Download App
66.66% Arkais | Kumpulan Puisi / Chapter 2: RANIA#2

Chapter 2: RANIA#2

RANIA/2

"Aku tidak mencintaimu."

Kuharap tak ada dendam

Dan setelah ini kau bisa mengemban tugas

"Temukan alasan mengapa aku tak mencintaimu."

Jangan sungkan, Rania. Aku sudah merumus rindu agar meletup saat terobati. Dan bagiku bersamamu adalah anugerah, bukan sebab rupamu bak anindya, namun khusus pada pedulimu yang terus menghujamku.

Aksama akan ku persembahkan jika kau merasa

Bersalah Tak usah risau, senyum harsa itu pasti kembali pada wajah-wajah senja kita. Kini padika syahdu memang sudah mati, namun air mukamu masih melantunkannya. Bergerak melintang, mencipta pola-pola indah, terus mengucap kalimat percintaan.

Kemarin, netra sayu mu menyorot gurat wajahmu, sembari tanganmu menyambar sendok; memasukkan beberapa makanan ke mulutku. Aku melihatmu terluka, tapi wajahmu menahannya, seolah yakin berhasil tersembunyi. Aku tahu, apalagi dengan saku bajumu yang mulai menipis, susah payah dirimu menunggui seoongok daging ini tuk berlari mengikut lomba bernama "karir."

Aku ingin mengucap "bersabarlah"

Tapi rasanya telingamu enggan untuk menerima ucapan seindah apapun. Rasanya aku ingin melangkah tuk membuka jendela dan menggengam tanganmu agar kiranya bisa menatap malam bersama. Namun enggan, sebab obat-obatan masih ingin kupeluk. Maaf Rania, kau terpaksa di peluk angin malam.

Purnama hanya paksa,

bergantung di langit-langit malam

Tapi kiranya kau bosan, silakan untuk melihat sendiri

Aku mengizinkan, walau kita tak utuh saat ini.

Namun, kau enggan dan berkata "Tak bosan jika kau terus membercandaiku."

Aku semangat mendapat peran. Lalu ku mulai komedi indah bertema "Pasien koma yang mati." komedi ku sukses, menurutku. Dan kau malah menangis tak terima kepergian. Teramat bodoh diri ini merusak malam, tak sengaja aku membercandaimu tentang mati.

"MAAF--" kataku dengan tenaga yang tersisa,

Wajahmu sudah terbenam pada bantal sofa

Lirikanmu tak lagi terlihat

Kini badanmu membentuk pola ular

Melungkar dan butir bening itu tak segan keluar

Membanjiri kain bantal.

"Aku akan hidup." kataku, lebih terdengar lantang

Tiba-tiba Harsa kembali pada wajahmu

Sekarang kita menatap bak sepasang dayita muda

Kau bahagia dan tak ada usaha menutupinya.

"Aku berjanji, Rania."

2019


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login