Sekitar beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengan salah seorang editor dari penerbit yang menerbitkan karya-karyaku. Kami duduk berdua menghabiskan petang hari dengan kopi sekaligus berbagi cerita. Entah apa sebabnya, kami serasa seperti dua orang yang sudah kenal lama. Sangat akrab. Dan aku bahkan tidak segan mengatakan apa saja yang sedang aku rencanakan. Beberapa di antaranya, tentang novel baruku yang akan terbit, dan draf buku pantun cinta yang sudah kusiapkan dari tahun lalu (bagian ini kau sedah tahu persis bagaimana usaha kerasku). Aku yang dengan sepenuh hati menceritakan semuanya kepadanya, betapa hatiku ingin sekali memberi hadiah untukmu nanti. Editor itu langsung tersenyum, aku memperlihatkan padanya beberapa pantun cinta yang sudah kutulis. Dia memintaku agar segera menyelesaikan draf buku pantun itu.