[Nicholaas]: kelihatannya aku bisa pulang hari ini, tapi tidak tahu dapat penerbangan jam berapa.
[Kinanti sent you a picture]
[Kinanti]: itu titipanku kalau kamu ada waktu senggang.
[Nicholaas]: padahal sudah kukatakan berkali-kali supaya tidak titip skincare. ya ampun, Kinan. apa kau tahu betapa susahnya mencari skincare-mu itu di antara banyak produk serupa?
[Kinanti]: mumpung kamu di HK, sayang. lagian aku kan ulang tahun.
[Nicholaas]: jangan mengomel kalau aku salah beli. jangan menagih hadiah ulang tahun juga, karena skincare-mu sudah masuk hitungan.
Kinan mendengus sebal. Beginilah kalau suaminya sudah dapat pacar baru, mendadak berubah jadi pelit. Uangnya pasti dia gelontorkan untuk menyenangkan pacarnya sekarang—yang jika tidak Kinan salah ingat, adalah seorang pelukis. Itu artinya, uang Nic sekarang mengalir ke toko perlengkapan melukis.
Ketika ponselnya bergetar sekali lagi, Kinan pikir itu adalah notifikasi pesan masuk dari suaminya lagi. Ternyata dari temannya entah siapa, si penjilat yang mengucapkan selamat ulang tahun diikuti dengan pertanyaan pesta yang sekiranya Kinan adakan. Lagi-lagi Kinan mendengus, muak setengah mati dengan pesan serupa yang kesekian hari ini. Selalu saja begini setiap hari ulang tahunnya. Alih-alih senang karena mendapat banyak ucapan, Kinan malah ingin sekali memblokir nomor-nomor yang hanya menghubunginya jika ada maunya saja. Memuakkan.
Satu-satunya yang baik dalam hari ulang tahunnya hanya terjadi di Sweet's. Ini akan menjadi ulang tahun keduanya bersama toko itu. Tahun lalu para karyawannya menyiapkan kejutan untuk Kinan, jadi dia yakin tahun ini juga sama. Memang cuma kejutan berupa tiup lilin sederhana, tapi rasanya itu adalah satu-satunya kejutan serta ucapan selamat ulang tahun paling tulus yang Kinan dapat dalam seharian.
"Happy born day, Ibu Bos!" seru seluruh karyawan toko begitu Kinan memasuki dapur toko untuk mengecek keadaan.
Mau tak mau Kinan menyunggingkan senyum. "Thank you," ucapnya semanis mungkin untuk menyembunyikan keterharuannya.
Sudah. Acaranya hanya begitu saja. Sangat kecil, tidak bisa dibandingkan dengan bagaimana teman-teman Kinan membuat kejutan di kamar hotel mewah dan menghias kamarnya dengan balon-balon tidak penting. Tapi, Kinan tetap saja senang, terutama saat satu per satu karyawannya yang hadir di shift pertama ini memberikan doa-doa tulus khas ulang tahun padanya. Pelukan dari mereka terasa hangat dan beraroma kue manis.
"Lo lagi mikirin apa, sih? Tumben nggak jingkrak-jingkrak kayak tahun kemarin?" tegur Ghea setelah seluruh seremoni tiup lilin sederhana itu berakhir. Temannya itu meletakkan sebungkus kecil kotak di hadapan Kinan.
"Nggak," gumam Kinan. Dia meletakkan hadiah dari Ghea berdekatan dengan hadiah hasil patungan seluruh karyawan yang didapatnya tadi. "Gue cuma baru sadar aja kalau sebenarnya gue itu menyedihkan."
Ghea blakblakan menertawainya. "Baru sadar lo?" Kinan pura-pura mencebik marah mendengarnya. "Circle lo uler semua, sih!"
"Hhhh! Ya kan mau gimana lagi?" decak Kinan. "Untung aja masih ada lo sama karyawan Sweet's. Kalau nggak ada, udah pasti gue terpaksa sibuk nyiapin pesta ulang tahun gue dan mengundang para ular itu."
"Yakin, cuma gue sama para karyawan aja?" Ghea tersenyum penuh arti. "Terus si doi gimana, tuh?"
Alis Kinan terangkat naik. "Tahu aja lo kalau gue ngincar Arion," katanya, yang ditanggapi dengan kikikan geli Ghea. "Gue kan baru beberapa hari ini mendekati Arion. Mana tahu dia kalau hari ini ulang tahun gue?"
"Ya diberitahu, dong. Gimana, sih?!"
"Nggak, ah. Nanti dikira gue mau apa-apa lagi."
"Kata orang yang main nyosor aja waktu PDKT."
Kinan memukul lengan Ghea sambil tertawa.
Ini baru tiga hari setelah Kinan mencium Arion di mobil di parkiran supermarket. Kinan ingat, sehari setelah kejadian itu Arion tidak menampakkan diri di Sweet's. Waktu itu Kinan sudah ikhlas jika pemuda menawan itu tidak akan pernah muncul lagi. Tapi kemarin nyatanya Arion muncul, menampakkan diri dengan muka memerah dan sebungkus Pocky yang akhirnya mereka makan di dalam mobil Kinan. Setelahnya tidak terjadi apa-apa lagi. Mereka hanya bicara tentang hunting pekerjaan Arion, karyawan baru Sweet's, dan apa pun yang bukan tentang ciuman itu.
Rasanya seperti mendapat lampu hijau. Jadi Kinan boleh berharap jika Arion nanti akan menampakkan diri, kan?
***
"Bu Kinan pulang naik apa? Mobilnya di bengkel, kan?"
"Oh?" Kinan menoleh ke arah salah seorang karyawannya. Dia tersenyum pada karyawannya itu. "Paling saya naik ojek."
"Nggak apa-apa tuh, Bu?" tanya karyawannya itu ragu. "Yah, saya sendiri juga cewek, jadi tetap aja rawan kalau goncengan berdua malam-malam gini. Tapi daripada Bu Kinan digodain tukang ojek nggak jelas…"
Kinan terharu. Ghea tidak pernah salah merekrut karyawan untuknya. "Nggak masalah. Kamu langsung pulang saja. Rumah saya nggak ada searahnya sama kamu, lho."
Pukul delapan malam dan semua orang di Sweet's sudah bersiap untuk pulang termasuk Kinan. Ghea sudah pulang dari tadi, sesuai jam kerjanya. Kinan sendiri lebih suka menghabiskan waktu di sini, menghindari orang-orang terutama di hari ulang tahunnya. Salah satu alasan Kinan bertahan di toko adalah menunggu Arion, sebenarnya. Tapi sampai sekarang pemuda itu belum juga menampakkan diri.
Atau setidaknya, begitulah pikir Kinan pada awalnya…
"Eh… Hai…"
Arion ternyata datang. Sepeda motor matic yang sudah terlihat kusam bertengger di sampingnya.
Kinan bukannya mau kepedean, hanya saja, "Kamu sengaja menunggu saya pulang?"
Arion mengangguk malu. "Itu kalau—eh—kamu tidak keberatan pulang dengan motor butut saya."
"Kebetulan sekali." Kinan tersenyum lebar. "Mobil saya masih di bengkel."
Senyum cerah terbit di bibir Arion yang manis. Pemuda itu langsung saja menyodorkan helm yang Kinan duga merupakan gratisan saat pembelian motor. Arion sendiri memakai helm yang sudah bocel sana-sini, membuat Kinan ingin sekali membelikan satu yang baru untuknya. Maksudnya, pemuda ini kan sangat menawan dan sudah seharusnya orang semenawan Arion menggunakan barang-barang bagus.
Kalau jadi pacarku nanti, hal pertama yang akan aku lakukan adalah membelikanmu parfum, batin Kinan sementara parfum murahan Arion diterbangkan angin saat mereka mulai berkendara.
Perjalanan mereka diisi keheningan. Kinan tidak merangkulkan tangannya pada pinggang Arian, karena menurutnya cukup sekali saja dia mengagetkan pemuda polos ini dengan ciuman waktu itu. Selain itu Kinan juga ingin memberikan Arion untuk meneguhkan hati karena... kelihatannya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
Meski diisi dengan keheningan, perjalanan pulang itu terasa singkat. Tahu-tahu saja Arion sudah menanyakan di mana tepatnya blok rumah Kinan. Dan dalam sekedipan mata saja, motor Arion sudah berhenti mulus tepat di depan pagar rumah Kinan.
"Terima kasih atas tumpangannya," kata Kinan.
"Sama-sama," kata Arion. Suaranya terdengar begitu lembut. Juga ada setitik rasa senang. "Sebenarnya... saya mau bilang kalau mulai Senin saya bekerja."
"Oh, ya?" Entah kenapa Kinan merasa senang mendengarnya. Apalagi Arion mengatakan pengumuman itu dengan nada senang yang disembunyikan. "Wah, akhirnya! Selamat, ya!"
"Iya, sama-sama," kata Arion malu-malu. "Kedengarannya tidak penting, ya? Hanya saja... karena akhir-akhir ini hanya kamu saja yang saya ajak bicara dan kamu tahu riwayat bekerja saya... saya merasa ingin memberitahukannya padamu." Cara bicaranya sangat manis. "Saya tahu menjanjikan sesuatu yang belum saya miliki tidak baik. Tapi... kalau saya nanti sudah mempunyai uang sendiri, tolong izinkan saya membelikanmu sesuatu. Mentraktir makanan di tempat lain. Atau mungkin, sekadar saya membeli sesuatu dari Sweet's karena selama ini saya tidak pernah membayar."
"Ya ampun, Arion," bisik Kinan. Dia jadi merasa tidak enak, soalnya semua itu dia lakukan dalam rangka mendekati Arion. "Saya mentraktirnu karena memang ingin. Jangan terlalu dipikirkan begitu, ah."
"Yah, tetap saja... Kinan sudah terlalu banyak memberi."
"Kamu nggak harus membayarnya."
"Kalau begitu... apa yang harus saya lakukan sebagai balasannya?"
Cukup jadi pacarku saja, batin Kinan. Mana tega dia mengatakannya pada wajah malaikat polos di depannya ini? "Tidak perlu. Serius."
"Kinan?"
"Ya?"
Yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan Kinan.
Arion menciumnya. Pemuda itu memberanikan diri mengecup bibir Kinan, meski penuh dengan keraguan dan rasa malu yang mendera wajahnya.
Persetan. Kinan serta merta menjatuhkan Prada-nya ke aspal, mengalungkan lehernya pada Arion, dan membalas ciumannya dengan senang hati.