...rindu tetaplah rindu. Menjelma bersama mimpi dan ingatan yang melintas di alam bawah sadarku. Mengacaukan pikiran yang sedang berusaha memperbaiki dirinya. Apa tidak terlintaskah dalam benakmu tentang hari-hari yang lalu? Tentang semua yang pernah sama-sama kita simpan dalam hati. Rahasia-rahasia yang sudah kita ciptakan sendiri. Apa kamu telah lupa, kita pernah sedekat nadi ini tentang bahagia?
Tapi kini, mengapa harus aku yang menjawab segala tanya. Dengan begitu tega kau hempaskan segalanya padaku. Dihantam berkali-kali tubuhku yang menabahi asal kau utuh. Kamu telah menjadi seseorang yang sangat kejam. Membunuh perasaanku secara diam-diam. Kau sembunyikan dia di balik semua kemesraan kita. Kau jadikan dia sebagai alasan penenang saat masalah mendera kita. Apakah ada cara yang lebih licik untuk bahagia selain itu?