Download App
22.5% HOT PAPA / Chapter 9: Apa yang Kamu Lakukan?

Chapter 9: Apa yang Kamu Lakukan?

"Kamu udah sadar?" tanya Logan yang begitu terkejut Rachel sudah ada di depan pintu kamar mandi.

"Emm kamu siapa? Sepertinya aku pernah melihat kamu sebelumnya? Jangan-jangan aku bermimpi melihat laki-laki tampan sepertimu? Atau ini kenyataan, oh astaga kalau seandainya ini mimpi aku tidak ingin terbangun secepat itu," ujar Rachel sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Sepertinya kamu masih belum sehat, lebih baik kamu istirahat saja," suruh Logan kemudian berjalan menuju meja rias untuk menata rambutnya.

Rachel melihat pria dihadapannya dari atas sampai bawah, bahkan matanya tak berkedip sama sekali saat pria tersebut menyisir rambutnya, terlihat begitu keren seperti aktor Korea.

"Ganteng banget," puji Rachel sembari mengucek ke dua matanya.

GREEPPP!!!

"Eh kamu ngapain?" tanya Logan yang begitu terkejut, lantaran Rachel tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.

"Hm kamu habis mandi wangi banget, sih? Aku jadi pengen deh," bisik Rachel di belakang telinganya Logan, seketika hal tersebut membuat si empunya merinding.

"Pengen apa? Tolong lepaskan tanganmu, tidak enak kalau nanti ada yang melihat," tegur Logan malah membuat rakyat semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku kedinginan, aku butuh kehangatan saat ini. Aku yakin kamu mengerti apa maksudku, kita sudah sama-sama dewasa. Jadi ayo kita melakukannya," ajak Rachel sembari menarik Logan agar mau duduk di ranjang bersamanya.

"Jangan macam-macam atau aku akan mengusir kamu dari kamarku! Oya karena kamu sudah sadar, lebih baik kamu kembali ke kamarmu sendiri karena aku ingin istirahat," usir Logan membuat Rachel menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak akan pergi dari sini, sebelum aku mendapatkan kehangatan yang aku inginkan dan aku, ingin kamu yang memberikannya untukku," pinta Rachel sambil naik ke atas ranjang.

"Kamu pasti masih terpengaruh dengan minuman alkohol, jadinya kamu ngelantur kayak gitu. Biar aku ambilkan susu buat kamu," ujar Logan yang hendak beranjak dari ranjang namun malah ditahan oleh Rachel.

"Kamu jangan ke mana-mana, temani saja aku di sini? Kamu tidak perlu mengambilkan aku susu, karena aku sudah punya sendiri dan aku selalu membawanya ke mana-mana." Rachel dapat melihat wajah kebingungan pada pria dihadapannya.

"Maksudnya?" tanya Logan.

Rachel melirik aset bagian depannya, membuat Logan seketika membulatkan matanya kemudian mengalihkan pandangannya. Tak bisa dipungkiri aset bagian atas milik Rachel, sedikit terbuka di bagian atasnya hingga menampakan belahan dadanya.

"Kenapa kamu malah menatap ke arah sana, jelas-jelas aku ada di hadapan kamu?" kesal Rachel menarik dengan kasar tangannya Logan, hingga membuat pria tampan tersebut jatuh ke ranjang kembali.

"Yakkk kamu apa-apaan, sih? Lepaskan!" Logan berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan wanita dihadapannya.

"Ayolah aku membutuhkan kehangatan dan aku ingin kamu yang menghangatkan aku, jangan sok jual mahal seperti itu," pinta Rachel sembari diam-diam melepaskan pengait bh yang dikenakannya.

"Aku antarkan kamu ke kamarku sekarang!" Logan yang sudah tidak tahan dengan godaan dari wanita yang pernah disukainya, memilih untuk menggendong secara paksa.

"Heiii, lepaskan aku! Kamu mau bawa aku ke mana?" Rachel memberontak di dalam gendongannya Logan.

"Aku tidak akan melepaskan kamu, tunjukkan di mana kamar kamu?" suruh Logan membuat Rachel menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau pergi ke kamarku, ayo kita kembali ke kamar kamu saja. Lagian di sana juga tidak ada siapa-siapa, aku di kamarku juga sendirian. Jadi ayok kita menghabiskan waktu bersama, mumpung kita sama-sama liburan di sini. Aku tahu kamu juga butuh kehangatan, aku akan memberikannya untuk kamu. Ayo sayang, aku akan melayani kamu sampai kamu benar-benar puas," goda Rachel sembari mengalungkan tangannya ke leher pria yang saat ini menggendongnya.

"Ssttt diamlah, kamu terlalu banyak bicara dari tadi. Tunjukkan di mana kamar kamu," suruh Logan akhirnya membuat Rachel mengalah dan menunjukkannya.

Logan bukan tipikal laki-laki yang mudah tergoda, hanya dengan melihat barang-barang yang harus dan menggiurkan. Ia juga tidak mau merusak siapapun untuk dijadikan pelampiasan nafsu, permasalahan yang menimpa orang tuanya ia jadikan pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi dalam memilih pasangan.

Bruntung efek alkohol masih berpengaruh pada wanita dihadapannya, terbukti saat Logan menurunkan Rachel di ranjang wanita tersebut langsung tergeletak begitu saja. Logan menyelimuti Rachel terlebih dahulu, baru setelahnya ia keluar dari kamar tersebut.

"Hufft, untung saja." Logan akhirnya dapat bernafas dengan lega setelah keluar dari kamarnya Rachel.

Sampai saat ini Logan masih tidak menyangka, kalau Rachel yang dahulu ia kagumi dan diidolakan, penampilannya bisa berubah sangat drastis. Walaupun di tempat wisata seperti ini minum alkohol bukan merupakan hal yang baru lagi, namun tetap saja kalau menurutnya pribadi kurang baik kalau wanita suka mengkonsumsi alkohol.

Keesokan harinya Rachel terbangun sudah lumayan siang, matanya mengerjap melihat gorden jendela yang tidak tertutup hingga membuat sinar matahari bisa masuk ke dalam kamarnya.

"Ugghh bisa-bisanya semalam aku tidak menonton golden," keluh Rachel sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berat.

"Sialan banget itu orang ngasih minuman nggak kira-kira, jadi mabuk gini deh." Rachel turun dari ranjang kemudian menutup gorden karena ia ingin melanjutkan tidurnya.

"Eh di mana high heels milikku?" heran Rachel karena tidak menemukan high heels yang di kenakan semalam di sekitaran ranjang.

"Apa jangan-jangan aku meninggalkannya di klub? Ah masa iya aku pulang semalam nyeker?" Rachel masih tetap mencari high heels tersebut di setiap sudut, siapa tau aja nyelip.

Sedangkan di kamarnya Logan, si pemiliknya tengah kebingungan karena tidak tahu bagaimana caranya, untuk mengembalikan high heels milik Rachel yang tertinggal di dalam kamarnya semalam.

"Masa iya aku harus ke sana, terus kasih ke dia langsung? Nanti kalau dia nanya soal kejadian semalam, bagaimana?" gumam Logan sambil berpikir.

"Ah lebih baik aku menyuruh OB saja, untuk mengantarkan high heels ke kamarnya, Rachel." Logan mencari salah satu OB, begitu sudah ketemu ia mengajak ke kamarnya dan diberitahu untuk mengantarkan high heels tersebut ke kamarnya Rachel.

"Saya akan memberikan kamu uang tips, dengan syarat kalau dia menanyakan high heels ini dari mana? Kamu bilang saja tidak tahu atau kamu bilang saja, menemukan high heels ini di pinggir kolam atau pinggir taman atau di mana saja terserah. Jangan bilang kalau ini dari saya, nah ini uang buat kamu dan sekarang kamu kerjakan apa yang saya suruh," perintah Logan yang diangguki oleh si OB.

"Hufft aku harus segera bersiap-siap dan menyusul Andi ke villa, sudah jam segini bisa-bisa dia ngamuk kalau aku tidak segera menyusulnya," ujar Logan kemudian bergegas ke kamar mandi.

Si OB mengetuk pintu kamarnya Rachel beberapa kali, hingga membuat si penghuni kamar membukakan pintu namun dengan raut wajah kesal.

"Untuk apa kamu mengetuk pintu kamarku? Apa kamu tidak tahu kalau aku sedang beristirahat, ha? Dasar penganggu," omel Rachel.

"Maaf nyonya, tapi saya hanya ingin mengantarkan ini," si OB menyodorkan kotak yang berisi high heels, setelahnya si OB pergi begitu saja sebelum ditanya yang macam-macam.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE

DAN COMENT GAESS, TERIMAKASIH


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login