Sang pangeran memeluk wanita yang sedang terluka itu. Jing Wushuang pun juga tidak sadar kalau dirinya memeluk leher Mu Jincheng. Setelah beberapa saat, dia akhirnya tersadar, lalu dia ingin melepaskan tangannya, namun takut kalau akan terjatuh. Pada akhirnya, dengan wajahnya yang memerah dan suara yang amat pelan dia berkata, "Terima kasih..."
Mu Jinchen nampaknya tertawa untuk sesaat karena Jing Wushuang merasakan kejutan di perut pria itu. Dia sejak dulu tidak pernah digendong oleh sosok pria dengan aura seperti pangeran seperti ini. Terlebih oleh pria yang memiliki aura yang sangat kuat seperti Mu Jinchen. Awalnya, dia merasa tidak terbiasa, bahkan untuk bernapas saja dia tidak memiliki keberanian. Terdapat beberapa jarak di antara mereka ketika dia menjauhkan wajahnya dari wajah pria itu. Dia sangat takut untuk bernapas karena napas hangatnya akan menyentuh wajah pria itu.
Jalanan basah di malam hari ditambah dengan cahaya kuning yang bersinar membuat pantulan panjang dari sosok pria dan wanita yang sangat dekat ini. Pantulan itu terlihat seperti sebuah gambar yang indah. Sedangkan Qidong masih tertegun di tempatnya dengan pikiran yang mungkin kini sudah tidak bersama raganya.
"Qidong?"
Mendengar suara Mu Jinchen, Qidong seketika tersadar dari lamunannya. Dia segera berjalan dan membuka pintu belakang mobil.
Mu Jinchen membungkukkan tubuhnya, lalu dengan berhati-hati membawa Jing Wushuang masuk ke dalam mobil. Jarak antara mereka pun menjadi semakin lebih dekat. Dia dapat mencium aroma manis dari tubuh wanita ini, bukan aroma parfum, melainkan aroma manis alami yang keluar dari tubuhnya. Benar-benar wangi.
Jing Wushuang juga tidak berani menatap wajah tampan yang sangat dekat dengannya saat ini. Entah karena suhu di dalam mobil ini terlalu tinggi atau karena efek alkohol, dia terus menundukkan kepalanya, tetapi telinganya terlihat sangat memerah. Dalam waktu 20 jam, dia telah bertemu Mu Jinchen tiga kali di tempat yang berbeda. Pertemuan pertama, ketika dia salah masuk toilet pria sambil menangis tersedu-sedu. Belum lagi ketika dia melihatnya saat pergi kencan buta.
Kedua, ketika Jing Wushuang menemani Su Ran melabrak tunangannya. Lagi-lagi, dia tidak sengaja bertatap muka dengan Mu Jinchen.
Dan yang ketiga, ditengah malam hari seperti ini, Jing Wushuang hampir ditabrak oleh mobil Mu Jinchen. Dia selalu merasa sulit setiap pertemuannya dengan pria ini. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana dia menjelaskan suasana hatinya sekarang. Mungkin ini adalah hari paling memalukan yang pernah dia lalui seumur hidupnya.
"Nona Jing, bagaimana bisa berjalan seorang diri di malam hari seperti ini?" tanya Mu Jinchen. Suara magis darinya seketika menggema di dalam mobil. Suara itu sama-sama memesonanya dengan sang pemilik suara.
Qidong lagi-lagi dibuat terkejut oleh majikannya ini. Tuan Mu sejak awal tidak pernah memiliki inisiatif untuk membuat suatu komunikasi dengan seorang wanita. Ini adalah pertama kali baginya.
Sementara Jing Wushuang yang sibuk dengan halusinasinya, akhirnya tersadar. Dia terbelalak menatap Mu Jinchen. Dia bukan lagi seorang remaja labil berusia 18 tahunan. Dia sudah melewati usia di mana dirinya bisa berdebar ketika melihat seorang pria yang tampan dan memesona. Tetapi ketika dia berhadapan dengan Mu Jinchen, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak gugup. Hatinya selalu dag dig dug tidak karuan.
"Aku dan Su Ran habis minum-minum. Lalu aku ingin berjalan sebentar untuk menghilangkan efek alkohol ini," jawab Jing Wushuang.
Mu Jinchen mengangkat alisnya, terlihat agak tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh Jing Wushuang. "Sudah semalam ini, bahaya untuk wanita berjalan seorang diri."
Jing Wushuang kembali menundukkan kepalanya. Dia seperti seorang perempuan kecil yang sedang dinasehati oleh sang kepala keluarga. "Aku tidak akan melakukan lagi…" balasnya.
Qidong yang sedari tadi terdiam, lagi-lagi mengerem dengan mendadak. Salah satu tangan Mu Jinchen seketika menahan kursi yang berada di depannya, sementara tangannya yang satu lagi meraih bahu Jing Wushuang erat-erat. Untungnya wanita itu tidak menabrak kursi di depannya, tetapi dia tidak berhati-hati dan membuat kakinya menopang beberapa saat. Sakit yang dirasakannya hingga membuat keringat dingin bercucuran dari keningnya. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat untuk berusaha menahan agar tidak menjerit kesakitan.
Qidong melihat Mu Jinchen dari kaca belakang dengan tatapan yang tidak enak. "Maaf, maaf, barusan ada kucing yang tiba-tiba muncul. Tuan, tolong kalian pasang sabuk pengaman saja."
Lagi-lagi, Qidong merasa kalau hari ini adalah hari Minggu yang sungguh kelam. Dia merasa kalau pengalamannya yang hampir sepuluh tahun ini dalam sekejap hilang begitu saja.
"Sakit?" Mu Jinchen tidak memedulikan Qidong. Dengan suara pelan dia menatap wanita yang hampir menangis karena menahan sakit yang dirasakannya. Di matanya, Jing Wushuang benar-benar sungguh kasihan. Hidung dan matanya semuanya memerah, ditambah dengan wajah kecil yang tanpa riasan membuat wajahnya semakin terlihat pucat.