Namara merasa cukup cemas, tetapi Eros menggenggam tangannya. Pria itu berusaha meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja. Dan itu berhasil membuatnya merasa lebih tenang.
Wanita tua itu menahan senyum. "Bagus," komentarnya. "Kemarilah. Aku akan mulai membuka segel itu."
Namara pun mendekat. Dia duduk di dekat wanita itu. "Ini mungkin akan sangat sakit. Kau harus bisa menahannya."
Namara mengangguk mengerti. Setelah itu dia mendengar uraian mantra yang diucapkan oleh nenek tua itu. Beberapa saat kemudian punggungnya ditekan dan dia merasakan rasa sakit yang luar biasa.
"Ahh!" Namara meringis. Dia segera menggertakkan giginya agar tidak berteriak keras. Rasa sakit di bahunya itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan berakhir di kepalanya.
Benar-benar pusing. Dia merasa sangat pusing. Ini ternyata jauh lebih sakit dari pembukaan segel pertama. Rasa sakit itu benar-benar nyata. Dia seolah baru saja dilemparkan ke neraka yang penuh kesakitan.