Download App
5.72% Arman Sang Penakluk / Chapter 23: Bab 23 - Makan Bersama

Chapter 23: Bab 23 - Makan Bersama

"dimana wan,??? aku tak melihatnya,?" ucap paman Rasyid yang terus mencari keberadaan griffin.

"dia ada ditengah kerumunan warga itu guru, sehingga kita tidak bisa melihatnya," jawab Irwan kepada paman Rasyid.

Saat itu Harpic sedang duduk bermain bersama anak-anak sekitar, jadi wajar saja jika paman Rasyid dan Irwan tidak melihatnya. Paman Rasyid lantas membubarkan kerumunan warga sekitar yang sedang berkumpul untuk menonton Harpic, mereka sangat antusias untuk melihat Harpic, karena mereka sangat jarang mendapatkan kesempatan seperti itu.

"apa yang kalian lakukan didepan tokoku,!!!! segera bubar sana, kalian mengganggu tokoku saja," teriak paman Rasyid yang maju beberapa langkah ketempat kerumunan warga.

Kerumunan itu tidak merespon teriakan paman Rasyid, karena mereka sedang asyik melihat kelucuan Harpic yang bermain bersama anak-anak sekitar. Hal itu membuat paman Rasyid menjadi kesal, dia lantas teriak lagi, namun kali ini dengan suara yang lantang,

"APA KALIAN TIDAK MENDENGARKU HAH,!!!! CEPAT KALIAN BUBAR,!!!!!"

Kerumunan lantas kaget mendengar teriakan tersebut dan berbalik kearah paman Rasyid yang sedang melototi mereka, satu persatu warga sekitar pergi namun masih ada juga yang tidak bergerak dari tempatnya.

"Aku hitung sampai tiga, jika kalian tidak membubarkan diri maka jangan salahkan jika aku bertindak kasar terhadap kalian,!!!!" teriak paman Rasyid lagi.

Satu persatu kerumunan itu lantas membubarkan diri, namun mereka merasa kecewa dan lantas berucap,

"ada apa sih dengan dia, tidak bisa melihat kita bersenang-senang sedikit," protes kerumunan.

"husst,!!! kamu jangan berkata seperti itu, bahaya jika didengar olehnya," tegur salah satu warga.

Untung saja paman Rasyid tidak mendengar pembicaraan mereka, jika sampai terdengar maka mereka akan dihajar oleh paman Rasyid.

Akhirnya tidak adalagi yang berkumpul didepan toko paman Rasyid, kini yang tertinggal hanya beberapa anak yang sedang bermain dengan Harpic serta juga Arman dan Ridho yang sedang berdiri disampingnya.

"itu guru disana," ucap Irwan seraya menunjuk Harpic yang sedang bermain-main dengan anak-anak desa.

Paman Rasyid tidak menyangka apa yang telah dia lihat didepan matanya, seekor Griffin yang ukurannya cukup besar, terkenal buas dan ditakuti oleh para petualang kini sedang bermain dengan anak-anak desa.

"dari mana datangnya hewan itu wan,?" tanya paman Rasyid.

"hewan itu adalah rekan Arman guru," jawab Irwan dengan nada yang lemah.

"APA,!!!!! ARMAN,!!!!!" kaget paman Rasyid.

"iya guru, Arman murid dari guru Bahar,"

"itu tidak mungkin, Arman tidak mungkin mempunyai rekan seekor Griffin," geleng paman Rasyid yang tidak percaya.

"sebaiknya guru bertanya langsung kepada Arman," usul Irwan.

"baiklah, ayo kita kesana,"

"baik guru,"

Mereka lantas berjalan menuju Arman dan Ridho yang sedang menemani Harpic bermain bersama anak-anak desa,

"apa yang kalian lakukan disini,?" tanya paman Rasyid kepada Arman dan Ridho.

Arman dan Ridho lantas berbalik lalu menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,

"eh paman,!!! maaf paman kami kesini untuk menemui Harpic," jawab Arman seraya menunjuk Harpic dan memperkenalkannya kepada paman Rasyid.

"Harpic,???? siapa itu,???" tanya paman Rasyid.

"Griffin itu yang bernama Harpic paman, dia merupakan rekan yang kumiliki paman," jawab singkat Arman.

"benarkah,???" tanya paman Rasyid lagi.

"iya benar paman,!!! oh iya paman, bisakah Harpic tinggal dirumah paman,???" pinta Arman.

"dia tidak bisa tidur didalam rumah, mungkin dikandang kuda bisa, apakah itu tidak masalah buatnya,??" jawab paman Rasyid.

"apakah itu tidak masalah buatmu kawan,?" tanya Arman kepada Harpic.

"guruuu," angguk Harpic.

"dia tidak keberatan paman,"

"baiklah kalau gitu, mari kita masuk lagi kedalam,!!! nama kamu Harpic kan,???" tanya paman Rasyid yang datang mendekati Harpic.

"guruu," angguk Harpic.

Paman Rasyid memandangi wajah dan warna bulu Harpic, dia merasa pernah melihat seekor Griffin seperti Harpic, namun dia lupa dimana dia pernah melihatnya.

"sepertinya aku pernah melihat Griffin yang mirip seperti dirimu, tapi aku lupa dimana,"

"guruu," ucap Harpic dengan memiringkan kepalanya.

"maksud paman,??" tanya Arman.

"tidak apa-apa, nanti kita bahas saja, sekarang kita masuk kedalam rumah dulu untuk makan siang," usul paman Rasyid.

Mendengar hal itu membuat Ridho dan Harpic menjadi bersemangat, namun sangat disayangkan Harpic tidak boleh masuk kedalam rumah karena dia tidak muat masuk melalui pintu.

Irwan dan Ridho hanya terdiam mendengar percakapan antara Arman dan paman Rasyid, Irwan lebih memilih diam dan memperhatikan Harpic dengan seksama, mulai dari atas hingga bawah tak lepas dari tatapan matanya. Irwan sangat ingin mencoba naik keatas punggung Harpic, namun dia malu untuk mengungkapkan maksudnya.

"kenapa kamu dari tadi diam wan," tanya paman Rasyid.

"eh tidak apa-apa guru, mari kita masuk saja, nanti aku akan siapkan makanan," ucap Irwan yang tersadar dari lamunannya.

"APA,!!!! jangan kamu yang masak, aku tidak mau lagi memakan masakan yang kamu buat," ucap paman Rasyid yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menghindar beberapa langkah dari sisi Irwan. Hal itu membuat Irwan merasa malu yang terlihat dari wajahnya yang memerah.

Arman dan Ridho tertawa melihat hal itu, Ridho lantas berkata,

"tenang saja paman, kalau soal memasak, Arman jagonya, benarkan Harpic," ucap Ridho.

"guruu," angguk Harpic.

"benarkah," semangat paman Rasyid

"benar paman," jawab Arman.

"syukurlah kalau begitu, tidak usah berlama-lama lagi diluar mari kita masuk kedalam," usul paman Rasyid.

"baik paman,"

Mereka lantas masuk kedalam namun sebelumnya mereka mengantar Harpic dulu ke kandang kuda yang terletak dibelakang toko paman Rasyid,

"kamu disini dulu yah kawan, nanti akan aku antarkan daging panggang milikmu," ucap Arman yang mengelus kepala Harpic dengan lembut seraya tidak tega meninggalkan Harpic sendirian di kandang kuda.

"guruu, ruu," angguk Harpic yang tersenyum.

Setibanya didalam rumah, Arman lantas menuju ke dapur untuk menyiapkan beberapa masakan untuk mereka, sedangkan Ridho dan yang lainnya menunggu diruang tengah sambil membahas tentang kisah perjalanan yang Arman dan Ridho tempuh menuju ke desa sepaku.

"berapa lama perjalanan kalian dari Semoi menuju ke sepaku,??" tanya paman Rasyid sambil menenggak segelas bir miliknya.

"kurang lebih hampir 7 hari paman," jawab santai Ridho yang ikut meminum bir.

"APA!!!! kalian hanya membutuhkan 7 hari untuk menuju kesini,?? aku saja membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk kesana," tanya Irwan yang kaget mendengar jawaban dari Ridho.

"iya kurang lebih 7 hari, memang biasanya orang membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menuju kesini, tapi kami melalui Hutan Terlarang jadi itu menyingkat waktu tempuh kami," jawab Ridho.

"kalian sungguh berani melewati Hutan Terlarang," geleng paman Rasyid.

"hehehe, kami tidak punya pilihan lain paman, kami menghindari kelompok badik merah, jika kami melewati jalur aman maka kami akan dikenali, karena wajah kami dikenal oleh mereka," ungkap Ridho seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"namun itu juga masih terlalu singkat, dalam waktu 7 hari,!??? tidak ada yang bisa melewati hutan terlarang sesingkat kalian," ucap Irwan yang masih tidak percaya ada yang bisa melewati hutan terlarang dengan waktu 7 hari.

"bukan seperti itu bro, kami melewati Hutan Terlarang bukan 7 hari tapi dalam waktu 3 hari," jawab Ridho lagi yang membuat Irwan makin tidak percaya diri.

"kalian pasti bohong kan ---" potong Irwan.

"-ada apa denganmu wan,??? kenapa kamu seperti itu,???" tanya paman Rasyid.

"m---maaf guru, aku tidak bermaksud bagaimana, cuman aku belum pernah mendengar cerita seperti itu,!!!" ucap Irwan seraya menundukkan kepalanya.

"siapa bilang belum pernah,!!!!! gurumu ini dulu pernah melalui hutan terlarang dengan waktu kurang lebih sama dengan mereka lalui,!!! meskipun waktu itu kami mesti ----" ucap paman Rasyid, dia tidak bisa melanjutkan ucapannya karena mengingat sesuatu.

"mesti apa guru,?" tanya Irwan.

"tidak apa-apa,!!!! terus bagaimana kalian bisa bertemu dengan Griffin itu,?" tanya paman Rasyid.

Ridho pun jadi penasaran kenapa paman Rasyid tidak melanjutkan kata-katanya, apa yang terjadi didalam hutan terlarang waktu itu, namun dia tidak punya hak untuk menanyakan hal itu. Dia lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid dengan rinci bagaimana mereka bisa bertemu dengan Harpic serta yang lainnya.

Tak lama kemudian Arman datang membawa berbagai makanan yang telah dia masak, paman Rasyid sangat tergoda dengan aroma yang keluar dari berbagai olahan daging yang telah Arman masak.

"silahkan dinikmati paman, kak Irwan dan kak Ridho," ucap Arman seraya meletakkan piring-piring berisi olahan daging.

"aromanya sangat nikmat man, kamu benar-benar bisa masak yah, beda dengan yang disebelah ku ini, hanya bisa mencampur bahan secara sembarang, hahaha" tawa paman Rasyid seraya memukul pundak Irwan yang tergiur juga akan aroma masakan Arman.


Chapter 24: Bab 24 - Antusias Ridho Dalam Berlatih

Wajah Arman berubah menjadi merah setelah dipuji oleh paman Rasyid, dia lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,

"paman bisa aja, sebenarnya aku juga tidak pintar-pintar sekali dalam memasak, cuman bisa memasak," senyum Arman malu.

"tidak kok man, pasti masakan kamu enak rasanya, iya kan wan," ucap paman Rasyid seraya menepuk pundak Irwan sehingga membuatnya terkejut lantas menjawabnya dengan terbata-bata,

"eh, i---iya guru, makanan ini pasti enak rasanya," cengir Irwan.

"bukan cuman enak paman, tapi ini sungguh nikmat dan serasa mau tambah, hehehe" celetuk Ridho.

"wah, berarti kamu mesti masakan kami tiap hari yah man, habisnya paman sangat bosan memakan makanan dipasar," pinta paman Rasyid.

"siap paman,!!!! silahkan dinikmati, aku ingin mengantarkan makanan buat Harpic," pamit Arman yang berbalik kebelakang untuk mengambil daging panggang milik Harpic lalu mengantarkan ketempat Harpic berada.

Mereka bertiga lantas menyantap masakan Arman, mereka sangat lahap, terutama paman Rasyid dan Irwan yang begitu lahap menyantap setiap masakan yang Arman telah sajikan untuk mereka.

"gimana rasanya paman,?" tanya Ridho seraya memakan daging semur buatan Arman.

"ini sungguh nikmat dho,!!! paman belum pernah memakan masakan seperti ini, benarkan Irwan,???" ungkap paman Rasyid yang sedang mengisi piringnya dengan beberapa potong daging serta roti.

"iya guru, ini sungguh nikmat," gumam Irwan yang ikut mengisi piringnya dengan beberapa potong daging.

Merekapun melanjutkan makannya.

Arman sedang menuju ke kandang kuda dimana Harpic sedang menunggunya, Harpic sangat senang ketika melihat Arman yang sedang membawa beberapa daging panggang miliknya, itu terpancar dari matanya yang tiba-tiba berubah menjadi gambar daging serta air liurnya terus menerus menetes.

"maaf lama kawan,!!!! apakah kamu sudah sangat lapar,???" tanya Arman.

"guruu, ruu (iya aku sudah sangat kelaparan)," ucap Harpic yang datang menghampiri Arman seraya mengendus daging panggang yang Arman bawa.

"sabar yah kawan, ini daging buat kamu," ucap Arman seraya meletakkan nampan berisi daging panggang diatas rumput.

"guruu," angguk Harpic yang langsung bergegas duduk menyantap daging panggang miliknya.

"untuk sementara kamu dikandang ini dulu yah kawan,"

"guruu," angguk Harpic.

"baiklah kalau gitu, kamu lanjutkan dulu makannya, aku ingin masuk kedalam lagi untuk menyiapkan beberapa makanan lagi untuk paman Rasyid dan yang lainnya," ungkap Arman seraya mengelus kepala Harpic.

Arman lalu masuk kembali kedalam dapur untuk menyiapkan beberapa makanan penutup untuk mereka, kali ini dia menyiapkan beberapa kue dan cemilan untuk menemani mereka meminum bir, setelah selesai dia lalu membawanya keruang tengah dimana paman Rasyid dan yang lainnya sedang makan.

"wah ternyata kalian sudah menghabiskan semua makanannya sendiri," tegur Arman yang melihat piring dan mangkuk yang berisi beberapa masakannya telah bersih tak tersisa apapun.

"hehehe maaf man, habisnya masakan kamu sungguh nikmat,!!!" cengir Irwan.

"kamu tuh wan makannya terlalu banyak dan tidak menyisakan buat Arman," canda paman Rasyid seraya meneguk secangkir bir miliknya.

"ehhh!!!! kenapa jadi aku guru, bukannya guru dan bro Ridho yang menghabiskan makanan itu," protes Irwan seraya menunjuk gurunya dan Ridho.

Paman Rasyid dan Ridho lantas berpura-pura tidak mengetahui mendengar ucapan dari Irwan, mereka dengan asyik meneguk bir yang ada diatas meja makan.

"sudah-sudah,!!! tidak usah ribut, tadi aku sudah menyisakan beberapa untukku, karena aku tahu pasti bakalan seperti ini," ucap Arman yang menengahi pertengkaran mereka soal makanan.

Paman Rasyid melihat Arman membawa nampan, dia pun bertanya karena penasaran,

"apa yang kamu bawa itu man,??" tanya paman Rasyid menunjuk nampan yang dibawa oleh Arman.

"oh, ini ada beberapa kue dan cemilan paman, lumayan untuk menemani kalian minum bir," ungkap Arman seraya meletakkan nampan.

"wah kamu memang pintar man," puji paman Rasyid seraya mengambil beberapa potong kue untuk dimakannya, begitupun juga dengan Ridho dan Irwan.

Mereka lalu menikmati cemilan buatan Arman sambil bercerita tentang keadaan desa sepaku serta pekerjaan paman Rasyid, Ridho sangat tertarik dengan dunia blacksmith, dia dengan antusias mendengarkan dengan seksama ketika paman Rasyid bercerita tentang pengalaman pribadi miliknya dalam hal blacksmith.

Ridho sangat ingin belajar lebih jauh lagi tentang menempa, baik itu senjata sihir maupun alat sihir lainnya. Dan ini merupakan waktu yang terbaik buatnya untuk belajar bersama sang maestro blacksmith, ya paman Rasyid sangat terkenal akan keahliannya dalam menempa, dia telah banyak menciptakan berbagai alat sihir salah satunya adalah topeng sihir yang dulu dikenakan oleh Irwan ketika menghajar para petualang di sebuah penginapan.

"jadi apa rencana kalian selanjutnya,?" tanya serius paman Rasyid seraya melipat kedua tangannya diatas meja makan.

Mendengar hal itu membuat Arman dan Ridho segera meluruskan posisi duduknya, yang tadinya menempel dimeja kini duduk dengan tegak. Mereka berdua tidak tahu mau menjawab apa, karena tujuan mereka hanya pergi ke desa sepaku dan bertemu dengan paman Rasyid.

Mereka belum merencanakan sesuatu untuk kedepannya, Ridho lalu melihat Arman yang merasa kebingungan terlihat dari alisnya yang mengkerut. Benar saat ini Arman sedang bingung dan tak tahu ingin menjawab apa, selama ini dia hanya mengikuti arahan dari gurunya serta Ridho kakaknya.

Ridho lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid dengan jujur dan apa adanya, sambil memegang pundak Arman dia berkata,

"kami belum tahu paman, kami berdua (melirik Arman) belum merencanakan langkah selanjutnya, karena tujuan kami adalah bertemu dengan paman Rasyid sesuai arahan dari mendiang guru Bahar," jawab ridho.

Paman Rasyid lantas menghela nafasnya setelah mendengarkan jawaban dari Ridho,

"kalau seperti itu, mungkin lebih baik kalian tinggal di desa ini dulu, untuk masalah badik merah biarkan paman yang memikirkannya, kalian fokus saja dulu berlatih meningkatkan kekuatan kalian, karena paman melihat kalian baru berada di tingkatan Mero sama dengan Irwan,

"alangkah lebih baiknya kalian fokus dulu berkultivasi untuk saat ini, kalian bisa menggunakan ruangan dibawah untuk kultivasi, paman sudah memasang beberapa penghalang diruangan itu agar auranya tidak bocor,!!! bagaimana menurut kalian," ungkap paman Rasyid seraya meneguk segelas bir miliknya.

Arman dan Ridho saling melirik dan menatap satu sama lain, pada dasarnya Arman sangat tertarik dengan kultivasi namun berbeda dengan Ridho, baginya bisa kapan saja untuk berkultivasi karena dia tidak terlalu mengejar kekuatan. Dia hanya mengejar skill dalam menempa senjata dan alat sihir,

"aku sangat tertarik paman, aku sangat ingin segera naik ketingkat selanjutnya, terkahir aku hanya bisa naik satu level, dan tinggal satu level lagi aku bisa menerobos ke tingkat selanjutnya," jawab Arman dengan semangat terlihat dari tatapan matanya yang bersinar.

"bagus Arman,!!!! itu baru jiwa anak muda,!! gimana dengan kamu sendiri Ridho,?" tanya paman Rasyid.

Ridho menjadi gugup karena semua menatapnya, baik Arman, paman Rasyid serta Irwan meskipun dia terus menguyah cemilan.

Lama terdiam, Ridho sedang memikirkan gimana caranya mengungkapkan keinginannya. Dia lantas memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,

"untuk saat ini aku tidak butuh kultivasi paman, namun ----"

"-apa maksud kamu dho,???" potong paman Rasyid dengan wajah melotot, ya paman Rasyid sangat tidak suka dengan orang yang malas dalam belajar dan meningkatkan kekuatan mereka.

"b----bukan begitu paman," gugup Ridho menjawab.

"lantas apa,????"

"aku ingin memperdalam ilmu menempa bersama paman," jawab lemah Ridho seraya menundukkan kepalanya.

"maaf paman, kak Ridho adalah seorang blacksmith seperti paman, dia dulu memiliki sebuah bengkel blacksmith waktu di desa Semoi," ungkap Arman yang memberitahu kepada paman Rasyid bahwa Ridho lebih tertarik menjadi seorang blacksmith.

Paman Rasyid lantas menatap tajam kearah Ridho dan membuatnya menjadi takut sehingga dia makin menundukkan kepalanya. Secara tiba-tiba paman Rasyid memukul meja sehingga membuat Arman dan yang lainnya kaget terutama Irwan yang sedang meminum bir miliknya ikut kaget dan membuat birnya tumpah kebajunya.

Setelah memukul meja dia lantas kembali menatap tajam kearah Ridho dan tiba-tiba tertawa

"hahaha,!!!!! hahaha,!!!! hahaha,!!!!"

Arman dan yang lainnya saling menatap satu sama lain, mereka tidak tahu kenapa paman Rasyid tiba-tiba tertawa. Mereka ingin ikut tertawa namun tidak berani, karena takut menyinggung paman Rasyid.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT