Download App
13.88% Patah Paling Parah / Chapter 5: Panik Ada Ayah

Chapter 5: Panik Ada Ayah

Sepanjang perjalanan Ndari masih memikirkan mengapa ayah memberikan izin? Sebelah sisi alisnya terangkat, saat tersadar kekasihnya membawa ke hutan. Bergegas turun dari montor. Mengamati sekeliling, "Ngapain kamu bawa aku ke hutan begini?"

Tetapi anehnya banyak kendaraan yangg terparkir di sana. Memangnya ini hutan tempat apa sih? Ndari semakin penasaran.

"Sudah kuduga, pasti kamu belum tahu tempat ini. Kalo gitu, ayo kita naik."

"E-e-e tunggu … kamu jangan macam-macam, lho! Ingatkan kalo sampai aku terluka pasti kamu dalam bahaya."

Miko nyegir menatap kekasihnya mengepalkan tangan. Bibirnya menarik garis cekung memperlihatkan deretan gigi yang berbaris rapi menambah manis. Dari sini Ndari menyadari jika manis tak hanya tentang gula hehe. Tetapi juga senyumnya. Ndari mengelengkan kepala, menyadarkan diri agar tidak terlena pada ketampanan kekasihnya.

"Tenang, enggak bakal macem-macam. Itu, turunkan tanganmu." tunjuknya ke arah tangan yang akan mendaratkan tinju.

"Tapi tunggu, lebih baik kamu jelasin dulu. Kita naik itu mau ke mana?"

"Ini itu tempat wisata baru yang ada di kabupaten kita. Air terjun … kamu tahu sendirikan jarang-jarang di tempat kita ada wisata air terjun."

"Ohh, jadi di sini air terjun wisata baru itu!" Ndari tampak begitu takjub karena pernah mendengar tempat wisata ini dari teman-temannya.

"Yups, betul. Ayo naik."

Miko langsung mengandeng tangan kekasihnya tanpa permisi. Sepanjang jalan tak ada suara. Diam adalah pilihan di saat degup jantung wanita itu semakin kencang, berbeda dari biasanya. Kenapa Miko harus mengandeng tangan segala? Kan jadi malu.

Miko sendiri tak bisa membohongi hati. Tentu senang bisa menikmati moment romantis bersama wanita yang disayang.

"Awww …. " Jeritan itu membuat langah keduanya berhenti. Spontan menoleh menatap wajah kekasih. Wanita itu sudah tertunduk sembari memegang kaki yang kesakitan.

"Kamu kenapa?"

"Kesandung … aduh, sakit banget. Untungnya enggak luka," renggeknya manja.

Miko gantian mengusap lembut bagian yang sakit sembari meniup-nipu. Sesekali mencuri-curi pandang, membuat Ndari menuduk malu. Romantis juga ternyata cowok itu hehe, "Sini aku gendong. Lagian kamu kalo jalan melamun, sih!"

"Istirahat dulu, ya. Lagian mana mungkin kamu kuat gendong aku! Ditambah jalannya naik."

"Ya elah, meremehkan. Asal kamu tahu pacarmu ini kuat. Buktinya bisa mengangkat tubuhmu yang hampir terjun hehe," ledek Miko.

"Ihh, kamu nyebelin. Sudalah, enggak usah diinget lagi kejadian itu."

Bibirnya terlihat manyun. Membuat Miko spontan mencubit pipi bakponya. Sontak kaget dan meninggalkan rona merah di sana. "Ciee … ada yang merah merona ni hehe."

"Ihh, apaan!" elak Ndari malu.

Ndari membuang wajah, padahal bersusah payah menahan senyum. Tangan Miko malah semakin menjadi, mengelus lembut kepala memberikan rasa nyaman.

"Iih, jangan gitu. Geli," rajuk Ndari menjauhkan lengan kekasihnya.

"Kan cuman dielus rambutnya, Sayang."

"Apaan sayang-sayang, biasa aja manggilnya."

"Kenapa kok gitu, kamu malu punya pacar aku?" tanya Miko yang langsung merangkul dengan sebelah sisi lengan.

Buru-buru Ndari mejauhkan, "Ihh, awas ya! Kamu ingatkan apa kata Ayah. Jangan macam-macam!"

"Jangan galak gitu dong," goda Miko manja.

Ndari langsung beranjak bangkit, tentunya memilih untuk jalan lebih dulu. Namun, saat hendak berdiri tubuhnya tak seimbang hampir saja terjatuh. Untung, kekasihnya sigap mendekap menyelamatkan. Kedua wajah mereka berpandangan dalam jarak dekat dan debat jantung yang tak karuan.

Miko malah menarik lebih dalam dekapan. Sedangkan Ndari merasa tenggorokannya tercekat. "Mik, sorry … tadi enggak seimbang untuk ada kamu, makasih."

"Yang penting kamu selamat," sahut Miko dengan wajah santai.

Ndari meregangkan pelukan, mencoba melangkah lebih dulu. Miko berjalan di belakangnya. Akhirnya mereka sampai pada tempat yang dituju. Hawa dingin mulai terasa. Perlahan tangan direntangkan, menghirup dalam-dalam menikmati udara sejuk di tempat wisata ini.

"Wah, sejuk banget di sini!"

Ingin rasanya memeluk wanita itu lagi, tetapi Miko memilih mengurungkan keinginannya. Memilih senyum dan mengamati orang yang disayang sedang menikmati liburan.

"Bener-bener enggak nyangka bakal sesejuk ini, lho. Makasih Sayang sudah bawa aku kemari."

"Hah! Apaan tadi?"

"Makasih Miko udah bawa ke sini," ralat Ndari tersenyum malu.

"Perasaan tadi kalimatnya enggak begitu, deh."

"Emang kamu dengarnya bagimana?"

"Ada kata 'sayang',"

"Ih ngarep!" seru Ndari yang langsung menolehkan kepala menatap wajah kekasihnya.

Entah kenapa, Ndari merasa canggung saat memanggil pacar dengan sebutan syanag. Miko malah terbahak-bahak.

"Kenapa sih harus malu saat memanggil sebutan Sayang?" tanyanya.

Tak ada jawaban, Ndari memilih mengabaikan dan melangkahkan pergi. Ia memilih membungkuk untuk menyentuh sejuknya air terjun yang mengalir. "Wow, dingin ... sejuk, sumpah. Mik, coba kamu celupkan tanganmu ke sini."

Miko mendekat, meniru kekasihnya dengan mencelupkan tangan di tempat yang sama. Lagi-lagi selalu mengambil kesempatan untuk memegang tangan Ndari. Biasalah cowok suka modus.

"Ih, kamu ini cari kesempatan!" rajuknya dengan bibir manyun.

Cowok tampan pemilik senyum manis itu hanya tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya yang seperti biji timun, berbaris rapi. Tampaknya ia sangat bahagia.

"Jangan senyum-senyum," tegur Ndari bangkit tak tahan mengamati.

Miko menyusul kekasihnya, "Kenapa?"

"Enggak papa."

"Ohh, aku tahu. Pasti karena senyumku manis iya 'kan? Tenang aja, senyumku spesial hanya untukmu, hehe."

"Enggak nyambung haha … awas ya kalo berani cari perhatian di depan cewek lain dengan senyum-senyum begitu!"

"Hehe, cemburu ya …."

"Enggalah, kurang kerjaan banget cemburu sama kamu."

Keduanya saling melempar pandangan dan tak lama gelak tawa kembali terdengar. Ndari mengalihkan perhatian mengambil ponsel dalam tas miliknya. Tentu ia akan menjepret gambar untuk mengabadikan moment indah ini.

"Ih, apan sih, balikin Hp-ku." teriaknya berusaha mengambil alih ponsel yang direbut. Miko malah menaikan tangan ke atas, tentu semakin sulit untuk diraih. Ditambah, Ndari hanya wanita dengan tinggi badan dibawah 160 cm. Sedangkan kekasihnya jauh lebih tinggi. Tentu tak bisa meraihnya.

"Foto sendiri itu tidak baik nanti malah dikira jomblo, hehe. Sini foto sama Kakak ganteng," celetuknya penuh percaya diri.

Ndari nyengir mendengar pengakuan cowok yang sok ganteng. Meskipun sebenarnya juga ganteng, hehe. Sialnya lagi, pada saat nyengir malah sengaja dijepret Miko sembarangan dan hasilnya sangat tidak bagus

.

"Jelek-jelek! Hapus!"

"Ogah!" Miko malah langsung mengirim foto itu ponselnya. Ndari merajuk Miko mengancam mempostingnya di instagram. Astaga malu-maluin sumpah. Tak lama, foto mereka diposting.

"Hapus dong, aku jelek itu. Ya udah kalo gitu aku pulang!"

"Yakin mau pulang, udara di sini enak, lho. Sejuk banget... sumpah!" ledeknya.

Masih dengan wajah murung perlahan Ndari turun. Meninggalkan Miko dan tentu cowok itu panik.

"Astaga, tu anak serius apa mau pulang!" Miko bergegas menyusul. Langkah Ndari tiba-tiba berhenti melihat seorang laki-laki yang tak lagi asing berjalan ke arahnya.

"Ayah ... nga-ngapain di sini?" Ndari tergagap bingung.

Atmaji yang tak sengaja melihat anaknya tak kalah panik. Jarak berdiri hanya tinggal beberapa menter, tak mungkin putar balik. Wajahnya berusaha tenang seolah tak terjadi apa-apa. Miko juga tak kalah kaget menyadari kedatangan ayah Ndari.

"Ndari itu, Ayahmu bukan? Ngapain beliau ada di sini?"

Ndari tak menjawab sebab masih terpaku fokus mengamati. Jika benar itu, ayah. Lantas mengapa kemari? Apa jangan-jangan, Ayah ingin menemui seseorang di sini?


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login