Sorenya Clara datang. Cia meminjam ponsel wanita itu untuk menghubungi mamanya, belum sempat dia mengabari kondisinya, sang mama sudah lebih dulu mengomel panjang lebar sampai dia tau apa alasan yang di berikan Dhika malam itu.
Untung saja!
"Ya udah la ma, kalo Cia kenapa-napa pasti di kabarin, nggak mungkin di biarin." Kilah Cia. Dia berusaha membuat suara seceria mungkin. Jangan sampai mamanya tau dia sedang sakit.
'Lain kali jangan begitu, kamu buat mama khawatir tingkat dewa!' omel Sarah. Cia menghembus napas pelan sambil ngangguk, kayak yang mamanya liat aja. Kebiasaan.
Clara terharu melihat sikap Cia. Sahabatnya itu terlalu mampu menyimpan perasaannya di usia yang masih sangat belia.
"Salam sama papa ya ..., pokoknya jangan khawatirin Cia. Ntar mama yang sakit, Cia yang balik khawatir."
'Ok, jaga diri dan salam dengan yang lain' sahut Sarah riang. Udah dengar kabar dari anaknya wedok (gadis) satu-satunya, udah cukup.