Kota S adalah kota di bagian utara yang empat musimnya sangat tidak jelas. Dalam setahun terdapat empat musim, bunga-bunga akan bermekaran sepanjang tahun dengan pepohonan yang rindang. Pohon kapuk lah yang dapat melihat perubahan musim sepanjang tahun. Karena alasan inilah kakeknya sangat menyukai pohon kapuk.
Di ujung jalan setapak ini, terdapat rumah kontrakan yang telah diwariskan selama ratusan tahun. Bentuk bangunannya pun berbeda dengan vila saat ini. Tidak peduli direnovasi berapa kali, dia selalu mempertahankan bentuk asli dari rumah tersebut. Semua mebel yang ada di dalam rumah berasal dari kayu jati yang telah diturunkan selama turun temurun. Barang antik pun juga diwariskan turun temurun. Meskipun telah diwariskan selama ratusan tahun, tapi tiap meja dan kursi masih terjaga kehalusan dan kemulusannya, dinding juga penuh oleh lukisan tinta yang indah. Setiap ruangan memiliki tata letak yang berbeda. Namun, misi perabotnya masih sama, yaitu barang-barang antik. Seisi rumah ini menunjukkan rasa berat dari bangsawan kuno yang tersisa dari sejarah yang ada.
Di kursi utama di ruang tamu, terdapat seorang pria tua dengan tubuh yang tampak masih bugar. Dia adalah Mu Zhenhua, ayah di keluarga Mu. Dia mengenakan setelah baju tradisional Tang berwarna biru dan duduk dengan posisi yang tegap. Dia tidak memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dirinya seperti seorang pria tua. Sorot mata yang menyala-nyala menggambarkan betapa kuatnya ketika dia masih muda. Dia seperti seorang raja yang menunggu kedatangan para pangeran untuk melakukan sungkem. Sebagai seorang sesepuh, dia tidak menunjukkan sosok yang menyeramkan, tetapi kebijaksanaan lah yang terpancar dari dirinya.
Pengurus rumah Shen Kun membungkuk dengan hati-hati dan berdiri tidak jauh dari Mu Zhenhua. Shen Kun sama seperti Bibi Rong, mereka adalah pengurus rumah lama di keluarga Mu. Apa pun akan mereka layani untuk keluarga Mu. Mereka juga sudah melayani keluarga Mu lebih dari setengah hidupnya.
Ketiga orang itu memberi salam kepada Mu Zhenhua dan bersiap untuk duduk di tempatnya masing-masing. Mu Zhilan dan Mu Jinchen duduk di samping kanan dan kiri pria tua itu, sedangkan Mu Yuhao berada di sebelah pamannya.
"Nona Mu, Tuan Muda Mu, Tuan Besar Mu. Wah, Tuan Besar Mu Jinchen juga pulang. Ayah Tuan Mu sedang menunggu kedatanganmu." Paman Shen pergi menyambut mereka. Lalu, dia membantu Mu Jinchen dan Mu Yuhao menarik kursi untuk mereka. Sementara Bibi Rong juga membantu Mu Zhilan untuk menarik kursi ke belakang. Setelah membantu wanita itu, dengan membungkukkan badannya, dia langsung berjalan ke belakang.
"Paman Shen, aku tidak suka mendengar ucapanmu. Terdengar seperti Kakek hanya menunggu kedatangan paman seorang." Di dalam rumah lama, satu orang yang hanya bisa berbicara seriang itu mungkin hanya Mu Yuhao yang bisa melakukannya.
Paman Shen hanya tertawa dan berkata, "Hehe iya iya, saya salah bicara. Kakek sedang menunggu kalian semua."
Tatapan Mu Zhenhua menyapu kehadiran mereka. Tapi pada akhirnya tatapannya terhenti pada sosok Mu Jinchen. "Semakin lama, kamu semakin tidak tahu sopan santun. Mengapa sepulang dari luar negeri tidak langsung pulang ke rumah?"
Mu Jinchen menyambut tatapan ayahnya itu dengan berani, lalu berkata, "Pertama kali pulang, aku justru melihat Kakek pergi."
Mendengar itu, Mu Zhenhua mendengus. Lalu, dia kembali mengubah topik pembicaraannya, "Ada apa dengan si Nona Li itu? Bisa-bisanya kencan buta berakhir ribut seperti itu. Dengan menikahinya bisa memberikan manfaat kepadamu dan kepada keluarga Mu. Lagi pula, usiamu ini juga tidak lagi muda. Sudah seharusnya kamu memutuskannya."
"Ayah, aku dan kakeknya telah membuat janji. Tolong berikan aku kebebasan untuk menikah. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa, bahkan aku tidak mencintai Nona Li. Aku akan mencari pasangan yang aku inginkan. Ketika aku menemukannya, aku pasti langsung menikahinya. Tolong ayah jangan khawatir untuk urusan seperti ini lagi."
Mu Zhenhua menyipitkan matanya dan menatap Mu Jinchen seolah-olah akan mengusirnya keluar, sangat tidak enak. Sebenarnya perawakan anaknya banyak kemiripan dengan dirinya, terutama ketika sedang marah. "Mengapa? Apa aku juga tidak boleh menanyakan urusanmu? Dan juga ucapanmu terdengar hanya ada Kakek di matamu. Memangnya kamu tidak punya ayah seperti aku ini hah?"
"Ayah terlalu berlebihan," Mu Jinchen jarang sekali membalas perkataannya seperti ini. Dia tidak bermaksud untuk menentang ayahnya. Hanya saja, berhadapan dengan ayahnya yang begitu kuat, membuatnya sedikit lelah.
Melihat situasi yang memanas, Mu Zhilan langsung masuk di antara mereka dengan berkata, "Ayah, Mu Jinchen jarang sekali pulang, jadi kita membicarakan hal lain saja yuk."