Ketika hendak bicara lagi, tiba-tiba masuk notifikasi pesan dari ponselku. Aku menoleh ke arah nakas yang terletak di sebelah tempat tidur, benda elektronik itu tergeletak di atasnya. Aku pun bergegas melangkah ke sana.
[Jamunya udah sampe, 'kan? Nah, kamu buatin langsung ya untuk Arka. Selamat bersenang-senang buat kalian, mama udah nggak sabar mau gendong cucu.]
Wajahku memanas seketika setelah selesai membaca pesan dari mama, aku mengerti sekarang, kamu kuat yang dimaksud Mas Andra ternyata ….
"Pesan dari siapa?"
Aku menoleh, ternyata pria itu sudah berdiri di sebelahku. Di tangannya masih mengengam plastik hitam berisi jamu tersebut.
Jantungku berdebar kencang, ponsel langsung kusimpan di balik badan.
"Eng … enggak, nggak dari siapa-siapa. Salah kirim." Aku beralasan.
Mas Andra tak bicara apa pun lagi, pria itu hanya mengalihkan pandangan dan pergi menuju nakas. Meletakkan plastik yang masih di tangannya ke tempat tersebut.