下載應用程式
90% [18+] Visit in the Bed / Chapter 18: A responsibility

章節 18: A responsibility

Luar biasa. Ini adalah ulang tahun terbaik Kinanti. Ini adalah hadiah paling indah sekaligus tak terduga yang bisa Kinan dapat. Kekesalannya sejak pagi seakan menguap, terserap habis oleh ciuman manis Arion.

"Hmmm, hmmm, aku boleh berharap kan, ya?" senandung Kinan senang seraya dia membuka pintu depan rumahnya.

Pintu depan anehnya tidak terkunci. Kinan tidak ambil pusing. Palingan juga Nicholaas, yang katanya bisa pulang hari ini dan membawa skincare titipannya. Karena dalam keadaan senang begini, rasanya dia tidak akan marah kalau suaminya itu salah membelikan titipannya. Biarlah salah, nanti bisa Kinan berikan pada Arion supaya pemuda itu makin tampan.

Seiring dengan langkah Kinan yang semakin dalam, samar-samar dia mendengarkan suara-suara janggal. Kewaspadaannya otomatis bersiaga. Dia memelankan langkahnya, mendekat lebih, melongok perlahan ke ruang tengah. Di sana jas hitam tergeletak mengenaskan di sandaran sofa beserta dengan sebuah jaket yang tidak Kinan kenali.

Sebuah suara umpatan tertahan, yang sebenarnya lebih mirip rintihan, terdengar.

"Mmmh! Setelah ini… ingatkan aku untuk mencabuti semua ubanmu. Sialan!"

Langkah Kinan terhenti.

"Try me, Honey. Itu kalau kau masih bertenaga."

"Nngh! Hei, Nic! Ah!"

Nicholaas sialaaan! umpat Kinan kesal dengan tangan terkepal kuat.

Apa Kinan salah atau dia memang benar baru saja memergoki suaminya bercinta dengan pacarnya? Didengar dari suara-suara desahan yang bercampur dengan umpatan itu, sepertinya asalnya dari dapur.

"Fuck! Fuck!" Kinan berjalan keluar dari rumah. Dalam hati dia membuat catatan untuk meminta kompensasi pada suaminya atas kejadian sial di hari ulang tahunnya ini. Sebenarnya bukan sekali saja mereka memergoki satu sama lain di rumah ini. Tapi kenapa harus hari ini, sih? Nic mau pamer kalau dia punya pacar?

Kinan sengaja membuat suara-suara berisik saat dia menutup pagar. Tidak lupa dia menendangnya, supaya suaranya lebih heboh dan membuat Nic kelabakan.

"Awas saja kau, Nic!" desis Kinan.

"Eh?"

"Lho?"

Ternyata, anehnya, Arion masih di depan rumah Kinan. Helm-nya terlepas dan ponselnya mengambang di udara. Kelihatannya pemuda itu baru saja menelepon seseorang.

"Kenapa keluar lagi?" tanya Arion heran.

"Jangan tanya!" hardik Kinan kesal. Agaknya itu mengangetkan Arion. Pemuda itu langsung menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sedikit ketakutan. "Ah, maaf," ucap Kinan buru-buru. "Saya cuma kesal saja."

"Bukan… karena yang tadi, kan?" tanya Arion takut-takut.

Kinan tersenyum tipis. "Bukan. Kamu kenapa belum pulang?"

"Kakak saya tiba-tiba menelepon."

"Oh…" Tiba-tiba sebuah ide tercetus di kepala Kinan. "Besok kan Sabtu. Kamu mau menginap?"

"Ya?"

***

Pikir Kinan, kalau suami sialannya itu bisa mengajak pacarnya ke rumahnya, maka Kinan juga bisa mengajak pacarnya ke penthouse Nic.

Kinan cuma beberapa kali saja penthouse Nic dan dia tahu passcode-nya. Jadi dia sama sekali tidak menemui masalah berarti ketika membobol masuk. Lagi pula salah Nic sendiri bersenang-senang di rumahnya. Dan terutama di dapurnya!

"A-apa ini tidak masalah?" tanya Arion gelisah. Matanya meneliti kitchen island Nic. "Ini rumah orang, kan?"

Kinan mengibaskan tangannya santai. "Orang yang kamu itu adalah suamiku." Dia menyodorkan kaleng soda yang dia temukan di kulkas pada Arion. "Dan dia sekarang ada di rumahku dengan pacarnya. Jadi, anggap saja saya sedang balas dendam."

"Jadi… yang waktu itu suamimu?"

"Iya. Jangan dipikirkan. Kami memang mempunyai hubungan yang aneh." Kinan membuka kaleng sodanya sendiri. "Tapi kali ini saya mau memberinya pelajaran. Bisa-bisanya dia melakukan itu di hari ulang tahunku?! Padahal saya sudah senang waktu kamu menciumku duluan tadi."

Arion terbelalak kaget. "Hari ini kamu ulang tahun?" Kinan mengangguk. "Eh, selamat ulang tahun. Maaf, saya tidak tahu dan tidak membawa hadiah apa-apa."

Kinan menyeringai. "Ciuman tadi sudah saya anggap sebagai hadiah, kok," katanya. Wajah Arion langsung memerah. "Oh, iya. Kalau kamu lapar atau mau yang lain, ambil apa saja di kulkas. Kalau bosan, bisa nonton TV. Kalau mengantuk, tidurlah. Pokoknya pakai apa saja yang ada di sini."

"Mana bisa begitu," erang Arion tidak habis pikir. "Berada di sini saja sudah salah."

"Heee?" Kinan bertopang dagu. "Lalu, kenapa kamu berani mencium saya di depan rumah saya tadi? Padahal, setidaknya kamu pasti tahu kan kalau saya sudah memiliki pasangan?"

Arion membuang muka. "Yang tadi itu… tidak sengaja."

Tangan Kinan menangkup sebelah wajah Arion, memintanya untuk menatapnya. Wajah pemuda itu sudah semerah kepiting rebus. "Kamu ini benar-benar manis, ya?" kikiknya geli. Kemudian ibu jarinya mengusap bibir bawah Arion lembut, bermain-main sebentar di sana. "Tidak perlu memikirkannya. Dia sendiri juga punya pacar. Malahan…" Kinan mendekat. Ibu jarinya bergerak untuk membuka mulut Arion. "Saya baru saja memergokinya bercinta dengan pacarnya itu di dapur saya tadi."

"Hah—"

Kinan mencium Arion. Yang kali ini sekilas saja, menunggu reaksi pemuda menggemaskan di depannya ini. Kepasrahan Arion membuat Kinan lagi-lagi terkikik geli. Tapi sebentar saja, karena Kinan kemudian kembali mencium Arion dengan lebih dalam. Ciuman yang sepertinya membuat pemuda itu terkaget-kaget sendiri.

Kinan tahu mereka akan terus jalan di tempat kalau bukan dia duluan yang mengambil inisiatif. Arion sendiri juga pasti jomblo akut, tanpa pengalaman dengan wanita mana pun. Kalau bukan Kinan duluan yang menyusupkan lidah, siapa lagi yang akan melakukannya?

Wah, wah. Lihat ekspresinya, batin Kinan kesenangan sendiri. Karena kulitnya yang putih, rona di wajah Arion terlihat dengan jelas. Bibirnya yang tipis dan sedari awal memang merah alami kini mengilap dan sedikit bengkak. Kinan tetap tidak berpikir jika dirinya melakukan yang terlalu jauh pada pemuda ini.

Jadi Kinan kembali mencium Arion. Mengajaknya untuk membalas ciumannya, yang kemudian dibalas dengan gerakan super amatir dan kikuk. Ciuman yang tersendat-sendat, penuh dengan suara-suara kecupan, karena Arion benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Sampai tiba-tiba saja Arion menarik diri. "Maaf," gumamnya.

Padahal kukira berjalan mulus! batin Kinan. "Saya mengagetkanmu?" tanyanya lembut.

"Iya. Eh, maksud saya…" Lagi-lagi Arion membuang wajahnya. Dia terlihat ragu, sedang menimbang-nimbang sesuatu, sedang menahan sesuatu. "Ehm, toiletnya ada di mana?"

Alis Kinan otomatis berkerut. Dia menoleh ke arah belakangnya dan menunjuk sebuah pintu tak jauh dari dapur. "Ada di sana."

Gerak-gerik Arion terlihat sangat tidak nyaman, membuat Kinan keheranan sendiri. Butuh waktu sepersekian detik baginya untuk menyadarinya, ketika pemuda itu menarik bajunya supaya keluar dan menutupi selangkangannya.

Jengit tertahan Arion saat Kinan menyentuh lututnya menjelaskan semuanya. Pemuda itu bahkan langsung menepis tangan Kinan.

"Apa yang mau kamu lakukan di toilet?" tanya Kinan, hampir-hampir dengan nada nakal. "Daripada sendirian, saya bisa membantumu."

"Membantu apanya?!" tanya Arion, terdengar syok. "Ehm. Tidak, Kinan. Urusan ini… bisa saya selesaikan sendiri."

Kinan tertawa kecil. "Anggap saja saya sedang berusaha bertanggung jawab," katanya, berbisik di telinga Arion. Dia mengecup telinganya, sekali lagi membuat pemuda itu berjengit. "Atau… anggap saja ini hadiah ulang tahun darimu." Perlahan, tangan Kinan kembali menyentuh lutut Arion, kemudian bergerak ke atas dengan lembut, sampai akhirnya sampai pada gesper ikat pinggangnya. "Bagaimana?"

Kinan tahu Arion tidak akan menolak.


next chapter
Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C18
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄