Mu Jinchen mengernyitkan kedua alisnya. Itu adalah masakan favoritnya ketika masih remaja. Dan dia tidak tahu sudah berapa kali masakan favoritnya berubah. Tapi entah mengapa, kakaknya ini selalu ingat dua masakan favoritnya itu.
"Kak, sekarang selera lidahku sudah banyak berubah, tidak sekuat yang dulu. Kakak tidak perlu mempersiapkan ini semua. Malam nanti aku sudah ada janji dengan Tuan Xiang dan Mubai, jadi aku tidak bisa ke sana."
"Lihatlah ingatanku ini, bahkan aku masih ingat masakan favoritmu saat masih SMA. Chen, setelah kamu berkuliah, kamu semakin jarang pulang ke rumah untuk makan. Dalam setahun pun aku hanya melihatmu beberapa kali saja. Baiklah lupakan. Pergilah temui mereka, kamu juga belum bertemu mereka selama beberapa saat," kata Mu Zhilan. Ucapannya terdengar sedikit pasrah, di depan adiknya ini, dia selalu tidak memiliki kesempatan untuk berkompromi.
Sejak kecil, Mu Jinchen adalah anak dingin. Dia juga anak yang mandiri, yang ke sana kemari seorang diri dan susah bergaul dengan orang lain. Bahkan teman yang dia miliki saja bisa dihitung dengan jari. Teman-temannya dulu pun adalah teman-temannya saat ini. Mu Zhilan juga mengetahui hubungan persahabatan antara adiknya dan teman-temannya itu.
Tangan Mu Jinchen yang awalnya mengusap pelipisnya seketika terhenti begitu mendengar ucapan Mu Zhilan, kakinya pun juga berganti posisi. Tampaknya beberapa tahun ini komunikasi yang dijalinnya dengan keluarganya semakin lama semakin berkurang. Terlebih ketika dia menginjak usia 20 tahun, kedua kakeknya memberikan kekuatan penuh kepadanya agar menegembangkan bisnisnya di luar negeri. Hal itu rupanya menyebabkan komunikasi dirinya dengan keluarganya semakin jarang. Antara bisnis Internasional Chen Yu dan Chen Yu Overseas hampir tidak memiliki tumpang tindih satu sama lain. Laporan yang dikeluarkan tiap tahunnya pun merupakan akuntansi yang independen. Karena itu, komunikasi antara dirinya dengan bisnis ini pun juga tidak banyak.
Mu Jichen berpikir, apakah dirinya terlalu dingin atau tidak. Lagi pula, kakaknya ini sudah seperti ibunya sendiri, seolah darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah darah Mu Zhilan juga. Orang yang benar-benar menemani mereka saat itu benar-benar amat sedikit. Dia pun menghela napas, lalu berkata, "Malam nanti aku akan datang, tapi kalian tidak perlu menungguku. Besok pagi aku akan sarapan bersama kalian."
"Baik, baik. Kalau begitu pergilah lebih awal. Setelah urusan yang kamu kerjakan selesai, pulanglah lebih cepat." Nada bicara Mu Zhilan akhirnya kembali menghangat. Mungkin karena adik laki-lakinya akan pulang dan sarapan bersama mereka, jadi dia merasa sedikit terharu.
Seusai Mu Jinchen menutup teleponnya, dia memutar kursi besarnya. Jarinya mengambil sebatang rokok yang ada di sampingnya, lalu meletakkannya di atas meja. Dia berpikir, bahkan untuk hal kecil seperti sarapan bersama keluarga saja kakaknya bisa sangat bahagia. Mungkin karena sebelumnya mereka benar-benar jarang melakukan hal semacam itu.
Mu Jinchen mengambil rokok itu dan mengapitnya dengan kedua bibirnya. Tubuhnya bergerak maju untuk meraih pemantik api dan menyalakannya, api biru pun muncul dari pemantik tersebut, lalu dia mengarahkannya ke batang rokok di bibirnya. Dia pun berdiri dan menghadap ke arah jendela.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari pintu ruang kantor Mu Jinchen. Ternyata orang itu adalah Chen Qidong. Ketika dia mengetuk dan masuk ke dalam ruang kantor itu, asap dan aroma rokok yang menyengat memenuhi ruangan tersebut. Majikannya ini sedang berdiri membelakangi dirinya tapi dapat terlihat asap rokok yang mengisi antara jemarinya. Dia sudah tidak kaget melihat situasi semacam ini. Ketika majikannya memiliki masalah yang rumit, dia akan merokok lumayan hebat DAN kepulan asap tebal tidak lagi penting baginya. Tapi ketika sedang tidak ingin merokok, majikannya ini bisa sebulan tidak menyentuh barang itu sama sekali.
"Tuan, mobil sudah siap. Apakah sekarang kita pergi ke pusat konstruksi Xijiao?" tanya Chen Qidong.
Mu Jinchen menjawab pertanyaan Qidong dengan kembali bertanya, "Butuh berapa lama kalau pulang pergi?"
Chen Qidong mengetahui bahwa majikannya itu malam hari ini memiliki janji dengan teman-temannya. Dia pun menjawab, "Kira-kira 4 hingga 5 jam. Kalau macet mungkin lebih lama satu jam. Jika saat ini berangkat masih ada waktu untuk acara kumpul-kumpulnya."
Mu Jinchen berbalik badan, lalu dia mematikan puntung rokoknya. Dia berjalan kembali ke kursinya dan duduk di sana. "Sudahlah. Hari ini kita tidak pergi ke sana. Kamu telepon Tuan Xiang dan beritahu mereka kalau waktu makan malamnya tiba lebih awal. Katakan aku langsung pulang ke rumah lama untuk makan malam."
Mendengar Mu Jinchen yang tiba-tiba membatalkan janjinya membuat Chen Qidong terkejut karena beberapa petinggi ini selalu mengadakan kumpul-kumpul pada malam hari, janji untuk makan malam pun juga sangat jarang. Terlebih ketika Tuan Mu mengatakan akan pulang ke rumah lama. Jika tidak ada keadaan khusus, majikannya ini tidak akan kembali ke rumah lama. Lagi pula, Nyonya Besar juga telah dipindahkan ke desa untuk perawatannya setiap tahun. Bagi majikannya, wanita tua itu adalah alasan paling kuat baginya untuk kembali. Kemarin saat baru kembali dari luar negeri, majikannya itu langsung pergi mengunjungi Nyonya Besar.