Download App
87.5% flowers that dream ? / Chapter 70: terpukul

Chapter 70: terpukul

pagi ini dia akan pulang, masih seperti biasa dia siapkan aku sarapan pagi bekal dan aku pun mengantar dia ke bandara.

kami sempat duduk sebentar sambil bercerita 15 menit lagi jam penerbangannya.

aku lihat dia sedikit repot karna barang bawaannya jadi lebih nanyak setelah pulang ada juga oleh oleh untuk teman 1 timnya.

yaa dia memang baik hati tidak pelit dan banyak laah pokonya yang buat dia di cintai banyak orang.

dia yang tadi malam sangat manis hahahah ingin rasanya aku foto buat kenangan karna aku sangat suka ekspresi wajahnya tapi ya gak mungkin nanty di lihat orang pula kan.

sebelum dia akhirnya masuk ku kecup keningnya dan dia mencium tanganku seperti biasa, dia pun mulai melangkah pergi sekali dia berbalik Melambaikan tangan tapi tetap terus aku tatap dia sampai masuk, baru pergi.

aku pun segera memacu motorku untuk segera ke rumah sakit, jarak yang lumayan jauh memakan waktu setengah jam aku pun sampai dan mulai dengan kegiatanku.

hari ini cukup ramai juga dan membuat aku cepat lapar begitu kami makan siang ada berita kecelakaan pesawat, aku yang pertama kali mendengarnya tak begitu peduli.

tiba tiba ingat kalau tarika istriku sedang di penerbangan.

segera aku telpon dia, tapi sayang nomor ponselnya tak aktip, aku yang mulai panik mencoba mengingat nama pesawat atau jenis pesawat itu atau sebagainya lah.

aku semakin pusing dan jatuh terduduk sangking paniknya.

semua orang bingung melihatku, temanku juga mulai banyak yang bertanya

"tarika di pesawat itu aku harus gimana sekarang ini"

kepalaku sangat sakit daan pusing membuatku lemas dan pandangan mataku mulai pudar tiba tiba aku tak sadarkan diri. saat aku terbangun aku yang masih pusing dan kalut itu segera mencari ponselku untuk menghubungi temannya di sana dan mereka bilang tarika belum tiba di sana itu malah membuat aku semakin panik dan kacau.

aku menelpon mama dan papa untuk memberitahu kabar ini dan mana kau mereka ada bersama tarika sekarang, aku yang sudah tak tahu apalagi yang harus aku perbuat.

"Telpon"

papa:"ada apa nak"

Arta:"pa tarika di dalam pesawat yang mengalami kecelakaan ituu ini gimana paaa"

Papa:"hah, ya ampunn nak jadi gimana"

Arta:"arta gak tau paaa ini gimana arta bingung paa"

Papa:"tenang dulu ya nak, coba tepon nomernya nak"

Arta:"gak aktip paa hhuuuu huuuu paaaa tarika"

Papa:"sayang tenang duluuu"

Arta:"gimana bisa atra tenang paaa"

Papa:"coba kamu ke bandara sayang kamu lihat berita di sana yaa"

Arta:"ya udah paa arta pergi dulu"

Papa:"hati hati, apapun itu kasih kabar yaa nak"

Arta:"yaa pa pasti"

aku pun akhirnya memacu motorku ke bandara lagi saat aku sampai di sana, tenyata sudah sangan banyak sekali orang yang melihat pengumuman.

aku segera melihat ke papan pemberitahuan penumpang yang selamat.

satu persatu aku lihat dengan sangat sangat teliti semuanya tapi tak ada jantungku terasa sangat amat sakit, kembali aku ulang membacanya lebih teliti lagi Tapi tetap saja nama itu tidak ada disana namanya tak tertulis sana.

"kenapa gak ada kenapa tuhan"

aku yang sudah pasrah, menyerah terduduk lemas di bangku itu, tak hanya aku memang bersedih dalam musibah ini ada banyam orang di sini.

aku sangat terpukul dengan semuanya, aku coba sekali lagi menelpon nya tetap saja tak bisa.

aku jadi kembali ingat pesan pesannya untuk selalu menjaga kesehatan dia yang selalu menghadirkan aku untuk semua hal-hal kecil yang selalu aku sepelekan, bahkan saat wajah nya yang terlihat sangat manis sekali saat tersenyum padaku di ranjang malam itu, hatiku sangat teriris sakit sangat sakit menbuat nafasku sesak dan sangat berat air mataku menetes derasnya tanpa batas lagi.

"sayank kenapa, kenapa barus secepat ini, ini sakit banget yank, jangan tinggalin aku yang hhuuu huuu aku gak bisa hidup tanpa kamu yaaang"

masih tetap menangis dalam diam aku coba membuka ponselku dan melihat foto kami, malah membuat semakin perih dan sakit menusuk di ulu hatiku.

"kenapa tar kenapa sayang,maafin aku sayank huuu huuuu"

apa aku akan siap tampa kamu tar, apa aku akan tetap bisa jalani ini sayank, kamu pemilik hati ini tar aku gak akan bisa buka untuk yang lain selain kamu yank gak akan bisa aku menagis lagi sedikit demi sedikit orang berpulangan.

akupun berjalan menuju motorku dan menuju ke rumah sakit, masih tersisa air mataku di peluk aku di tepuknya pundakku.

"sabar kawan, ini Sebenarnya Tuhan tidak akan menguji hambanya di Luar Batas kemampuannya"

"aku tahu doa aku tahu tapi kenapa harus dengan perpisahan Kenapa harus dengan kematian kenapa aku nggak sanggup kami harus terpisah kaya gini do kenapa, aku sayank bnget ke dia, dia berharga benget hanya dia satu-satunya pengisi ruang hampa didalam hatiku"

aku yang tak kunjung tenang bersama mereka di sana pun segera berpamitan pulang, Malam ini aku langsung berkemas dan besok aku akan pulang tapi tidak dengan pesawat yang sama.

aku berbaring menatap langit langit kamarku yang begitu sepi di tambah lagi dinginnya AC ku hirup aroma bantalnya beberapa hari dia berada di sini kembali aku menangis sambil memeluk bantal itu dengan etarnya.

"sayaang, aku rindu yang, kamu dimana masih banyak hal yang ingin aku lakukan bersamamu masih banyak Anganku yang ingin ku gapai di samping aku ingin menggendong putra dan putri kita sayang kenapa kenapa"

membuat tangisku semakin menjadi lagi di tengah malam ingin aku berteriak memenuhi semua ruangan tapi aku tak sanggup semuanya terasa menekan di dalam dada jantung terasa sakit tertusuk, bahkan saat ponselku berdering terus menerus aku peduli ku pegang ponselku bukan untuk mengangkat tapi untuk meredam suara nya agar tak mengganggu malam sepiku malam Sedihku malam sakitku kehilangan orang yang sangat aku cintai, aku tak peduli kata mereka nantinya yang jelas aku sedang butuh ketenangan dalam duka yang mendalam ini,

saat mata ini sudah tak sanggup lagi untuk terbuka, saat hati ini masih tak sangup terima belahan jiwa yang sangat aku cintai itu pergi untuk selamanya tampa aku tau di mana jasatnya, entah bagaimana bentuknya saat ini aku tak sanggup untuk membayangkan nya hatiku rasanya hancur menjadi berkeping-keping.

saat aku mulai lelah dengan semua ini kupejamkan mataku yang begitu berat dan perih untuk beristirahat malam ini.

saat tengah malam aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu tapi aku tak peduli aku tutup telingaku dengan bantal dan kembali tidur lagi.

============

bagai mana keadaan tarika yaa

😢😢😢😢


next chapter
Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C70
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login