Setelah kejadian onar tadi pagi, akhirnya siang ini Mu Jinchen menerima telepon dari Mu Zhilan, sang kakak perempuannya. Sepertinya Mu Yuhao telah menyampaikan kepadanya tentang apa yang terjadi.
"Chen, aku tidak tahu kalau Li Lisha bisa seperti itu. Ketika wanita itu di depanku, dia menunjukkan sikap yang sangat sopan, berpendidikan dan sangat hangat. Aku awalnya mengira kalau kedua keluarga kita akan cocok bila bersama. Dan lagi, dia sangat tergila-gila kepadamu. Kalaupun kalian nantinya bisa bersama, lalu kamu tidak menyukainya, kamu bisa berhenti. Selama ini kamu hidup seorang diri di luar negeri dan masih terbawa oleh kebiasaan barat. Kakak juga bukan seorang yang kuno. Kalau kamu di luar negeri sana punya pacar, kamu bisa membawanya kemari dan mengenalkan kepada kami. Aku bisa membantu untuk membicarakan kepada ayah, tapi kakek… dia terus mengatakan kalau kamu harus menikah sebelum umur 30 tahun. Kita masih berharap kalau kamu mengencani wanita, menikahinya dan memiliki keturunan. Tapi dari semua itu, kita semua berharap kalau kamu bahagia," tutur Mu Zhilan dalam telepon.
Ucapan Mu Zhilan terdengar sekali penuh kehati-hatian, terutama ketika dia membicarakan soal ketidakcocokan sifat. Mu Yuhao, bocah itu, pasti mengadukan semuanya. Sejak kecil, Mu Jinchen tidak memiliki seorang ibu, mungkin ibunya meninggal saat melahirkannya. Bagi keluarga Mu, hal ini sedikit tabuh untuk diperbincangkan, oleh karena itu, hampir tidak ada orang yang berani menyinggung hal tersebut. Mu Jinchen berpikir, ayahnya sungguh seorang yang setia. Selama hidupnya, mungkin ayahnya hanya pernah mencintai seorang wanita, yaitu ibunya. Kalau tidak, ayahnya tidak mungkin melajang selama 30 tahun lebih.
Usia Mu Zhilan lebih tua 20 tahun dari Mu Jinchen. Semua mengatakan kalau kakak perempuannya ini seperti ibunya sendiri. Bisa dikatakan juga kalau dia tumbuh oleh asuhan kakak perempuannya ini. Kakaknya merawatnya layaknya putra kandungnya sendiri. Dia juga tidak pernah meragukan niat dan kasih sayang yang diberikan kakaknya kepada dirinya. Dia tidak pernah khawatir jika dibandingkan dengan putra kandung dari kakak perempuannya ini. Tidak ada kata 'sedikit' dari cinta yang diberikan, yang ada justru dia mendapatkan banyak cinta darinya.
Saat ini Mu Jinchen berada di ruang kantornya, Internasional Chen Yu. Sebenarnya dia akan resmi memperkenalkan dirinya pada hari Senin. Tapi dia memutuskan untuk datang lebih awal untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan situasi barunya.
Ruang kantor yang memiliki pemandangan 180 derajat ke arah sungai itu dirancang penuh dengan kaca transparan. Mu Jinchen bersandar di kursi besarnya sambil menyipitkan matanya menatap ke luar jendela. Dia melipat kakinya dengan anggun, sementara tangannya berada di pelipisnya sembari sesekali mengusapnya. Lampu headset bluetooth yang menempel di telinganya terlihat beberapa kali berkedip.
Mu Jinchen kelihatannya sangat menyukai kemeja berwarna hitam atau kemeja apa pun yang berwarna gelap. Wajah tampan terlihat lebih menakjubkan dan menarik jika dipadukan dengan kemeja berwarna gelap yang menempel di tubuhnya. Bahkan hanya duduk anggun seperti itu saja, pria itu sudah mengeluarkan aura yang sangat kuat.
Usia 32 tahun, Mu Jinchen berpikir kalau itu adalah usia yang sangat matang bagi seorang pria. Dirinya yang baru saja kembali, namun langsung disuruh untuk pergi kencan buta, belum lagi dengan pasangan yang tidak masuk akal seperti itu. Meskipun ada rasa sedikit tidak puas, tapi dia tidak ingin melihat kakak perempuannya memiliki rasa bersalah.
Suara yang hangat dan lembut pun terdengar dari seorang Mu Jinchen, "Kakak tidak perlu khawatir. Aku sudah mengajukan surat perintah. Kedepannya, wanita itu tidak bisa mendekatiku dalam jarak tiga meter. Aku tidak memiliki pacar, juga tidak seperti apa yang telah kalian pikirkan. Untuk masalah ini, tolong kalian juga tidak perlu mengkhawatirkannya. Hal seperti ini tidak bisa dipaksakan. Aku langsung tahu harus bagaimana ketika aku telah menemukan seseorang yang aku sukai."
Mendengar jawaban Mu Jinchen, Mu Zhilan hanya bisa menghela napas. "Demi pamanmu, Paman Li, lupakanlah saja perintah itu. Suruh Chen Qidong agar mengatur beberapa orang untuk mengawasinya. Oh iya Chen, apa kamu masih memikirkan Lan? Lan sudah…"
"Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa. Kakak tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh. Aku sudah menyuruh orang untuk mengurus surat perintah. Kakak jangan khawatir, aku sudah mengurus semua hal ini," jawab Mu Jinchen.
"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan memaksamu lagi. Malam nanti datanglah untuk makan malam. Aku menyuruh Paman Wu membuatkan masakan favoritmu, tumis daging lada hitam dan ikan crispy asam manis. Kamu pasti susah mencarinya ketika di luar negeri."
Mu Jinchen mengernyitkan kedua alisnya. Itu adalah masakan favoritnya ketika masih remaja. Dan dia tidak tahu sudah berapa kali masakan favoritnya berubah. Tapi entah mengapa, kakaknya ini selalu ingat dua masakan favoritnya itu.