"Loh? Kamu udah pulang? Nana mana?" Tanya Renata bingung melihat Haikal pulang tanpa Nana
"Dia bertemu seseorang, lalu dia memintaku untuk pulang dulu. Nanti kalau sudah selesai, baru akan minta jemput." Sahut Haikal dan langsung duduk di sofa ruang tengah rumah keluarga Renata
Renata duduk di samping tunangannya, "siapa?" Tanya Renata penasaran
"Tetangga baruku. Tapi sepertinya Nana mengenalnya." Sahut Haikal
"Tetangga barumu? Siapa?" Tanya Renata
"Nita." Sahut Haikal
"Ni-Nita?" Tanya Renata tidak percaya ketika mendengarnya
"Iya. Kenapa? Apa kamu juga mengenalnya?" Tanya Haikal
Renata hanya diam. Pikirannya sibuk dengan sebuah nama yang mengingatkannya pada teman masa kecilnya. Namanya sama, tapi apakah orangnya juga sama?
"Nata? Hei! Ada apa?" Tanya Haikal panik saat Renata mulai menangis
Renata tidak menjawab tapi malah langsung memeluk Haikal. Haikal langsung membalas pelukan tunangannya. Dia mengusap punggung Renata pelan guna menenangkan gadis cantik dalam pelukannya.
*****
"Aku tidak tahu jika alasan kepergian Rena adalah karena itu. Aku pikir, aku ada salah sampai Rena pergi tanpa pamit." Sahut Anita
"Kak Nita tidak salah apapun. Kak Nata pergi tanpa pamit itu terpaksa. Kak Nata sangat merindukan kak Nita. Dia bahkan masih menyimpan foto masa kecil kalian. Kak Nata juga sering menyebut nama kak Nita." Sahut Nana
"Aku juga. Setiap malam, aku selalu memikirkan kapan aku akan bertemu dengan Rena kembali dan apakah kami bisa berteman seperti dulu lagi. Aku pikir, doaku tidak akan dijawab Tuhan. Namun aku salah, sekarang aku bisa bertemu dengan Rena lagi." Sahut Anita sambil tersenyum
"Kalian berdua memang takdir. Kalian di takdirkan untuk berteman, hingga saat kalian dipisahkan oleh jarak dan tidak tahu kapan akan bertemu lagi, Tuhan mengirim kalian lagi untuk bersama setelah sekian lama terpisah." Sahut Nana
"Aku pikir juga begitu." Sahut Anita
"Nana." Ucap Anita
"Hm?" Tanya Nana
"Bisakah kamu membantuku?" Tanya Anita
"Apa itu?" Tanya Nana
"Bisakah kamu pertemukan aku dengan Rena?" Tanya Anita
"Tentu saja." Sahut Nana
Iya, sekarang Nana dan Anita sedang berada di salah satu café dekat Bandara. Nana meminta Haikal untuk pulang lebih karena dia ingin bicara dengan Anita, nanti kalau sudah selesai baru dia akan menelepon untuk minta jemput.
Anita duduk sambil mendengarkan cerita Nana mengenai kepindahan mereka yang tiba-tiba. Ternyata alasannya tidak jauh dari masalah keluarga. Kehadiran Nana membuat Rena dan orangtuanya pindah ke Swiss.
Sekarang Anita tahu, Rena tidak berniat mengingkari janjinya dan dia juga bukan seorang pembohong. Dia pergi tanpa pamit juga karena terpaksa. Anita lega Rena masih mengingatnya sampai sekarang, dan dia berniat untuk bertemu dengan Rena lagi.
******
Renata sedang menunggu kepulangan adiknya dengan gelisah. Dia takut terjadi apapun dengan adiknya. Selain itu, dia juga ingin tahu apakah seseorang yang ditemui adiknya adalah orang yang dia cari atau bukan. Renata hanya ingin tahu, Nita yang dikenal adiknya itu adalah temannya atau seseorang yang pernah dia ceritakan padanya.
Setelah menunggu lama, akhirnya bel pintu berbunyi. Renata langsung berlari kearah pintu dan membukakan pintu diikuti oleh Haikal. Dia melihat adiknya sudah pulang.
"Kamu pulang sendiri?" Tanya Renata
"Kenapa tidak minta jemput?" Tanya Haikal
Nana hanya tersenyum. Dia mengambil kedua tangan Renata untuk digenggam.
"Kakak ingat dengan seseorang yang selalu kakak ceritakan padaku?" Tanya Nana
"Iya. Kenapa?" Tanya Renata
"Kalau seseorang itu ada di sini dan ingin bertemu dengan kakak, apa yang akan kakak lakukan?" Tanya Nana
"Jadi kamu beneran bertemu dengan Nita? Nita sahabat kecil kakak?" Tanya Renata memastikan
"Iya. Aku bertemu dengan Nita. Seseorang yang selama ini kakak rindukan dan kakak selalu merasa bersalah karena tidak sempat berpamitan saat pergi. Aku membawakan seseorang itu untuk kakak." Ucap Nana
Nana bergeser dan nampaklah Anita yang saat ini tengah tersenyum kearah Renata.
"Ni-Nita." Panggil Renata tergagap
"Iya. Ini aku. Apa kabar Rena?" Sapa Anita sambil melambaikan tangan
Renata langsung berlari memeluk Anita. Dia tidak sadar jika adiknya tidak pulang sendirian.
"Aku merindukanmu." Ucap Renata sambil menangis
"Aku juga merindukanmu." Sahut Anita yang juga menangis
Nana pindah posisi jadi di samping Haikal.
"Aku tidak tahu jika Nita tetangga baruku adalah orang yang selama ini Nata cari." Ucap Haikal
"Kapan kak Nita pindah?" Tanya Nana
"Dua minggu yang lalu." Sahut Haikal
"Lama juga, tapi kak Haikal tidak pernah mengatakan apapun tentang seseorang bernama Nita." Sahut Nana
"Aku tidak tahu jika Nita yang Nata maksud adalah dia. Kalau aku tahu, sejak awal sudah aku bawa dia untuk bertemu dengan Nata." Sahut Haikal
"Tapi aku lega, akhirnya kak Nata bertemu dengan kak Nita lagi." Sahut Nana
"Benar. Tapi bagaimana kamu pulang tadi?" Tanya Haikal
"Aku ikut mobil kak Nita. Dia bilang ingin bertemu dengan kak Nata." Sahut Nana
Haikal hanya mengangguk. Dia memperhatikan tunangannya yang masih berpelukan dengan sahabat lamanya.
"Kamu jahat pergi tanpa pamit. Kamu juga jahat sudah membohongiku." Ucap Anita setelah pelukan mereka terlepas
"Maafkan aku. Aku tidak berniat untuk pergi tanpa pamit. Ada beberapa alasan yang membuatku pindah secara tiba-tiba dan meninggalkan Indonesia. Lalu, untuk membohongimu aku juga tidak bermaksud. Bi Minah itu sudah aku anggap seperti Ibuku sendiri juga. Meski bukan Ibu kandung, tapi dia juga selalu ada untuk menjagaku." Sahut Renata
"Aku mengerti. Nana sudah menceritakan semuanya. Lalu, dimana Bi Minah?" Tanya Anita
"Dia baru saja pergi bersama keluarganya. Bi Minah memutuskan untuk berhenti dan pindah kembali ke Indonesia bersama suami dan anaknya." Sahut Renata
"Sayang sekali. Padahal aku ingin bertemu dengan Bi Minah." Sahut Anita
"Kalian mau sampai kapan bicara diluar?" Ucap Haikal tiba-tiba
Renata dan Anita langsung menoleh kearah Haikal.
Jujur saja, Anita sedikit terkejut melihat kehadiran Haikal dirumah Rena. Dia tahu kalau Haikal adalah kekasih dari sahabat masa kecilnya, tapi kenapa rasanya sangat sakit ketika melihat orang yang dicintai sudah menjadi milik orang lain? Terlebih dia adalah milik sahabat masa kecilmu.
"Benar juga. Ayo Nita, kita masuk." Ajak Renata
Dia lalu menarik Nita untuk masuk ke dalam rumahnya melewati Haikal dan Nana yang masih berdiri di depan pintu.
"Kamu kenapa? Kok tiba-tiba jadi murung?" Tanya Haikal melihat perubahan raut wajah Nana
"Kak Haikal. Nana ingin cerita." Ucap Nana
"Boleh. Ayo." Sahut Haikal
Mereka pergi ke taman samping rumah.
"Kak Nata sudah bertemu dengan sahabat masa kecilnya. Mereka bertemu setelah sekian lama terpisah. Apakah aku dan Justin juga akan seperti itu?"
"Mungkin saja. Takdir tidak ada yang tahu. Nata bisa bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya itu karena takdir yang menginginkan mereka untuk bertemu kembali. Tapi kita tidak tahu bagaimana dengan takdirmu."
"Kak Haikal membuatku pesimis."
"Kenapa kamu harus pesimis? Apakah kau berharap untuk bertemu Justin lagi?"
"Iya."
"Tidak perlu berlarut dalam kesedihan. Biarkan waktu berjalan dan takdir melakukan tugasnya. Jika takdirmu sama seperti Nata, maka suatu saat nanti kamu juga akan bertemu kembali dengan Justin."
"Kalau dipikir-pikir, takdir itu lucu ya? Di saaat kak Nata bertemu dengan sahabat masa kecilnya, aku malah kehilangan sahabat masa kecilku."
"Sudahlah. Lupakan Justin dan mulai hidup barumu. Kejar Dimas jika kau benar mencintainya dan buat dia mencintaimu. Justin sudah pergi dan merelakan cintanya padamu agar kamu bahagia bersama orang yang kamu cintai."
"Tapi sekarang aku hanya ingin Justin. Aku tidak tahu ini cinta atau bukan, tapi aku ingin Justin kembali dan berada disisiku lagi."
"Kalau begitu kejarlah."
"Huh?"
"Jika kau ingin tahu bagaimana perasaanmu pada Justin, maka kau harus menemuinya di Indonesia."