Kediaman Nenek-Kakek Mataya dan Biserka. Surabaya, Indonesia.
Malam hari.
Mataya memandangi pemandangan yang menyayat hatinya dari kejauhan. Dia melihat Biserka terus-terusan menangis di samping Eyang Kakung mereka yang sedang terbaring tak berdaya. Biserka bahkan sampai ketiduran di dekat Eyang Kakung.
Mataya kemudian mengalihkan pandangannya saat melihat banyak sekali alat-alat yang menunjang di tubuh Eyang Kakungnya. Berbagai macam alat untuk pengobatan Eyang Kakung memenuhi ruangan tidur sang kakek yang luas.
Mataya menunduk sejenak, merenungkan perbuatannya yang selalu sibuk dengan pekerjaan dibanding mengurus kakek-neneknya yang selama ini merawat dirinya dan juga saudari kembarnya, Biserka.
"Aku hanya ingin hidup normal selayaknya orang biasa," desis Mataya pelan. Matanya mulai berkaca-kaca. Beban di pundak Mataya seperti sudah terlalu berat dan juga banyak, hingga rasanya dirinya tidak lagi mampu untuk menanggung semuanya.