Sebagian lagi sibuk dengan dunia ponsel Online Shop mencari diskon besar-besaran.

"Hai, Fer. Tidak kok, aku juga baru sampai. Sini-sini duduk, aku kira kau tidak akan hadir acara reunian ini," sambut sahabatnya wanita murah senyum dan anggun sebut saja namanya Felda.

Felda Riantika, wanita anggun dan penuh bisnis soal kecantikan serta dia menikah dengan seorang pria di kalangan sederhana, namun sifatnya jauh lebih elegan tanpa memilih teman, dia mudah bergaul satu sama lain.

Felda mengadakan pertemuan sebagai Reunian adalah untuk saling silaturahmi sekaligus merayakan kesuksesan dari cabang yang baru dia buka di kota metropolitan ini.

"Ah iya, aku mengundang salah satu sahabatku di sini. Tidak apa-apa, kan kalau aku mengajaknya ikut bergabung. Aku yakin kalian masih mengenal dirinya," ucap Fera beri tahukan kepada yang lain.
Awal mula sibuk masing-masing ketika Fera mengatakan mengundang seseorang tanpa tertulis di grup mereka. Mereka pun melirik Fera, yang lebih di herankan kembali adalah kenapa sikap wanita yang dulu sombong tidak peduli orang lain malah kembali berhati lemah lembut.

"Siapa yang kau ajak? Ada gerangan apa ini tiba-tiba kau mengundang orang lain selain di grup whatsapp?" salah satu dari meja lingkaran besar itu bersuara namanya Diana. Wanita yang cantik dan tomboi.

"Iya sih, mungkin kalian kaget dengan sikapku tiba-tiba berubah, semua berkat suamiku juga. Tapi tidak ada salahnya mengundang satu orang lain dari grup whatsapp kita? Kalian pasti tidak lupa dengannya, sebentar lagi dia sampai di sini. Aku tadi minta suamiku menjemputnya kebetulan dia menuju Mal ketemu klien di sana sekalian saja satu arah menuju ke kantor," jawab Fera sopan dan ramah membuat suasana di Starbucks ini menjadi tenang.

Ada delapan orang terbengong dengan jawaban wanita berusia dua puluh lima tahun ini. Mereka tertekun saja sikap lembut dari Fera.

"Kenapa? Kok kalian lihat seperti itu memang ada salah dengan jawabanku?" Fera semakin bingung dengan para sahabatnya bergeming.

"Tentu kami kaget dengan cara sikap. bicaramu jauh berbeda dari biasanya. Dulu kau tidak berbicara selembut ini selalu membawa emosi, apalagi peduli orang lain. Sekarang kami tidak percaya dengan caramu, kau ini tidak sedang kesurupan sesuatu kan?" ucap wanita pendek namanya Rui,

Rui Hermansyah Tanaka, wanita keturunan Jepang - Indonesia. Salah satu keluarganya memiliki keturunan Jepang yaitu Ayahnya sendiri. Lahirnya tetap di Indonesia, memiliki segala usaha pagan makanan ayam.

"Itu kan dulu sekarang sudah waktunya berubah masa aku harus bersikap arogan. Malahan nanti bubar para sahabat seperti kalian. Kalian juga menyadarkanku dan pastinya hal lebih penting itu Karma selalu berlaku," kata Fera bijaksana.

"Syukurlah kalau kau menyadari segala sifat - sifat egoismu. Terus siapa yang kau undang?" sambung Sahabatnya lagi bersuara.

"Dia adalah—"

"Maaf, Fera! Aku terlambat tadi di jalan mendadak kecelakaan kecil, tapi suamimu baik-baik saja kok." tiba suara menggantungkan percakapan Fera dan lainnya. Vivi sampai dengan pakaian yang begitu seksi dan membuat kedua mata mereka semua terbelalak.

Bukan maksud membuat mata mereka sakit, permasalahan pakaian terlalu terbuka itu bagian depan. Fera sebaliknya tidak terlalu permasalahkan pakaiannya. Memang semua datang begitu karena ia juga bilang ke sahabatnya untuk memakai lebih cantik dan elegan.

Wajah para sahabat di Starbucks ini terdiam, sinis, muka datar dan sibuk dengan kegiatan yang tertunda tadi. Apalagi Felda merasakan suasana di reunian akan menjadi dunia tidak menyenangkan.
"Ini dia yang mau aku katakan, kalian masih kenalkan. Dia adalah Vivi Susanti, teman satu angkatan di sekolah Nusantara di IPS dulu. Masih ingat tidak waktu ujian kita terus hujat dia untuk minta contekan?" Fera kembali memecahkan suasana yang tadi terdiam beberapa menit itu, menjadi suasana hangat dingin.

"Pasti ingat dong! Masa lupa sih! Makin cantik saja ya, Vivi. Ayo duduk dulu, karena sudah berkumpul kita pesan makanan dulu ya!" ucap Felda kemudian memanggil pelayan itu.

****

Hari sudah malam acara reunian telah selesai tiga jam yang lalu. Fera kembali murung dan melamun dengan perkataan beberapa temannya pada saat akan pulang ke rumah masing-masing.
Tapi dia tetap mengambil penilaian positif tidak mungkin sahabat baiknya melakukan kejahatan dan merusak rumah tangga seseorang. Kalau pun terjadi tentu dia akan menanyakan langsung. Mungkin saja Fera beranggapan dia kesepian maka dia butuh kehidupan yang layak.

"Ada apa? pulang dari acara reunian malah melamun begini?" Chandra duduk di sebelahnya dan menanyakan sikap aneh istrinya

"Tidak apa - apa, tapi aku mau tanya sesuatu kepadamu!" Fera tidak bisa diam karena pikirannya penuh dengan pertanyaan dari para sahabatnya tadi.

"Tanya apa? Soal anak? Bisa kita lakukan lagi, kalau kau mau?" Chandra tidak pernah serius kalau pertanyaan istrinya sedang dalam ambang bimbang.

"Sshhh ... Otakmu itu bisa di cuci pakai kaporit tidak sih! Aku sedang tanya serius! Ini menyangkut keharmonisan rumah tangga dan pernikahan kita," ucap Fera menegaskan.

Chandra yang muka jail kembali terdiam dan sekarang ekspresi serius siap mendengar pertanyaan dari istrinya.

"Apa itu?"

"Percaya tidak sahabat makan sahabat sendiri? Seperti pagar memakan tanaman? Contohnya Aku punya sahabat kenal dekat terus bertemu tanpa sengaja. Aku baik kepadanya dan berikan segala yang dia tidak punya namun tanpa sepengetahuan ku dia menusuk dari belakang dengan cara merebut apa yang sudah aku miliki itu yaitu kebahagiaan. Dan ada pula dia melakukan hal sama dengan kambing hitamkan kebohongan agar hubungan keluarga seseorang itu hancur. Ibarat merebut suami orang. Jadi bagaimana pendapat mu?" Fera mulai menceritakan setiap inti dari para sahabatnya. Dia tidak menyebutkan siapa orang untuk mencoba merebut kebahagiaan itu.

Chandra terdiam dan berubah seketika dengan pertanyaan dari istrinya. Dari larut wajah Fera lihat ia yakin suaminya ada hubungan dengan sahabatnya yaitu Vivi. Tetapi Fera masih mengambil positif tidak ingin menuduh sembarangan kalau pun sahabatnya mencoba untuk mengambil kebahagiaan yang dia jalani, bisa jadi itu bukan jodohnya.

"Pastinya yang salah sahabatmu, karena dia tidak pantas merebutkan apa yang mereka miliki. Berarti dia iri hati dengan seseorang. Kalau hubungan rumah tangga hancur karena orang ketiga yang salah adalah kedua tidak saling terbuka. Jika pun hubungan rumah tangga kita di datangi orang ketiga tetap harus memikirkan kepala dingin tidak mengambil tindakan emosi. Aku tentu tidak akan meninggalkan istri semanja ini apalagi sudah ku nanti kan kehadiran suara tangisan bayi di rumah ini." jawab Chandra panjang lebar dan memeluk istrinya ke dunia alam mimpi.

Fera percaya suaminya tidak akan meninggalkannya walau pun ada seseorang mencoba untuk memisahkannya kalau sampai hal itu terjadi.

'Mungkin kau bisa katakan itu tidak akan meninggalkanku, tetap aku tidak akan lepaskan dirimu. Karena ini kebahagiaan ku bukan kebahagiaan nya.'

Warning konten dewasa 21+ 

Di dunia khayalan tentu merasa menginginkan suami yang tampan - kaya - baik hati - dingin - tegas - penyayang, bukan?
  
Lalu bagaimana di dunia nyata? pernah memiliki seperti itu? Ya mungkin ada tapi tidak semua rata-rata atau sebagian. Namun ini hanyalah cerita. Bukan cerita yang bisa dijanjikan menjadi nyata.

Bagaimana dengan Ferawati Christian Sugiono. Keluarga mampu selalu mengganti pasangan atau pacar hanya demi kesenangan hidupnya sendiri. Di usia 25 tahun para sahabat telah menikah memiliki segalanya, sementara dirinya masih berdiri menunggu seseorang untuk melamar seperti sahabat-sahabatnya.

Lantas bagaimana kehidupan perjodohan dari orang tuanya itu? Apakah Fera bisa melewati semua kehidupan barunya?

post para whatsapp

JASA UNIVERSITHY

Ciuman Pertama Aruna

Masa lalu cintaku penuh dengan drama

Sarah

hidup gua datar banget.

la nada

Can not do anything

Stay with Me Kay

I Love My Brother.

Ugly Husband 21+

People search post para whatsapp also like: