Download App
30% Blackthorn Academy / Chapter 6: Bab 9-10: Ancaman yang Tidak Terduga

Chapter 6: Bab 9-10: Ancaman yang Tidak Terduga

Minggu-minggu setelah pertempuran di aula utama membawa ketenangan sementara ke sekolah. Para siswa mulai menjalani rutinitas mereka kembali, meskipun ada perasaan waspada yang menggantung di udara. Aveline dan *Iron Roses* telah menjadi pahlawan di mata banyak siswa, tetapi bagi mereka sendiri, tantangan sebenarnya baru saja dimulai.

Di tengah keheningan yang aneh itu, Aveline tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa sesuatu sedang mengintai. Sesuatu yang lebih besar dari Val dan *Silver Blades*. Sementara musuh yang paling jelas sudah dikalahkan, ancaman lain mungkin masih bersembunyi di bawah permukaan, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Hari itu, Aveline dan Sera duduk di atap sekolah, menghirup udara segar yang menyegarkan. "Ini tenang... terlalu tenang," gumam Sera, menatap langit biru di atas mereka.

Aveline mengangguk setuju. "Kita berhasil mengalahkan *Silver Blades*, tapi kita tidak boleh lengah. Jika ada sesuatu yang aku pelajari dari semua ini, itu adalah musuh sering kali datang dari tempat yang tidak terduga."

Sera menoleh dan menatap sahabatnya dengan cermat. "Kau merasa ada sesuatu yang sedang direncanakan?"

Aveline mengangguk perlahan. "Aku tidak tahu apa, tapi aku punya firasat buruk. Kita tidak bisa menganggap ini sudah berakhir."

Mereka berdua terdiam, merenungkan situasi yang mereka hadapi. Di bawah mereka, siswa-siswa lain tampak bersantai, seolah-olah semuanya telah kembali normal. Tapi Aveline tahu lebih baik daripada mengabaikan firasatnya.

**Malam itu, kabar buruk datang.**

Aveline sedang bersiap untuk tidur ketika suara ketukan di pintu kamarnya membangunkannya dari lamunannya. Saat dia membuka pintu, Aria berdiri di sana dengan wajah pucat. "Ada yang terjadi," katanya cepat. "Kau harus melihat ini."

Aveline mengenakan jaketnya dengan cepat dan mengikuti Aria ke ruang bawah tanah sekolah, tempat pertemuan rahasia sering diadakan oleh *Iron Roses*. Ketika mereka tiba di sana, sebagian besar anggota sudah berkumpul, dan Elena berdiri di depan layar besar yang menampilkan rekaman video.

"Ini baru saja diterima," kata Elena, wajahnya tegang. "Ada seseorang yang mengirimkan pesan kepada kita."

Aveline melihat layar itu dengan hati-hati. Video itu menunjukkan seorang pria yang tidak dikenal, wajahnya sebagian tertutup oleh topeng hitam, dan dia berdiri di depan simbol yang tidak asing. Simbol itu adalah tanda dari kelompok lama yang pernah dikenal sebagai *Shadow Ravens*, sebuah kelompok bayangan yang hilang bertahun-tahun yang lalu dan dianggap tidak lagi aktif.

Pria itu berbicara dengan suara datar, penuh ancaman. "Kalian mungkin mengira bahwa sekolah ini sekarang milik kalian. Kalian mungkin berpikir bahwa *Silver Blades* adalah ancaman terbesar yang bisa kalian hadapi. Tapi kalian salah. *Shadow Ravens* telah kembali. Dan kami akan mengambil alih sekolah ini, seperti yang sudah direncanakan sejak lama."

Aveline merasakan darahnya membeku. *Shadow Ravens* adalah legenda yang sering dibicarakan di antara para siswa senior, kelompok yang sangat terorganisir dan brutal, yang beroperasi di bawah bayangan tanpa pernah tertangkap atau dikalahkan. Mereka tiba-tiba menghilang bertahun-tahun lalu, dan banyak yang percaya bahwa mereka sudah tidak ada lagi.

Tapi jika rekaman ini asli, maka ancaman sebenarnya baru saja muncul ke permukaan.

"Ini tidak mungkin," bisik Sera dari sudut ruangan. "Mereka sudah lama menghilang."

Elena menggelengkan kepalanya. "Kelihatannya tidak begitu. Mereka kembali, dan mereka ingin sekolah ini."

Aveline merasakan kepalanya berputar. Setelah semua yang mereka lalui, sekarang ada musuh baru — musuh yang bahkan lebih berbahaya daripada *Silver Blades*. Jika *Shadow Ravens* benar-benar kembali, mereka bisa menghancurkan apa yang telah diperjuangkan oleh *Iron Roses*.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Aria, suaranya penuh kekhawatiran.

Aveline berdiri tegak, menenangkan dirinya. "Kita harus mempersiapkan diri. Ini jelas ancaman yang tidak bisa kita abaikan. Jika *Shadow Ravens* benar-benar berencana mengambil alih sekolah, maka kita harus menjadi lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih terorganisir daripada sebelumnya."

Sementara sebagian besar anggota *Iron Roses* tampak terkejut dan cemas, Aveline tahu bahwa mereka harus bergerak cepat. *Shadow Ravens* bukan kelompok biasa. Mereka dikenal karena kemampuan mereka untuk beroperasi tanpa terlihat, menyerang pada saat yang paling tak terduga.

**Bab 10: Perencanaan dan Intrik**

Selama beberapa minggu berikutnya, Aveline dan kelompoknya bekerja tanpa henti. Mereka menghabiskan waktu untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang *Shadow Ravens* — siapa pemimpinnya, bagaimana mereka beroperasi, dan apa tujuan akhir mereka. Namun, informasi tentang kelompok itu sangat minim. Mereka adalah bayangan yang sulit ditangkap.

Elena, yang selalu menjadi otak strategis dalam kelompok, mengusulkan rencana untuk menyusup ke dalam jaringan mereka. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang mereka dari dalam," katanya dalam pertemuan rahasia mereka. "Jika kita bisa menemukan siapa saja anggota mereka dan di mana mereka bersembunyi, kita bisa menghancurkan rencana mereka sebelum mereka bergerak."

"Siapa yang bisa kita kirim?" tanya Sera, memandang ke arah Aveline. "Kita tidak bisa mengirim siapa pun. Mereka terlalu berbahaya."

Aveline merenung sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Aku akan pergi sendiri."

Semua orang di ruangan itu menoleh ke arahnya dengan terkejut. "Aveline, itu terlalu berisiko!" protes Aria.

"Tidak ada pilihan lain," jawab Aveline tegas. "Jika kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka, kita butuh seseorang yang bisa menyusup tanpa terdeteksi. Aku sudah melatih diri untuk hal-hal seperti ini. Aku bisa melakukannya."

Meskipun ada kekhawatiran dari anggota lain, mereka tahu bahwa Aveline adalah yang paling cocok untuk misi itu. Dia memiliki ketenangan dan keterampilan untuk bertahan di situasi yang paling sulit.

**Misi penyusupan dimulai malam itu.**

Aveline mengenakan pakaian hitam yang memungkinkannya bergerak tanpa terlihat di kegelapan. Dia menyelinap keluar dari asrama dan menuju tempat yang dia yakini sebagai markas rahasia *Shadow Ravens* di gedung tua yang tidak lagi digunakan di ujung kampus.

Dengan hati-hati, dia menghindari penjaga dan jebakan yang mungkin dipasang di sekitar tempat itu. Setiap langkahnya penuh perhitungan. Dia tahu bahwa jika tertangkap, semuanya bisa berakhir dengan sangat buruk.

Ketika dia akhirnya tiba di gedung tua itu, dia merasakan suasana yang dingin dan tidak bersahabat. Tempat itu gelap, hampir tidak ada cahaya, dan suara angin yang menembus celah-celah bangunan tua menambah ketegangan.

Aveline bergerak perlahan di dalam gedung, mendengarkan setiap suara. Akhirnya, dia menemukan sebuah ruangan di mana dia mendengar percakapan yang penuh dengan rahasia.

"Apa langkah selanjutnya?" salah satu suara bertanya.

"Kita akan bergerak minggu depan," jawab suara lain, yang terdengar seperti pemimpin. "Saat itu, *Iron Roses* tidak akan punya kesempatan untuk bertahan. Mereka bahkan tidak tahu apa yang menanti mereka."

Aveline mencatat setiap kata yang dia dengar. Namun, tiba-tiba, sebuah bunyi yang tidak diinginkan terdengar — sebuah suara kecil dari sepatunya yang mengenai pecahan kaca. Orang-orang di dalam ruangan terdiam.

"Siapa di sana?" tanya salah satu dari mereka dengan nada curiga.

Aveline tahu bahwa dia harus segera keluar sebelum mereka menemukannya. Dengan cepat, dia bergerak mundur, berusaha untuk tidak menimbulkan suara lebih lanjut. Namun, sebelum dia bisa melarikan diri, seseorang muncul dari bayang-bayang dan menangkap pergelangan tangannya.

"Coba lihat siapa yang kita punya di sini," kata suara dingin itu, sebelum wajah Aveline ditarik ke dalam cahaya redup di lorong.

Aveline menatap langsung ke mata pemimpin *Shadow Ravens* — mata yang dingin, penuh kebencian, dan kebijaksanaan yang gelap.

"Sepertinya kita punya mata-mata," gumam pemimpin itu, senyum licik menyebar di wajahnya. "Kau seharusnya tidak datang ke sini, Aveline."

Aveline tersentak mendengar namanya disebut. Bagaimana mereka tahu siapa dia? Apakah mereka sudah menunggunya?

"Aku pikir kau akan lebih cerdas dari ini," lanjut pemimpin *Shadow Ravens*. "Tapi tidak masalah. Sekarang kau di sini, kita bisa memulai permainan."

Sebelum Aveline bisa melawan, dia merasakan sesuatu menghantam belakang kepalanya, dan semuanya menjadi gelap.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login