Tubuh Mu Jinchen yang sedang terlelap di kursi belakang mobil tiba-tiba tersentak hingga menyentuh bagian belakang kursi sopir. Dia mengerutkan keningnya dengan ekspresi tidak senang dan bertanya, "Qidong, ada apa?"
"Tuan, sepertinya saya telah menabrak seseorang," jawab Qidong yang terkejut. Dia sudah bekerja sebagai sopir bersama tuannya hampir sepuluh tahun dan tidak pernah ada peristiwa apa pun yang terjadi. Dia juga menyetir dengan hati-hati, yang membuatnya selalu bangga akan hal itu. Tapi, kecelakaan seperti ini adalah kali pertama bagi dirinya, meskipun orang tersebut lah yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia pun segera melepas sabuk pengamannya dan turun melihat kondisi orang tersebut.
Sementara Mu Jinchen menurunkan kaca jendelanya dan menengok keluar. Dia berpikir apakah dia juga perlu untuk turun sendiri dan menyelesaikannya. Tapi, dia mendengar Qidong bersuara, "Eh? Nona Jing Wushuang, kenapa bisa Anda?"
Qidong juga baru hari ini bertemu dengan Jing Wushuang. Meskipun belum ada pertemuan secara resmi dengan wanita itu, tapi dia bisa mengendalikan kemampuan pengamatannya. Bagaimana bisa dia tidak mengetahui sosok wanita satu itu.
Sedangkan Jing Wushuang, dia tidak mengenali Qidong sama sekali. Dirinya yang awalnya merintih kesakitan itu tiba-tiba menutup mulut. Dia tidak mengerti entah itu kaki atau tangannya yang sakit, intinya dia merasakan seluruh tubuhnya kesakitan. Hari ini, akhirnya dia mengerti apa artinya 'mati' tanpa kematian. Seorang wanita polos berjalan di pembatas pagar ternyata bisa melukai kaki dan tangannya.
Mendengar nama itu, kening Mu Jinchen terlihat semakin rapat. Dia kemudian segera membuka pintu dan turun dari mobilnya. Dia berdiri beberapa langkah dari tempat Qidong dan Jing Wushuang berada, tepatnya di bawah cahaya kuning yang bersinar dari lampu jalan. Dia melihat wanita yang mengenakan mantel tebal tersungkur di bawah sana. Entah karena kesakitan atau kaget, tetapi lekuk mata wanita itu memerah, wajahnya pun juga memerah. Dia benar-benar seperti seorang wanita malang yang duduk tersungkur di atas tanah yang basah.
Kening Mu Jinchen semakin mengerut ketika menatap Jing Wushuang. Dia akhirnya berjalan hingga tepat di sebelah Jing Wushuang dan bertanya, "Mana yang tidak nyaman?"
Mendengar suara ini, Jing Wushuang seketika lupa dengan rasa sakit yang dirasakannya. Suara unik yang memiliki daya magis tersendiri. Suara yang tidak bisa diacuhkan oleh orang biasa. Suara yang sekali mendengar saja tidak bisa dilupakan. Dia pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara. Pria itu hanya mengenakan kemeja hitam dengan dua kancing atas yang sengaja terbuka. Tubuh tinggi tegapnya berdiri di tengah malam musim semi yang dingin.
Jing Wushuang untuk beberapa saat tidak berbicara sama sekali. Hanya terdengar beberapa kali terisak. Penampilannya saat ini membuatnya semakin terlihat kasihan.
Di waktu yang bersamaan, Qidong sudah mengeluarkan hak sepatu tingginya yang terjebak di celah pembatas itu. Ketika Jing Wushuang merasakan sarafnya kembali, dia baru menjerit kesakitan dan dia langsung mengembuskan napasnya.
"Tuan, sepertinya kaki Nona Jing Wushuang keseleo. Bagaimana kalau kita membawanya ke rumah sakit?" tanya Qidong. Dirinya yang sedang berbicara sudah akan mengangkat Jing Wushuang. Ketika dia baru saja membantunya untuk melepaskan hak sepatu tinggi tadi, dia menyadari kalau kaki wanita itu bersilang. Dia berpikir pasti wanita itu sangat kesakitan.
Dahi Jing Wushuang sudah bercucuran keringat karena rasa sakit yang dialaminya. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung mengangguk dan mencoba untuk meraih tangan Qidong. Siapa yang tahu, sepertinya lengannya juga terluka, jadi ketika mencoba untuk berdiri, dia lagi-lagi kehilangan keseimbangannya. Melihat dirinya yang akan terjatuh lagi ke tanah, Mu Jinchen dengan cepat langsung meraih pundaknya.
Dalam sekejap, ada aura maskulin kuat dengan aroma tembakau menghampiri indera penciuman Jing Wushuang. Hati kecilnya tidak bisa untuk menahan debaran jantungnya yang hebat saat ini. Suara pria yang kuat itu sangat dekat dengan telinganya sehingga dirinya mampu merasakan embusan napasnya.
"Nona Jing, aku tidak bermaksud seperti yang kamu pikirkan." Setelah mengatakannya, Mu Jinchen langsung menggendong Jing Wushuang dan berjalan masuk ke arah mobil. Apa yang dilakukannya saat ini sangat tiba-tiba dan tidak ada tanda apa pun darinya.
Sedangkan Jing Wushuang seketika tertegun dan membeku. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak berpikir kalau Mu Jinchen akan dengan tiba-tiba menggendongnya. Qidong pun juga tertegun di tempatnya. Majikannya bukanlah tipe orang yang memiliki rasa simpati begitu besar, jadi biasanya di dalam situasi seperti ini, hanya dirinya lah yang keluar dan mengurus semuanya. Biasanya, majikannya tidak akan peduli dengan hal seperti itu, terlebih jika pihak lainnya adalah seorang wanita. Sudah berapa tahun Tuan tidak sedekat ini? Pikirnya.