"Nak, jangan pergi!" teriak Dokter Wiguna.
"Ada apa?" Fariza berhenti dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Bisakah kamu menuliskan semua resep yang belum kamu selesaikan tadi?" Saat berbicara, Dokter Wiguna menyerahkan pena dan kertas dengan penuh semangat.
"Dokter?" Asisten Dokter Wiguna mencoba membujuk, tapi Dokter Wiguna langsung mengabaikannya.
"Ya." Fariza mengangguk, mengambil pulpen dan mulai menulis.
Setelah membaca resep yang ditulis oleh Fariza, Dokter Wiguna tiba-tiba mengagumi, "Nak, kamu sangat berani! Resep ini inovatif, dan efeknya pasti luar biasa. Ini memang cocok untuk Pak Arya!"
Bibir Fariza bergerak-gerak, tapi tidak ada suara. Resep ini memang sejak awal dibuat untuk Pak Arya.