bagaimana aku bekerja di resto itu sedangkan aku sedang kuliah, bisa menjadi pelayan restoran tapi diharuskan bekerja dari pagi sampai malam, aku tidak bisa karena aku kuliah. gumamku sedih
saat aku berjalan mencari pekerjaan. aku singgah di supermarket untuk beli minuman. tidak sengaja aku melihat ada lowongan pekerjaan di supermarket ini. akhirnya aku kesana dengan senyum senang.
"permisi kak" kataku sambil tersenyum
"iya, ada apa dek? apa yang bisa kakak bantu" jawabnya
"saya disini ingin melamar pekerjaan kak" jawabku
"ooh tunggu sebentar" jawabnya
"baik kak" jawabku sambil tersenyum ramah
aku melihat kakak itu yang ku tahu namanya elvira yang tertera di nametag bajunya.
"adek pergi naik ke lantai 2 terus ada pintu pojok sebelah kanan nanti masuk kesitu ya disana ruangan yang punya supermarket ini" kata kakak itu.
" baik kak terimakasih kak" kataku sambil tersenyum.
saat sudah sampai didepan pintu aku mengumpulkan keberanianku dan mengetok pintu itu. tak lama terdengar suara lelaki menyuruh masuk.
aku memberi salam dan dipersilahkan duduk.
"apakah kamu ingin melamar pekerjaan disini? tanyanya
"iya pak" jawabku gugup dengan memberikan map biodataku
" apakah kamu pernah bekerja sebelumnya?" tanyanya
"aku belum pernah bekerja pak dan aku bekerja ingin membayar uang kuliahku" jawabku.
"apakah bekerja disini tidak akan mengganggu kuliahmu? tanyanya lagi
" tidak pak tapi bisakah saya bekerja disini dengan menyesuaikan dengan jadwal kuliah saya " jawabku dengan wajah memohon
" hmm baiklah kalau begitu tapi saat hari libur kamu harus bekerja full" jawabnya
" baik pak, terima kasih pak" kataku tersenyum senang.
" kamu boleh bekerja mulai besok" katanya lagi
"baik pak, permisi" kataku sambil tersenyum.
akhirnya aku mendapat pekerjaan gumamku sambil tersenyum senang melupakan masalahku sejenak dan pulang ke kos.
besoknya Aku berjalan ke kampus untuk kuliah dan seperti biasa orang-orang menatap benci padaku tapi aku memilih tidak peduli dan terus melanjutkan jalanku dengan wajah tertunduk takut.
setelah beberapa hari ini aku merasa david menghilang. aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padanya.
saat ini seorang pemuda tengah bersenang- senang disebuah cafe.
"hai vid" sapa evan.
" hmm" balas david sambil tersenyum.
ya pemuda yang tengah bahagia itu adalah david.
" kau terlihat sangat senang" kata evan lagi
" tentu saja sebagian rencanaku berhasil" jawabnya dengan senyum mengembang
" rencana apa?" tanya evan
" apa kau mau lihat? " tanya david sambil mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu pada evan.
tapi respon yang tak di duga oleh david ternyata teman baiknya itu malah menonjok wajahnya keras
" bajingan kau david, bagaimana bisa kau melakukan itu pada keysa. kau kemanakan otakmu itu" kata evan sangat marah
"aku tidak mengenalmu, sekarang ku putuskan pertemanan kita. aku tidak ingin berteman dengan orang brengsek seperti mu." kata evan menggebu- gebu terlihat dia sangat marah bahkan tangannya masih terkepal.
" heh kau membela cewek miskin itu dan memutuskan pertemanan kita? oh ayolah evan. kau terlalu berlebihan, apa kau menyukainya? kata david meremehkan
" aku tidak tahu dimana jalan pikiranmu david. aku hanya mengatakan ini, kau akan sangat menyesal nantinya" kata evan dan berlalu pergi dari sana.
"aku menyesal? tidak mungkin. ini sakit sekali awas saja kau keysa. aku akan memberi hadiah paling mengesankan akan menantimu" kata david sendiri dan kembali tertawa memegang luka disudut bibirnya.
sesuatu yang tampak tidak menarik akan sangat berarti saat sesuatu itu hilang.
terlihat seorang wanita menangis di depan pintu ruang rawat di rumah sakit. dia terlihat berantakan. ya dia adalah keysa
dia kembali di usir oleh keluarganya.
"apa kamu tidak tahu malu? masih berani penampakkan wajah menjijikkan mu itu dihapadan kami" marah perempuan yang bernama clarissa.
" key mohon kak, sekali ini saja. key ingin bertemu ibu" katanya memohon sambil menangis.
"kamu tidak diterima disini. jadi pergi jangan membuatku berlaku kasar padamu" kata kak clarissa.
"ku mohon kak" kataku memegang tangan kak clarissa.
" jangan pegang aku sialan, aku jijik padamu." katanya dengan marah sambil mendorong badan keysa sampai terjatuh.
aku terdiam. " apakah begitu bencinya kakak padaku? aku bisa menjelaskan semuanya. aku tidak tahu akan itu..." kataku yang dipotong oleh kak clarissa.
"kau tidak perlu menjelaskan padaku karena aku tidak akan mau mendengar penjelasanmu . karena yang pasti yang membuat ibu ku sakit adalah dirimu sialan jadi pergi dari sini sebelum tanganku akan melayang diwajah menjijikkan mu itu." katanya lagi.
sepertinya aku sudah tidak punya harapan lagi bahkan sekedar mendengarkan mereka tidak mau. apakah aku harus merelakan ini? dan memendam sakit ini sendirian? aku tidak punya tempat bersandar sekedar untuk bercerita.
besoknya aku pergi ke kampus seperti biasa. tapi kali ini rasanya berbeda kenapa orang- orang melihatku begitu dan saat aku mendekat mereka langsung menjauh. apa yang salah dengan ku sekarang? pikirku
mereka terus saja menghinaku membuatku tidak nyaman bukan karena apa tapi ini lebih parah dari sebelumnya mereka membully ku. jika dulu mereka membully ku dengan kata sombong tapi sekarang mereka melihatku dengan tatapan yang menjijikkan seperti halnya melihat sampah.
aku hanya diam tidak berani bertanya dan terus berjalan sambil menunduk dalam. sungguh hatiku sangat sedih, setiap masalah berkumpul padaku. saat aku berjalan tiba-tiba ada yang melempariku dengan sampah
"masih sanggup pergi kuliah jalang" kata seseorang yang tidak ku tahu namanya.
aku berhenti dan terdiam.
"apa dia tidak malu? mungkin kalau aku jadi dia, aku lebih baik bunuh diri" kata seorang yang lain lagi.
" mengapa dia harus bunuh diri kalau dia juga merasakan kenikmatan" kata seorang pria dengan nada menggoda.
aku bingung apa yang mereka maksud. aku berlari cepat tidak ingin mendengarkannya lebih banyak.
" hei mesum jangan lari- lari apa kamu berniat menggoda untuk mendapatkan uang" kata seorang wanita dengan suara meremehkan.
" kau tidak perlu berlari, aku akan memberi pelanggan untukmu, apa kau mau? om itu sangat kaya dan tidak memandang wajah" kata seorang lelaki lain dan tertawa kencang.
aku menutup telinga ku dan air mata yang mengalir kedua pipi ku. aku tidak begitu. aku tidak mesum. aku tidak pernah melakukan apapun. apa yang membuat mereka begitu? aku menangis pilu sambil memukul dadaku. ini sangat sesak rasanya sulit untukku bernafas. diatas atap gedung itu aku melampiaskan semua sesak dihatiku. mungkin orang yang mendengar tangisanku ini akan merasa iba. karena apa? diriku sungguh tidak sanggup mengatakan apa yang kurasakan saat ini. ini sangat menyakitkan bahkan aku sudah menguatkan diri untuk tidak menangis tapi aku tidak bisa melakukakannya. ini sungguh sakit dan pedih.
andai hatiku dapat berbicara, takkan pernah sanggup mereka mendengarnya. tangisan hatiku meraung di jiwa. karena luka yang menyakitkan akan tertinggal padaku. aku berharap ini berakhir dengan cepat.