Download App
45.61% Hirarki abu-abu / Chapter 52: Gladi Wisuda

Chapter 52: Gladi Wisuda

Pagi itu jadwal pelaksanaan gladi prosesi wisuda akan diadakan sekitar jam 9. Pelaksanaan seperti tahun-tahun sebelumnya, pihak kampus memasang dekorasi wisuda lengkap dengan podium, panggung untuk para pemusik gamelan, jajaran kursi tamu VVIP dan VIP, para wali, dan para wisudawan wisudawati. Di tengah area wisuda mereka menggunakan kolam air mancur yang memang sudah ada menjadi bagian dekorasi indah saat prosesi berlangsung. Karpet merah panjang akan dihamparkan di seluruh area wisuda. Kursi-kursi dan beberapa dekorasi juga telah dipasang. Anggota paduan suara yang bertugas menyanyikan beberapa lagu inti prosesi sedang merapikan barisan di panggung sayap timur. Para penari tradisonal, penyambut tamu, dan beberapa dosen yang ikut ambil bagian dalam susunan kepanitiaan tampak mengawasi dan sesekali memberi petunjuk pada para petugas. Kursi-kursi telah diberi nomor urut sesuai dengan para wisudawan wisudawati. Setelah menunggu hampir satu jam pelaksanaan gladi, akhirnya dosen penanggung jawab prosesi memperingatkan sekali lagi atas pentingnya menjaga kesakralan prosesi, mereka dilarang keras datang tidak tepat waktu, dan untuk para wali diwajibkan membawa undangan yang telah disampaikan. Saat prosesi berlangsung pintu gerbang akan ditutup. Dan tidak ada toleransi bagi para pemuja jam karet.

Bulan telah mempersiapkan keluarganya. Kedua orangtua nya saat ini telah berada di salah satu hotel di sekitaran kampus. Dia berencana siang ini akan pergi menemui mereka di hotel untuk makan siang.

Pak Bos dan beberapa junior tim kerja Surat Kabar Kampus tengah berdiskusi dengan dosen penanggung jawab prosesi. Mereka tengah membicarakan peliputan untuk prosesi wisuda. Tim menurunkan setidaknya 9 anggota yang terbagi menjadi 3 tim. Tim pertama bertugas meliput sisi timur, tim ke dua bertugas meliput sisi barat, dan tim ke tiga bertugas meliput detail prosesi dari arah depan dekat podium. Bulan memandangi mereka dari kejauhan. Di tahun-tahun sebelumnya dia selalu ambil bagian dalam peliputan prosesi..Dan kali ini..semua tugas sudah dialihkan pada para juniornya. Ada rasa yang hilang di sana..menyadari setelah ini semuanya akan berubah.. tidak akan sama lagi. Hari-harinya di sini tinggal menghitung jari. Selepas itu semua..sebagian besar mereka yang wisuda akan kembali ke daerah mereka masing-masing, termasuk Bulan. Sebentar lagi Bulan akan menapaki jalan hidupnya yang lain lagi. Walau telah bersedia untuk mengikuti kemauan mama nya..namun jauh di dalam hati..ia ingin mencari kerja di kota..mengandalkan title S1 dan kemampuannya dalam membawa diri. Namun..saat ia tersadar..percuma membangun tinggi mimpi-mimpi itu..karena pada akhirnya ia tau bahwa ia tidak punya suara untuk mengumandangkannya. Bulan tersenyum..ini bukan pertama kali orang tuanya mematahkan ulang mimpi-mimpinya. Saat itu ia sangat ingin mendalami ilmu bahasa asing..prestasi nya di sebuah lembaga pendidikan itu selalu masuk peringkat tertinggi. Dia juga sudah mendapatkan promosi untuk meneruskan kontraknya sebagai mentor para mahasiswa asing yang memiliki program belajar di kota nya. Namun saat itu orang tua nya berkata tidak.

Saat teman-temannya beramai-ramai memasukkan lamaran kerja di kota, Bulan hanya dapat memandang iri kepada mereka yang langsung mendapat restu dan sokongan dari keluarga mereka. Sedangkan untuk Bulan, orangtuanya sudah mewanti-wanti..jangan mencari pekerjaan yang jauh dari rumah.

" Kamu perempuan.. kembali lah kamu ke rumah mu." Beberapa kali orangtuanya berkata begitu pada nya. Dan karenanya Bulan mengikis pelan-pelan semua ego terhadap mimpinya..demi mereka. Seandainya mereka tau.. Bulan rela mengorbankan seluruh keinginannya dan segala mimpinya untuk mereka. Namun terkadang..jembatan penghubung antara anak dan orangtuanya begitu jauh. Seandainya mereka tau..

Bulan berdiri masih mematung. Pikirannya melayang ke sana-ke mari. Dia tidak menyadari bahwa ada sosok yang memperhatikannya tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Tinggg.. handphone nya berdenting menandakan ada pesan masuk.

💌 Dhany, " Hai, gorgeous..kenapa melamun?"

Bulan terkejut, segera mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok si pengirim pesan.

💌 Bulan, " Di mana kau? Jangan bersembunyi. Aq tidak sedang melamun. Aq sedang berfikir mengenai perdamaian dunia kau tau?"

💌 Dhany, " Oh, benarkah? Q pikir kau sedang bimbang untuk menentukan menu makan siang mu. Bukankah orang tua mu sedang menunggumu sekarang?"

💌 Bulan, " Yaa..kau ada benarnya juga. Aq pergi sekarang."

Sosok itu dengan segera setelah membaca pesan terakhir Bulan melangkahkan kaki ke arahnya. Memakai setelan kemeja dan celana coklat tua dengan vest abu-abu muda, Dhany muncul dari arah belakang Bulan..Mengejutkannya dengan membawa satu bouquet mawar biru dan daisy.

Dhany, " Untuk mu..sebagai penambah semangat menghadapi hari wisuda mu."

Bulan, " Terimakasih..Dhany..kau tidak perlu repot-repot.."

Dhany, " Selama kau tidak meminta q untuk menggendong mu..aq tidak merasa repot."

Bulan, "...."

Dhany, " Ayo kita ke hotel..orangtua mu pasti sudah menunggu."

Bulan, " Kau akan mengantar q?"

Dhany, " Kenapa? Apa aq tidak pantas? Apa kau tidak suka dengan penampilan q?"

Bulan, " Oh..tidak..kau sudah cukup keren. Hanya saja q pikir kau sibuk."

Dhany, " Kebetulan tadi bertemu klien di daerah sini. Sekalian saja makan siang dengan keluarga mu, jika kau tidak keberatan."

Bulan, " Keberatan? Tentu saja tidak. Baiklah, ayo kita berangkat."

Bulan melangkah sembari memeluk bouqet bunga pemberian Dhany. Saat ini seutas senyum mulai mengembang di wajahnya. Walau tidak berani berharap banyak pada Dhany..namun dia yakin bahwa Dhany mampu memperlakukannya dengan baik. Dhany sosok yang lebih dewasa dari siapapun yang pernah mencoba mendekatinya.

Ting..handphonenya berdenting kembali.

💌Nomor tak dikenal, " Kau wanita tidak tau diri! Penggoda! Murahan! Pria baru lagi yang akan kau jadikan korban mu hah?"

💌Bulan, " Yang penting bukan merebut milik orang lain, ya kan?"

Bulan tidak mudah terpengaruh dengan provokasi murahan seperti ini.

💌 Nomor tak dikenal, " Jangan terlalu bahagia dengan apa yang kau miliki saat ini, Bulan. Kau tidak pantas!"

💌Bulan, " Oh..aq pandai bersyukur apapun nikmat yang Tuhan berikan padaku, sebaiknya kau pun begitu. Ingat, iri hati adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya."


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C52
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login