Download App
66.66% kadaluarsa / Chapter 2: 2 GAIRAH KEMBALI

Chapter 2: 2 GAIRAH KEMBALI

Sudah tidak sabar rasanya Sabam menunggu keesokan harinya untuk bertemu lagi dengan Tiur dan anak anaknya ditambah lagi dengan sikembar yang menggemaskan. Sabam sadar bahwa ini adalah kesalahannya terfatal dan terbodoh yang dibuatnya. Wajar saja jika Tiur masih sangat membenci dirinya. Jam 6 pagi Sabam sudah berada di depan pintu kontrakan Tiur. Tiur hidup sederhana. Tak ada yang neko neko dilihatnya dari diri Tiur. Tok...tok..tok... Sabam mengetok pintu kontrakan Tiur. Sampai 3 kali baru dibukakan oleh Tiur. Abang...ngapain pagi pagi kemari. Tanya Tiur. Dek, abang sangat rindu padamu. Izinkanlah abang masuk dulu. Masuklah. dengan muka datar Tiur menyuruh Sabam masuk. Anak anak masih tidur? apa mereka gak sekolah? tanya Sabam. Mereka homescholing. aku yang ngajar mereka setiap pulang kerja. tapi sekarang ini anak yg besar sudah mandiri. Wifi kupasang agar mereka dapat mencari pelajaran, malam baru saya periksa dan menjelaskan apa yang belum mereka pahami. Tutur Tiur. Wow...Sabam terkagum kpd Tiur. Luar biasa wanita ini pikir Sabam. Menyesal dia telah menceraikan Tiur. Dek kembalilah kau padaku. aku sangat membutuhkanmu dan menginginkanmu lagi. Tak ada lagi hasrat terbesarku dalam hidupku. Hanya dek Tiur hasrat abang selama lamanya. Aku sangat terluka bang. Luka itu belum sembuh. Kalian semua menganggapku hanya sebuah pabrik anak. Tak pernah kalian anggap aku manusia yang berharga. Aku hanya sampah bagi kalian. Kata Tiur. Sudah dek jangan kau lanjutkan lagi. iya kami sangat bersalah padamu dan anak anak. Aku sungguh menyesal. Bagaimana cara aku manebus kesalahanku padamu dek? katakanlah. Bahkan seluruh hartaku akan kuserahkan padamu ataupun hidupku akan kupertaruhkan. Jika kau suruh pun aku memakan kotoran anjing itupun aku mau memakan dengan suka rela. Tiur tidak menggubris sedikitpun ucapan Sabam. dianggapnya seperti kentut yang keluar berbau busuk lalu hilang. Harta abang bilang? ingat gak terakhir kali abang katakan bahwa aku tidak bisa memiliki hartamu karena abang sudah memilikinya sebelum kita nikah. Betapa terpukulnya aku bang. Aku sampai memohoh mohon di kakimu. kucium kakimu. memohon belas kasihan darimu sedikitpun tak kau gubris. tak terasa air mata Tiur menetes mengingat kembali kejadian 6 tahun lalu. ok aku sangat menyesalinya sayang. Sabam menimpali. Abang memang sudah menceraikanku. tapi aku menganggap kita tidak bercerai secara fisik. tapi hatiku sudah mati untukmu bang. Aku hidup hanya untuk anak anakku saja. Aku rasa abang mau kita kembali karena abang sudah melihat anak laki laki ku ini kan? Coba kalau anak kembar ini tidak abang lihat pasti tidak ada keinginan abang untuk kembali. iya kan? aku bukan yang dulu lagi bang. aku sudah kuat dan berakar dalam. tidak akan goyah lagi. Sabam menyangkal perkataan Tiur untuk yang satu ini. Dek, jauh sebelum aku tahu kamu punya anak kembar laki kaki ini. aku sudah sangat merindukanmu dan menginginkanmu kembali. Tidak bisa lagi aku bersamamu bang. Hatiku sudah hancur. Tidak ada lagi sedikitpun keinginan bagi Tiur untuk kembali dengan Sabam. Dreet....dreet... telepon pintar Sabam bergetar. Dari seberang sana Roy bicara, pak Besok ada rapat bersama seluruh direksi. Jangan lupa pak. Roy asistennya mengingatkan Sabam. Baiklah. jawab Sabam. Sial, pikirnya, kenapa rapatnya harus besok. saya harus berangkat hari ini. Dek, kumohon. Sabam berlutut memohon di bawah kaki Tiur. Sedangkan Tiur tak bergeming sedikitpun. Dek, hari ini abang berangkat ke kota J. Tapi...tapi..abang pasti datang lagi secepatnya seteleh urusan abang selesai di sana. Digenggamnya kedua tangan Tiur erat erat. Lalu diciumnya. Begitu juga dengan keempat anak anak diciumnya. Tapi anak anaknya tak ada respon. Bingung mereka mau bilang apa. Papa izin dulu sebentar ya nak. Baik baik kalian semua. Berat sekali bagi Sabam meninggalkan mereka saat itu. Tapi dia bertekad akan datang lagi secepatnya ke kota S. Tak ada perasaan sedih sedikitpun bagi Tiur ketika Sabam pergi. Kalau mau pergi ya pergi aja, batin Tiur. Tiur kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa. Sorenya telepon genggam Tiur berbunyi. tapi dari nomor tak dikenal. Tiur mengangkatnya. Ya halo, dengan siapa ini? Ini nomorku dek. tolong disimpan ya. Hampir Tiur mau mematikan. Tolong jangan kamu tutup teleponnya. Abang sudah sampai dek. Kamu sudah makan dek? apa apaan ini pikir Tiur dongkol. Kelakuan Sabam sama persis seperti waktu dia ngejar ngejar Tiur 15 tahun yang lalu. Dulu memang hati Tiur sangat berbunga bunga diperlakukan seperti itu. Tapi sekarang tidak lagi. Hampir setiap jam Tiur ditelepon, vidio call. Di kota J Sabam sangat senang. Ia seperti menemukan kembali gairah hidupnya. Pagi pagi saat Sabam ke kantor aura kebahagiaan Sabam terpancar. Susan dan Olivia yang selama ini mengincar incar bosnya yang tidak pernah berhasil, semakin terpesona melihat Sabam pagi itu. Tak pernah sedikitpun Sabam tertarik dengan mereka berdua. Padahal Susan dan Olive dua perempuan tercantik, terseksi dan paling menarik di kantornya. Yang ada di kepalanya hanyalah Tiur, tiur dan tiur sejak 5 tahun ini. Saat duduk sendiri di ruangannya selalu foto Tiur dipandanginya dan diciumnya. Sabam kembali nelpon Tiur. Dek, kamu dan anak anak sudah makan belum. Tiap jam Sabam nanyain keadaan Tiur dan anak anak sampai Tiur merasa jengkel dan tergangganggu. Di kota S, beberapa hari setelah Sabam pulang ke kota J, banyak kiriman barang datang ke kontrakannya, Laptop ada 2 pcs, 2 sepeda untuk si kembar, 3 buah HP pintar, mainan anak laki laki. Tiur tidak suka dengan ini semua. Tiur memberanikan diri nelpon Sabam. Hati Sabam sangat senang. Ya sayang. begitu lembut Sabam mengangkat telepon dari Tiur. sementara di sana Tiur sudah nada jengkel. Abang gak usah kirim barang barang aneh ke rumahku. Aku masih bisa membeli itu semua. barang barang yang abang beli buat semak di rumahku. Sabam bahagia sekali mendengar suara Tiur yang lagi marah. Didengarnya sampai habis Tiur bicara. Sudah marahnya dek? tanya Sabam dengan sabar dan manis. idih gak usah sok manislah, Tiur bergumam dalam hati. Iya sudah, kututup teleponnya ya, kata tiur. Eh jangan dulu donk sayang, sela Sabam di sana. Abang masih mau ngomong sama mu. Lalu sabam mengalihkan teleponnya menjadi vidio call. Sabam terus memandangi wajah Tiur, sementara Tiur selalu buang muka. setelah itu mereka banyak diam. akhirnya Tiur memutuskan untuk menutup telepon. sudahlah kututup aja VC ini. banyak kerjaanku lagi. Selamat siang. Tuuut..tuut..tuut. suara di telepon Sabam terdengar seperti itu. Hati Sabam berbunga bunga. Rasa rasanya barang kecilnya yang berharga kembali hidup lagi. 3 hari setelah rapat, Sabam kembali ke kota S. Sorenya dia sudah berada di kontrakan Tiur. Kebetulan Tiur baru pulang kerja dan sudah ada di rumah. Tok.. tok..tok...Tiur mendengar ketukan pintu. Ya siapa? sambil menghampiri pintu. Lalu dibukanya. Abang??ngapain lagi datang kemari? tanya Tiur. Kan abang sudah bilang akan datang lagi secepatnya. Abang gak disuruh masuk ni? tapi belum dipersilahkan Sabam sudah masuk nyelonong. Anak anak mana dek? tanya Sabam. Si kembar lagi tidur siang. Rani les gitar, Rika les Biola. Jawab Tiur. Wah, kamu memang hebat dek mendidik mereka. Pujinya. Abang haus nih dek. Maukah kamu buatkan abang kopi? kasihan juga Tiur lihat Sabam kehausan. Tiur pergi ke dapur membuatkan kopi yang enak buat Sabam. Lalu diberikannya kepada Sabam. Silahkan minum. Terimakasih dek. Kopi buatanmu memang selalu enak ya dek. Maukah kamu menerima abang kembali dek? Gak bisa bang. tekadku sudah bulat. Tiur mencoba bertahan. Kalau begitu izinkan aku untuk berusaha ya dek. Sabam memohon. Selama dua jam mereka duduk berdiam dan sekali kali bicara. Sampai si kembar bangun dan Rika, Rani pulang les. waktu sudah pukul 19.00. Sabam menyambut Rika dan Rani dengan pelukan. Papa rindu kalian berdua nak. Diciumnya kening anak anak perempuannya. Abang gak kembali ke hotel? sudah malam ini. Gak dek. Abang nginap di sini aja ya. pintanya. Gak ada lagi kamar disini bang. Tiur mencoba memberitahu. Tidak apa apa. abang di sofa ini aja tidurnya. Anak anak belum makan. aku siapkan makan malam dulu. Tiur hendak pergi ke dapur. tapi Sabam menahannya. Lalu ditanya nya anak anak. anak anak mau makan di restaurant? mereka berempat kompak menjawab. Mau!!


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login