Download App
100% kadaluarsa / Chapter 3: Sulit

Chapter 3: Sulit

Sudah 10 tahun Doni menduda, tapi tak ada wanita lain yg bisa mengisi hati dan kehidupannya. Tapi Tiur, seorang perempuan yang jauh dari ekspektasinya sudah mengganggu pikirannya. Tak ada yang istimewa darinya. Janda beranak 4, wajah standar, badan berisi dan keras kepala. Usia hanya 2 tahun lebih muda darinya. Awal pertemuan dengan Tiur waktu dia nyerempet mobil Doni. Tiur terlihat buru buru ke rumah sakit disuruh bosnya untuk mendonorkan darah. Cucu bosnya mengalami kecelakaan. dan memerlukan darah golongan O dengan resus yg sama dengan Tiur. Semenjak putrinya meninggal anak putrinya tinggal dengan si bos. Hei...kamu...berhenti.. teriak Doni. Tiur terus ngebut dan Doni terus mengikutinya hingaa sampai di rumah sakit. Tiur buru buru berlari ke ruang transfusi darah. Doni heran ada urusan apa perempuan itu ke Sini, pikirnya. Doni terus menunggu sampai Tiur keluar dari ruangan itu. Hei ...kamu..panggil Doni. Tiur menoleh ke arah Doni. Bapak panggil saya? tanya Tiur sambil clingak clinguk siapa tahu bukan dia yang dimaksud. Iya kamu saya panggil. Doni mengulang dengan nada kesal. Kamu sudah nyerempet mobil saya. Kamu harus harus bertanggung jawab. Tiur melihat Doni dengan wajah iba mengasihani Doni. Oh maaf pak, saya tidak tahu. saya sudah gak lihat jalan lagi karena buru buru mau donorkan darah saya. Jawab Tiur. Emang siapa yang butuh, tanya Doni penasaran. Doni sdh mulai ragu minta pertanggung jawaban dari Tiur. Oh itu cucu bos saya satu satunya umur 10 tahun. jawab Tiur. Emang kamu kerja dimana? saya kerja di kedai kopi XX di jalan Dahliah pak. Doni kaget minta ampun. Kedai itu adalah milik mertuanya dan mertuanyalah yang mengurus Revan anaknya. Apakah Revan yang kecelakaan? tanya Doni. Sekarang Tiur yang heran. Kok bapak tahu nama anak itu Revan? tanya Tiur. Itu anak saya. Istri saya meninggal sewaktu malahirkan Revan. Lalu bagaimana sekarang keadaannya? Oh iya nama saya Doni. Tiur semakin bingung. Revan sedang dioperasi pak. Tapi puji Tuhan sudah tertangani. Kata Tiur. Pak...pak ... ngomong ngomong bagaimana keadaan mobil bapak. Saya akan bertanggung jawab memperbaiki goresan yang di mobil bapak. Maafkan atas ketidaknyamanan ini ya pak. kata Tiur. Ah sudahlah tak usah dipikirkan lagi. kata Doni. Kamu telah meyelamatkan anak saya. Nama kamu siapa? tanyanya. Saya Tiur pak. Saya harus bertanggung jawab atas perbuatan saya, kata Tiur. Tidak usah! jawab Doni. Bapak yang pertama mangatakan tadi. Kata kata bapak yang pertama saya pegang. kata Tiur bersikeras. Kalau saya bilang tidak usah, ya tidak usah. kamu jangan keras kepala. Doni maksa. Baiklah kalau begitu. saya pamit ya pak. Terimakasih banyak. Tiurpun pergi meninggalkan Doni sendirian. Lalu Doni pergi ke ruang operasi. Disitu Doni melihat ibu mertuanya sedang menunggu Revan yang dioperasi. Ibu. sapa Doni. Mengapa ibu tidak memberitahukan saya kejadian ini. untung karyawati ibu yang memberitahukan kepada saya. Tiur namanya. Doni sambil menceritakan mengapa sampai dia bisa tahu. Semenjak itu, Doni sering datang ke kedai kopi tempat Tiur bekerja. Dan lama lama Doni menyampaikan perasaannya kepada Tiur. Tiur terus menolaknya dengan banyak alasan. Itu perasaan sesaat aja pak. Saya ibu beranak 4 pak. Suami saya masih hidup. padahal surat cerai mereka sudah ada. Sempat Doni menyerah. Tapi itu hanya sebentar saja. Karena sempat dilihatnya anaknya Revan begitu menyanyangi Tiur. Bahkan Revan sudah memanggil Tiur dengan sebutan mama. Wow...pikir Doni. Tiur sudah bisa menaklukkan hati Revan. Dan anak anaknya pun begitu akrab dengan Revan. Bak kakak beradik. Tiur menikahlah denganku. Aku gak mau dengar alasan alasanmu yang gak masuk akal itu. Pinta Doni. Pak Doni. Jujur saya tidak siap hidup dengan kehidupan bapak. saya trauma dengan kehidupan saya dulu. Suami saya yang dulu, sama persis dengan bapak. saya tidak dipandang. Saya sudah nyaman dengan kehidupan saya sekarang. Saya hanya ingin fokus dengan anak anak saya. Saya sudah capek pak. Tiur masih gigih menolak. Tapi kamu kan sudah dekat dengan anak saya. Begitu juga anak anakmu dengan anakku. sudah akrab. Kamu cocok jadi ibu anakku. 'Tapi bukan jadi istrimukan?' tambah Tiur. Kalau untuk jadi ibu Revan dari dulu aku bisa. tapi aku mundur untuk jadi istrimu. sudahlah Doni aku akan menyayangi anakmu tanpa menikahiku. kita tidak selevel. kamu diatas aku dibawah. aku orang udik. Doni masih sering ke kedai kopi itu dan Tiurpun tetap memberikan kopi ke kepada Doni seperti biasa. Sulit sekali bagi Doni untuk meluluhkan hati Tiur.


next chapter
Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login