Mulutnya terkatup rapat-rapat sehingga kedua
rahangnya menonjol dan pelipisnya menggembung.
Sepasang matanya memandang menyorot tak ber-
kedip ke bawah bukit kecil, ke arah sebuah kampung
yang kini hanya tinggal musnahannya saja berupa rerun-
tuhan rumah-rumah yang telah jadi debu! Jelas dilihat-
nya mayat-mayat yang bergelimpangan di sana sini,
mayat-mayat manusia dan binatang-binatang yang mati
tertambus hidup-hidup di dalam api! Dan yang paling
menusuk matanya ialah mayat anak-anak yang menemui
kematian mereka secara mengenaskan dalam pelukan
ibu mereka!
Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dalam landasan
kemusnahan itu! Kemusnahan yang telah dilakukan oleh
manusia-manusia jahat tanpa rasa belas kasihan sama
sekali!
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
ingat akan kampung-kampung yang dimusnahkan Dewi
Siluman di Pulau Madura tempo hari. Dan kemusnahan
kampung yang hari ini disaksikannya tidak ada beda,
malah lebih membuat luapan amarah menggejolak,
darahnya laksana api disiram dengan minyak!
"Siapakah manusia-manusia keparat yang mem-
buat kebiadaban begini rupa?!" tanya Wiro Sableng
padadirinya sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu, pe-
muda ini segera menuruni bukit dan memasuki kampung
yang telah musnah itu. Penyelidikannya tak membawa '
hasil apa-apa. Dan hati kemanusiaannya memaksa dia
untuk menggali beberapa buah lubang lalu mengubur-
kan mayat-mayat yang bergeletakan di sana sini. Rata-
rata semua menemui kematian akibat tusukan atau
bacokan senjata tajam!
Wiro melanjutkan perjalanan sewaktu matahari ter-
gelincir ke Barat. Kalau daerah sekitar situ berada di ba-
wah kekuasaan Datuk Sipatoka, pastilah yang berbuat
ganas itu Datuk Sipatoka atau anak-anak buahnya! Dan
ini mendorong Wiro Sableng untuk mempercepat per-
jalanannya Menjelang senja dia berhenti di sebuah anak
sungai dangkal berair jernih. Wiro membuka pakaian dan
langsung masuk ke dalam sungai. Betapa sejuknya air
sungai itu. Tengah dia asyik-asyik mandi mendadak se-
pasang telinganya mendengar suara hiruk pikuk pekik
manusia banyak sekali di kejauhan! Ketika dia meman-
dang ke arah datangnya suara itu maka tampaklah langit
di arah itu kemerahan-merahan!
"Kebakaran," pikir Wiro. Disudahinya mandinya lalu
naik ke darat dan berpakaian dengan cepat. Sesaat ke-
mudian dia sudah berlari sekencang angin ke jurusan
langit malam yang merah menyala!
Ketika Pendekar 212 sampai ke tempat kejadian Hu,
yang dilihatnya bukan cuma kebakaran! Beberapa orang
berpakaian hitam bertempur melawan penduduk kam-
pung. Perempuan dan anak-anak berpekikkan dan lari
menyelamatkan diri. Kira-kira setengah lusin mayat te-
lah bergelimpangan di tanah! Wiro segera maklum apa
yang terjadi. Kebakaran itu adalah kebakaran yang dise-
ngaja dan pelakunya adalah manusia-manusia be r sera-
gam hitam. Mereka bukan saja membakar rumah-rumah
penduduk dan membunuh sewenang-wenang tetapi
juga merampok! Dan ketika Wiro memandang berkeliling,
dari dalam sebuah rumah yang telah setengahnya
dimakan api kelihatan seorang laki-laki berpakaian hi-
tam tengah menyeret seorang perempuan muda yang
meronta dan menjerit-jerit!
Mendidihlah amarah Pendekar 212!
"Keparat betul!" bentak Wiro. Dia melompat dan
menghantam dengan tinju kanan!
Laki-lakt berpakian hitam yang tengah menyeret
perempuan muda tiada menyangka akan mendapat
serangan begitu rupa! Karenanya dia tak sanggup meng-
elak, sama sekali! Tubuhnya mencelat! Pekiknya setinggi
tangit! Begitu jatuh di tanah dia tak berkutik lagi sebab.
kepalanya yang kena hantam rengkah bermandikan
darah dan air otak!
Wiro menyerbu ke tengah-tengah manusia-manusia
berseragam pakaian hitam lainnya yang tengah menempur
habis-habisan penduduk yang coba mempertahankan hak
dan harta serta nyawa dan keselamatan pribadi serta
keluarga mereka! Dua orang tergelimpang dihantam
tendangan dan tinju kirinya. Yang lima orang lainnya
terkejut!
"Bedebah! Siapa kau?!" teriak salah seorang dari!
mereka.
Begitu habis berteriak orang ini melihat sesuatu
menyambar di hadapannya.
"Awas!" teriak kawan-kawannya.
Tapi orang itu tak keburu berkelit ataupun menang-
kis. Yang dilihatnya berkelebat ialah pukulan tangan
kanan Wiro Sableng yang melayang tepat-tepat ke
keningnya!
"Praak!"
Orang itu menjerit!
Keningnya pecah! Nyawanya lepas!
Bukan saja empat kawannya menjadi kaget tapi juga
tergetar hati masing-masing! Setelah memberi tanda se-
rempak mereka menyerbu! Pendekar 212 Wiro Sableng
diserang dari empat penjuru!
"Setan-setan kesasar! Keganasan kalian cukup
sampai hari ini! Makan ini!"
Wiro kirimkan dua pukulan dua tendangan!
"Wutt... wutt... wutt... wutt!" Keempat serangannya hanya
mengenai tempat kosong! Wiro terkejut! "Bangsat, apakah
mereka ini punya ilmu melenyapkan diri?!" maki Wiro dan
memandang berkeliling! Dalam pada itulah empat angin
pukulan tahu-tahu melanda ke arahnya dengan ganas!
Pendekar 212 menggereng macam harimau lapar!
Kedua tangannya kiri kanan menghantam berkeliling!
Dua gelombang angin pukulan yang dahsyat membadai
berputar! Dua orang pengeroyok terpekik! Tubuh mereka
berpelantingan. Satu menghantam pohon, pinggangnya
patah, nyawanya lepas! Yang satu lagi begitu jatuh di tanah
coba berdiri tapi terus muntah darah dan kojor di situ juga!
Dua orang lainnya seputih kertas pucat paras mereka. Yang
satu tanpa pikir panjang segera ambil langkah seribu.
Kawannya melompat ke balik sebatang pohon dan
keluarkan satu suitan nyaringi
"Monyet hitam! Tempat larimu adalah ke akhirat!"
teriak Wiro seraya hantamkan tangan kanannya ke arah
laki-laki yang ambil langkah seribu!
Belum lagi angin pukulan Wiro sampai orang itu
telah memekik macam dihadang setan! Kemudian
pekiknya lenyap dan tubuhnya mencelat beberapa tombak.
Terguling di tanah tanpa nyawa lagi!
Wiro Sableng segera pula hendak kirimkan pukulan
maut ke arah laki-laki yang bersembunyi di balik pohon.
Sekaligus dia hendak hantam pohon dan orangnya! Tapi
baru tangan kanan diangkat, tahu-tahu empat bayangan
hitam melompat di hadapannya dan serentak meng-
urungnya.
Wiro memandang berkeliling dengan cepat. Ke-
empat manusia berpakaian dan berdestar serba hitam itu
rata-rata berbadan tegap dan bertampang ganas. Ke-
empatnya memelihara kumis melintang. Dan pada dada
pakaian masing-masing terpampang gambar kepala ha-
rimau warna kuningi Wiro teringat pada .manusia ber-
nama Gempar Bumi, pembantu utama Datuk Sipatoka.
Ada perbedaan gambar harimau yang terpampang di
dada pakaian keempat orang ini dengan yang dilihatnya
pada dada pakaian yang dikenakan Gampar Bumi. Per-
bedaannya ialah pada besar kecilnya. Gambar kepala
harimau di pakaian Gempar Bumi besar sedang pada ke-
empat manusia ini agak kecil! Ini mungkin berarti bahwa
keempatnya adalah pembantu-pembantu Datuk Sipato-
ka juga tapi dari tingkat yang lebih rendah dari Gempar
Bumi!
''Pemuda keparat! Melihat tampangmu nyata kau bu-kan
penduduk sini! Lekas katakan siapa kau?!" membentak
salah seorang dari empat manusia berkumis melintang.
Wiro mendengus.
"Kau tak layak bertanya! Lebih bagus kau tanyakan
bagaimana caranya cepat-cepat pergi ke neraka!" Dan
habis berkata begitu Wiro pukulkan tangan kanannya da-
lam jurus serangan Kunyuk Melempar Buah yang di-
perbawa dua perlima tenaga dalamnya!
Yang diserang terkejut melihat datangnya angin ke-
ras ke arahnya dan dengan serta merta pukulkan pula
tangan kanannya ke depan memapasi serangan lawan!
Dalam pada itu ketiga kawannya tidak tinggal diam.
Serentak ketiganya menyerbu Pendekar 212 dari tiga
jurusan! Seorang diantaranya mencengkeram dengan
kedua tangan dari belakang!
Sekali melihat bagaimana pukulan kunyuk melem-
par buahnya sanggup dipapasi lawan dan melihat pula
gerakan tiga orang lainnya dalam melancarkan serangan
itu Wiro segera maklum bahwa keempatnya berkepan-
. daian tinggi yang tak bisa dianggap remeh! Kalau dinilai
masing-masing setiap dua manusia yang mengeroyok-
nya itu sebanding dengan kepandaian Gempar Bumi. De-
ngan kata lain saat itu dia menghadapi dua. lawan ber-
kepandaian setinggi Gempar Bumi.
Pertempuran hebat berkecamuk!
Wiro andalkan ilmu meringankan tubuhnya untuk
mengelit serangan-serangan lawan yang sangat ganas
dan bertubi-tubi. Tubuhnya merupakan bayangan-bayang
putih yang coba didesak oleh keempat manusia
berpakaian hitam-hitam itu! Karena telah pernah bertem-
pur melawan Gempar Bumi maka sedikit banyaknya
Wiro mengerti, gerakan-gerakan lawan! Dan ini banyak
menolongnya Meski pada empat jurus pertamanya dia
kena didesak namun jurus-jurus selanjutnya dia mulai
berada di atas angin. Serangan-serangannya membuat
keempat pengeroyok mundur terus-terusan dan dalam
jurus ke delapan salah seorang dari mereka terjungkal
ke luar kalangan pertempuran dengan tulang dada dan
beberapa tulang iga ringsek dilanda tendangan kaki kanan
Wiro Sableng! Nafasnya sesak, mulutnya megap-megap.
Dari kerongkongannya terdengar suara seperti
orang tercekik dan; sesaat kemudian tubuhnya tak ber-
gerak lagi!
Kematian seorang kawan mereka membuat tiga manusia
baju hitam lainnya menjadi tergetar. Apalagi sesudah dalam
jurus-jurus selanjutnya mereka dipaksa bertahan mati-
matian dalam desakan hebat serangan berantai Pendekar
212!
Salah seorang berseru memberi tanda. Wiro me-
nyangka mereka hendak melarikan diri maka dia siapkan
pukulan jarak jauh untuk melabrak ketiganya bila me-
reka benar-benar hendak kabur! Tapi dugaannya mele-
set! Ketiga anak buah Datuk Sipatoka itu dalam gerakan
yang aneh yaitu lompatan-lompatan macam katak me-
nyerbunya dari tiga jurusan! Wiro pukulan kedua tangan-
nya berkeliling! Tiga lawan gerakkan kedua kaki dan da-
lam keadaan tubuh melayang di udara mereka membuat
satu lompatan lagi, begitu-Wiro hendak menghantam ke
atas, ketiganya tahu-tahu sudah melesat ke bawah dan
entah kapan mereka menggerakkan tangan mereka tahu-
tahu tiga bilah keris hitam menderu ke arahnya! Satu me-
nusuk ke kepala, yang dua lainnya membabat dari dua
jurusan yang berlawanan!
Wiro terkesiap kaget melihat serangan yang hebat
ini! Dengan cepat segera dia keluarkan jurus pertahanan
yang terlihay dari "Ilmu Silat Orang Gila" yaitu yang di-
namakan jurUs "Orang Gila Melenggang ke Awan!"
Kedua tangannya dikembangkan ke atas sedang ke-
dua kakinya menjejak ke tanah mengandalkan tenaga
dalam dan ilmu meringankan tubuh! Laksana panah le
pas dari busurnya, tubuh Wiro Sableng melesat meleng- ,
gang lenggok ke atas; dua kembangan tangan yang men-
datangkan angin bukan saja sanggup menangkis tusuk-
an keris yang datang dari atas tapi sekaligus membuat
lawan terpelanting laksana daun kering dihembus angin!
Meskipun tubuhnya selamat namun tak urung pa-
kaiannya masih sempat dirobek oleh ujung keris salah
seorang lawan yang menyerang dari samping!
"Edan!" maki Wiro. Segera dia siapkan jurus serang-
an Kunyuk Melempar Buah yang mengandalkan sete- ,
ngah bagian tenaga dalamnya!
Sementara itu salah seorang dari lawan-lawannya
yang bermata awas berseru: "Kawan-kawan! Kulihat
bangsat Ini mengeluarkan Jurus ilmu Silat Orang Gila!
Pastilah dia muridnya Si Tua Gila! Ingat bahwa Datuk kita
punya dendam kesumat terhadap Tua Gila pada empat
puluh tabun yang lalu?! Kalau kita musnahkan muridnya
ini pasti kita mendapat pahala besar dari Datuk! Mari!"
Serentak dengan itu dan diikuti oleh kedua kawan-
nya maka menyeranglah dia! Tapi kali ini ketiganya di-
bikin terkejut. Karena begitu mereka bergerak Wiro han-
tamkan tangan kanannya ke depan! Dua orang berseru
keras dan melompat ke samping! Yang seorang lagi ter-
lambat untuk selamatkan diri. Kedua tangannya ditelak-
kan ke muka dada laksana seorang yang berusaha me-
nahan tindihan benda berat yang tak kelihatan di depan
dadanyal Wiroputar sedikit telapak tangannya! Laki-laki
di depan sana menjerit keras! Tubuhnya mental dan ke-
tika menggeletak di tanah kelihatan bagaimana seluruh
tubuh laki-laki ini terutama dari bagian dada ke atas han-
cur memar laksana buah pepaya dibantingkan ke batu!
Pucat pasilah wajah dua anak buah Datuk Sipatoka
lainnya! Mereka saling memberi isyarat. Lalu mengeruk
satu. pakaian masing-masing dan sedetik kemudian
enam puluh batang jarum hitam yang mengandung bisa
jahat beterbangan ke arah Pendekar 212! Jarum-jarum
ini bentuknya sama dengan senjata rahasia milik Gem-
par Bumi. .Wiro gerakkan tangan kanannya! Sebagian
dari jarum-jarum itu mental yang sebagian lagi berbalik
ke arah pemiliknya! Salah seorang dari mereka tiada
menduga hal ini hingga terlambat untuk selamatkan diri!
"Akhhh...." Jerit maut ke luar dari mulutnya. Belasan
jarum menembus tubuh dan jantungnya. Nyawanya le-
pas saat itu juga! Yang seorang lagi masih untung! Be-
gitu lolos dari bahaya maut segera putar tubuh untuk am
bil langkah seribu! Tapi perbuatannya ini sia-sia saja ka-
rena lebih cepat dari itu satu totokan telah menyambar
punggungnya, membuat dirinya tegak kaku kejap itu
juga!
"Monyet hitam, sekarang kau akan jadi penunjuk
Jalanku! Kau musti antarkan aku ke sarang majikanmu
yang bernama Datuk Sipatoka Itu!"
Mendadak terdengar jerHan perempuan yang di-
susul oleh teriakan seorang laki-laki. "Tolong! Anakku...
anakku!"
Wiro berpaling cepat! Masih sempat dilihatnya se-
sosok bayangan hitam memboyong lari seorang gadis
dan lenyap dikegelapan malam!
Wiro kerenyitkan kening, gigit bibir. Hatinya me-
maki. Dia berpaling pada laki-laki. di hadapannya dan
berkata: "Monyet hitam! Keadaan memaksaku membuat
nasibmu lebih baik dari kambrat-kambratmu yang lain!
Kau kulepaskan hidup-hidup! Tapi jangan lupa sampai-
kan pesanku pada Datukmu bahwa disatu hari dalam
waktu yang singkat aku akan membuat perhitungan de-
ngan dia! Bila dia menanyakan siapa aku, ini kutuliskan
namaku di keningmu!" Kemudian dengan ujung jarinya
Wiro menggurat angka 212 di kuIH kening laki-laki itu!
Lalu tanpa tunggu lebih lama dia berkelebat ke jurusan
lenyapnya laki-laki yang memboyong gadis tadi!
Namun satu teriakan memanggil membuat dia hentikan
lari!
"Wiro!"