Kini Ian dan ibunya berada di mobil malam ini mereka di undang oleh keluarga wanita yang ingin ibunya kenalkan dengan Ian putra semata wayangnya.
"Pokoknya kau jangan mempermalukan ibu, ibu yang akan memutuskan segalanya, kau mengerti!"
Ian tersenyum miring sebagai respon, ia heran saja dulu waktu remaja dia di biarkan begitu saja entah mau keluyuran di mana pun terserah dia, dia bahkan merasa tak di anggap anak oleh kedua orang tuanya tapi apa sekarang.
Mengapa persoalan jodoh mereka benar-benar ingin mengatur Ian, sungguh menyebalkan.
"Di depan ada pertigaan kau belok kiri," suruh ibunya.
Ian hanya mengangguk pelan menuruti ibunya memasuki sebuah daerah yang agak sepi penduduk, Ian sampai ragu apa kah ibunya tahu rumah gadis itu atau tidak.
Tapi setelah melewati beberapa kebun, Ian melihat di depan sana hanya ada satu rumah yang paling bersinar dan paling besar tentu Ian bisa menebak jika rumah itu adalah tujuan mereka.
"Menepilah," ujar ibunya.