Download App
33.33% kadaluarsa / Chapter 1: 1 Masa itu
kadaluarsa kadaluarsa original

kadaluarsa

Author: netty_linawati

© WebNovel

Chapter 1: 1 Masa itu

'Mulai sekarang kita berpisah.' Sabam mengawali pembicaraan mereka. 'Kamu perempuan tak berguna. Tak bisa menghasilkan anak laki-laki bagiku. Penerus namaku' sambungnya lagi. Tiur hanya terdiam. Kata-kata Sabam bagaikan petir di siang bolong. Betapa kejam kata-kata tersebut. Batin Tiur. Padahal mereka sudah memiliki dua putri yang cantik, pintar, dan sehat. Apa yang salah dengan diriku. Tiur memberanikan diri untuk bicara. Setelah Sabam agak lama diam usai mengucapkan kata-kata kejamnya. 'Mengapa abang salahkan aku? Tuhankah aku maka aku bisa menentukan jenis kelamin apa anak yang akan kulahirkan? Lalu apakah putri kita yang dua itu bukan manusia? Janganlah bang kejam begitu. Aku gak mau cerai dengan abang. Lagian cerai kan gak boleh dalam agama kita.' Tiur sambil menangis menahan sakit. 'Aku tidak bisa mundur lagi. Aku sudah mengajukan perceraian ke pengadilan agama. Barang-barangmu dan barang-barang Rani dan Rika sudah kukemas.' Sabam semakin bersikeras. 'Jangan bang, jangan abang ceraikan aku. Kasihanilah kami. Dimana nanti kami akan tinggal?' Tiur memohon sampai mengemis kepada Sabam. Tapi Sabam tak menggubris permohonan Tiur. 'Harta gono gini tidak ada kuberikan. karena aku sudah punya harta ini sebelum kita menikah.' kata Sabam. Tiur semakin sedih. Sabam mengusir mereka bertiga. Tiur dan kedua putrinyapun pergi dari rumah mereka. Tiur memandang kedua putrinya yang masih kecil-kecil satu umur 8 tahun, satunya lagi umur 5 tahun. 'Mama, kita kemana ma? Mengapa kita diusir papa, ma?' tanya Rani bingung. Hubungan Rani,Rika dengan papanya memang tidak begitu akrab. Sabam selalu membuat jarak dengan kedua putrinya. Sabam hanya memberikan uang 50 juta kepada Tiur. Sejak Sabam menceraikan Tiur dan diusir dari rumah mereka, Tiur dan kedua putrinya pindah ke luar kota, ke kota S Kota kecil yang belum pernah sama sekali diinjaknya. Dua bulan mereka terlunta-lunta di kota S tersebut menyewa kontrakan kecil, dan untungnya setelah dua bulan Tiur dapat pekerjaan sebagai pelayan kedai kopi. Sebuah kedai kopi moderen zaman sekarang. Tiur sangat pandai meracik kopi. selama seminggu bekerja sebagi pelayan, kedai kopi itu jadi tambah ramai. Untung pemilik kedai kopi mengizinkan Tiur membawa kedua putrinya saat bekerja. Tiur menaruh mereka di sebuah kamar di belakang kedai. Begitulah setiap harinya rutinitas mereka. Jadwal kerja Tiur dari jam 08.00 sampai 17.00. Setelah dua bulan lebih di kota S dan dapat pekerjaan, Tiur merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. setiap pagi mual dan pusing. tapi Tiur menahan dan berusaha tegar. Tetapi selama seminggu keadaannya terus seperti itu. 'Jangan-jangan aku hamil lagi. Oh tidak, bagaimana nasibku.' batin Tiur. lekas-lekas Tiur membeli alat test kehamilan di apotik. dan ternyata benar garis dua. Besoknya tiur segera periksa ke bidan terdekat. Benar saja Tiur hamil sudah jalan 3 bulan. 'Bagaimana ini, aku hamil. tapi aku tidak mungkin menggugurkan anak ini. Ah biarlah, biarlah anak ini lahir.' Tiur bicara sendiri dengan dirinya. Tiur mengabaikan morning sick nya. 'Alah gak ada ngidam-ngidam. Gak usah manja Tiur.' serunya dalam hati. Bulan berganti bulan, Tiur bekerja seperti biasa. Malamnya Tiur mengajar anak-anaknya home schooling. Tiur tidak memasukkan kedua putrinya ke sekolah formal. Tiur berusaha mengajar anak anaknya sendiri. Sejak awal Tiur masuk kerja ke kedai kopi tersebut, Tiur menceritakan keadaannya apa adanya tak ada yang ditutupinya dari bosnya itu. Bosnya sangat baik dan mengerti keadaan Tiur. Jadi saat bosnya tahu Tiur hamil, bosnya tidak heran karena pada saat itu Tiur masih memiliki suami. Bahkan bosnya memberi ijin cuti melahirkan selama 3 bulan buat Tiur. Tiba waktunya bagi Tiur melahirkan. Bosnya sangat menyayangi Tiur. Sudah dianggapnya seperti putri kandungnya yang telah meninggal 5 tahun lalu. Tiur melahirkan anak kembar laki-laki yang tampan dan sehat.

Setahun setelah perceraian Sabam dengan Tiur, Sabam mengalami kecelakaan. Secara fisik Sabam tidak mengalami luka fatal, hanya saja dia diagnosa akan mandul seumur hidup. Setelah perceraian itu Sabam sempat menikah dengan harapan mendapat anak laki laki. Namun sudah setahun menikah istri barunya tak kunjung hamil hingga kecelakaan itu terjadi. Istrinya pergi meninggalkannya karena mendengar suaminya mandul. Untuk apa aku hidup dengan laki-laki mandul. Pikir istrinya. Membuang buang waktu saja. Lalu dia pergi begitu saja. Sejak itu Sabam berubah menjadi laki laki yang dingin, tak ada gairah melihat wanita secantik da sesexi apapun. Ibarat singa yang disodorkan daging mentah tapi tak disentuh olenya. Sabam menjadi workaholic. Kerja, kerja dan kerja. Itu yang ada dalam pikirannya. Banyak kerabat dan sahabatnya menjadi iba melihatnya seperti itu. Sekilas Sabam tampak seperti duda keren, tampan dan sangat mapan. Tak ada yang kurang. Perfect to . Begitulah kira kira istilahnya. Disaat kesendiriannya sering muncul kerinduan yang mendalam terhadap Tiur dan kedua putrinya. Dia mengutuk dirinya yang bodoh ini. Benar kata Tiur, Tuhankah dia maka dia dapat menentukan jenis kelamin apa yang akan dilahirkannya. Betapa kejamnya dia terhadap Tiur. Seharusnya dia sangat bersyukur sudah dikaruniai dua putri yang cantik. Sabam terus mencari keberadaan Tiur bahkan kekerabatnya Tiur. Tak ada informasi satupun yang didapat melainkan sumpah serapah dari pihak Tiur yang dia dapat dan itu dia terima dengan ikhlas. Banyak anak buahnya dia suruh untuk melacak Tiur tetapi tetap tak bisa dia dapat. Tiur bak ditelan bumi. Sabam sangat membenci dirinya saat ini. Dia menjadi laki laki kesepian. dan itu layak dia dapatkan. dia menyadari hal itu. Untung saja bisnisnya semakin lancar, dia bahkan sudah menjadi CEO perusahaan ternama di kota J. Sabam ada proyek di kota S. Seminggu Sabam di kota S tersebut untuk membuka cabang di sana. Sebelum dia kembali ke kota J, dia dengar dari asistennya Roy ada kedai kopi yang sangat enak yang diracik seorang wanita. Lalu Roy mengajak Sabam bosnya untuk menikmati kopi enak tersebut. karena dia tahu betul bosnya penggemar kopi. Pergilah mereka ke kedai kopi tersebut. Nuansanya tradisional tapi moderen. Mereka masuk dan langsung diarahkan seorang pelayan untuk duduk dikursi yang disediakan di kedai itu. Mereka pesan kopi dan 10 menit kemudian kopinyanya datang yang dibawakan pelayan laki laki. Sabam mencoba menyeruput kopi tersebut. Alangkah kagetnya dia, ini kopi yang selalu dirindukannya yang dibuat oleh Tiur. sama persis. Pikirannya kembali melayang kepada Tiur. Saat dia memikirkan Tiur ada dua anak kembar yang berlarian di kedai itu kira kira umur 5 tahun. tawa mereka begitu renyah. Lama Sabam memandangi kedua anak laki laki kembar tersebut. mirip sekali dengan Tiur. Oh mengapa dengan diriku ini. pikirnya. Sabam memanggil kedua anak itu. Sementara Tiur ada di belakang Bar meracik kopi. Siapa namanya dik? tanya Sabam. Saya Reno om. Saya Rano om. Ngapain kalian disini? tanyanya lagi. Mama kerja di sini om. Racik kopi. Jawab kedua anak itu. Hati Sabam mulai dakdikduk, jangan jangan dia Tiur lagi pikirnya. Dik, bisa panggilkan mama kalian? Sampai disini Sabam belum curiga bahwa itu adalah anaknya. Mama, mama sini deh ada yang nyari mama. Seru kedua putranya. Siapa nak. gak ada yang kenal mama kok. jawab Tiur. Sikembar terus narik narik mamanya. ada ma. itu orangnya. Tiur hanya melihat punggungnya. Dia takut jangan jangan pelanggan mereka komplain lagi. Permisi pak, ada yang bisa saya bantu? tanya Tiur. Sabam lalu berbalik. Alangkah terkejutnya mereka berdua. Aa....bang..ke.ke napa ada di sini. tanya Tiur kaget. Sabam juga tak kalah kagetnya. perasaannya benar. Jadi kamu yang meracik kopi itu? Sabam mulai pembicaraan. Iya. jawab Tiur singkat. Pantasan, rasanya tak berubah ya dek. Puji Sabam dengan lembut. Tiur merasa risih dipuji seperti itu apalagi dari orang yang sudah mencampakkannya dengan tidak berperasaan. Ah biasa aja bang. jawab Tiur dingin. Tiur tampak semakin mempesona meskipun badannya terlihat berisi. dibanding 6 tahun yang lalu. Tapi justru disitu Tiur terlihat sexi di mata Sabam. Pak...pak. panggil asistennya Roy. kita berangkat pak. pesawatnya jam 6 berangkat. kita harus siap siap pak pulang. Roy mengingatkan bosnya. Sabam tak menghiraukan Roy. Tunda saja keberangkatan saya. kamu pulang duluan. Saya ada urusan lagi di sini. Sabam terus memandang Tiur dengan kerinduan yang sangat dalam. Ingin rasanya Sabam memeluk Tiur, tapi Tiur sudah mengambil ancang ancang menghindar. Tiur begitu takutnya kepada Sabam. Dia terus menundukkan kepalanya. tak mau melihat muka Sabam. Dek Tiur, abang rindu padamu dan juga anak anak kita. Sabam membooking kedai tersebut sehingga hanya dia saja tamu di sana. Silahkan duduk dek Tiur. Mereka duduk bersama. Ada urusan apa abang mencari saya. Mulai bertanya dengan nada datar. Tak ada antusias terpancar di wajah Tiur. Bagaimana kabarmu dan anak anak kita? Sabam balik bertanya. Baik baik saja. jawab Tiur. Ada di mana mereka sekarang? Dirumah kontrakan saya. Boleh adek bawa abang ketemu dengan mereka? Boleh saja. Kalau begitu bawalah abang sekarang ke kontrakanmu. Baiklah. Saya panggil anak kembar saya dulu. Tiur memanggil Reno dan Rano. Reno...Rano ayok kita pulang nak! ajak Tiur. Kita naik mobilku saja dek. pinta Sabam. Tidak usah bang. aku punya sepeda motor kok. Tiur menolak. kali ini Sabam menerima tolakan Tiur. Sesampainya di kontrakan Tiur. Sabam melihat kedua putrinya yang sudah tumbuh besar dan remaja. mereka cantik cantik seperti ibunya. Rani .... Rika ...panggil Sabam ayah mereka. Rani .... dan Rika kaget. papa kenapa ada di sini. Ada suasana canggung diantara mereka. dan memang dari awal hubungan ayah dan kedua putrinya sudah ada jarak yang dibuat Sabam. Sabam langsung memeluk kedua putrinya dengan menangis. Baru seumur umur mereka melihat ayahnya menangis. Bang...bang.. pertemuan sampai hari ini cukup di sini aja dulu. abang kembali pulang. Tapi dek abang masih sangat rindu sama kalian. Oh ya dek anak kembar laki laki itu siapa? tanya Sabam memberanikan diri. Anakku bang. jawab Tiur singkat. Maksud abang siapa bapak biologis anak ini. Tidak ada. jawab Tiur asal. Sabam hampir mau ketawa tapi takut, Tiur marah. Sikap Tiur tak berubah, dia tetap menjadi wanita yang lembut dan ada sisi humorisnya. Sesungguhnya dia sangat mencintai Tiur tapi karena termakan pengaruh orangtuanya dan seluruh kerabatnya bahwa jika tak punya anak laki laki dianggap sampah. Sabam berubah menjadi orang yang sangat egois dan jahat. Maafkan aku dek. Abang sangat bersalah kepada kalian. Mana suamimu dek? tanya Sabam lagi. Aku gak pernah menikah lagi. Bagiku menikah itu cukup sekali. Aku gak mau jadi pendosa. Karena itulah janjiku kepada Tuhanku. Sabam sangat terpukul akan perkataan Tiur. Sabam langsung memeluk Tiur dengan sangat erat. Lepaskan aku bang. pinta Tiur. Kenapa dek? anak kembar itu anak anak biologismu, tapi tidak secara hukum. Sabam kaget dan sangat bahagia mendengar pengakuan Tiur. Kenapa adek tidak memberitahu bahwa kamu sudah hami? Untuk apa bang? toh juga abang sudah mencampakkan ku sangat kejam. dan akupun baru tahu hamil setelah 3 bulan. Kita sudahi pembicaraan kita kali ini. Abang pulang saja. sekali lagi saya minta abang pulang saja. Baiklah. tapi besok abang akan datang lagi. Sabam memberitahu. Gak perlu abang datang datang lagi. Jangan begitulah dek. abang sudah sangat menderita selama 6 tahun ini. Banyak hal yang sudah terjadi sama abang. Sabam pun kembali ke hotelnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login