Sementara Jing Wushuang benar-benar sangat kesakitan. Dia tidak sempat untuk memikirkan hal lain, jadi dia menyandarkan kepalanya di pundak Mu Jinchen dan terus menangis, seolah bahu lebar dan hangat itu mampu meringankan sedikit sakit yang dirasakannya.
Mu Jinchen menarik wajah Jing Wushuang dari pundaknya dan melihat wajah kecil yang terlihat amat pucat dengan keringat dingin yang bercucuran. Wanita ini menahan suara tangisnya sendiri dengan menggigit bibir bawahnya hingga memunculkan sedikit darah. Dahinya pun mengerut rapat ketika melihatnya. Lalu jemari dia mencubit dagunya dan berkata, "Jangan digigit. Lihat bibirmu mengeluarkan darah. Gigit di sini saja" Sambil mengatakan itu, dia mengarahkan kepala wanita itu ke pundaknya sendiri.
Mu Jinchen kembali berbicara kepada Chen Qidong, "Lebih cepat, jangan pedulikan lampu merah."
Selama diperjalanan, Chen Qidong terus dibuat kaget oleh apa yang terjadi. Kalau orang yang tidak mengerti pasti mengira bahwa Jing Wushuang adalah kekasih Mu Jinchen. Dia tidak bisa melihat ekspresi majikannya sendiri, namun itu pasti rasa empati yang penuh dengan rasa pedih di hati.
"Baik," jawab Chen Qidong dan langsung menambah kecepatannya.
Mu Jinchen akhirnya mengerti arti dari perkataan 'Air lah yang membuat seorang wanita'. Tidak butuh waktu lama, seluruh pundaknya langsung basah semua. Dia tidak tahu seberapa sakit yang dirasakan Jing Wushuang hingga membuatnya dapat menangis hebat seperti ini. Untungnya, di sekitar area perfilman itu ada sebuah rumah sakit, jadi hanya butuh belasan menit mereka langsung sampai di sana.
Setelah mobil terparkir sempurna, Mu Jinchen langsung menggendong Jing Wushuang keluar dari mobil. Dari awal hingga saat ini, wanita itu tidak bersuara sama sekali, hanya tangannya yang terus memegangi perutnya dan tidak berhenti meneteskan air mata.
Dengan sangat panik akhirnya mereka tiba di ruang UGD. Chen Qidong bergegas menunjukkan identitasnya kepada pihak rumah sakit dan menjelaskan keadaan yang terjadi. Kemudian, dengan cepat para perawat yang datang mendorong kasur pasien.
Mu Jinchen dengan sangat hati-hati meletakkan Jing Wushuang di atas kasur. Saat ini, dia baru menyadari kalau wanita ini sangat kurus, terlalu kurus hingga hanya ada sedikit berat dari tubuhnya. Wanita semuda ini, wanita yang lincah dan wanita yang beberapa saat lalu masih tersenyum manis seperti permen kapas kepadanya, namun sekarang justru berbaring pucat di atas kasur rumah sakit. Untuk pertama kalinya dia mengetahui bahwa ketika dirinya juga tidak memiliki kekuatan, dia tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan perasaannya. Ini adalah semacam kepanikan. Perasaan bahwa seolah terdapat ribuan tentara dan ratusan kuda yang sedang menginjak-injak organ tubuh kita.
Kemudian, Mu Jinchen baru menyadari, sejak saat itu, segala hal buruk yang menimpa Jing Wushuang adalah hal terpenting yang tidak bisa dia tanggung dalam hidupnya. Kemudian, jarinya mengelus kepala wanita itu sambil berkata, "Kamu yang menurut ya. Tidak apa, setelah ini pasti baik-baik saja."
Lalu Mu Jinchen melihat perawat itu mendorong Jing Wushuang pergi. Dia pun memiliki keinginan untuk merokok lagi untuk mengatasi perasaannya, tapi mengingat kalau dirinya sedang di rumah sakit, dia pun menahannya.
"Qidong, tidak mungkin terjadi sesuatu pada Jing Wushuang, kan?" Jing Wushuang, dua kata ini, keluar begitu saja secara alami dari mulutnya, seolah mereka berdua telah mengenal satu sama lain sangat lama. Sangat lama.
"Tuan tidak perlu khawatir. Biasanya maag seperti itu adalah masalah kecil dan sangat mudah untuk diatasi.
Mendengar jawaban Chen Qidong membuat Mu Jinchen mengerutkan dahinya. "Lalu mengapa dia bisa sampai sesakit itu?"
"Itu…"
Aku bukan Jing Wushuang. Aku mana tahu mengapa Jing Wushuang bisa sesakit itu? Tetapi Tuan, untuk wanita yang baru Anda kenal selama dua hari. Anda menginginkan kalau Anda saja yang sakit. Bukankah perhatian seperti ini terlalu berlebihan? kata Chen Qidong dalam hati.
"Tuan, daya tahan tubuh masing-masing orang berbeda. Ada orang yang sangat sensitif terhadap rasa sakit. Bahkan sedikit rasa sakit saja mereka sudah merasa sangat kesakitan."
"Pasti sangat sakit. Kemarin malam ketika kakinya keseleo kan dia tidak menangis?"
Chen Qidong juga tidak tahu mengatakan hal baik apa lagi. Terdengar seperti Jing Wushuang ini cukup sial, baru saja kemarin dia masuk rumah sakit, hari ini masuk lagi. Dan dua kali semuanya digendong oleh majikannya masuk ke rumah sakit. Benar-benar membuat orang tidak tahu harus berkata apa. Untungnya hal ini tidak berlangsung lama, dokter pun akhirnya keluar. Kalau tidak, dia mungkin akan selalu membahas pertanyaan apakah wanita takut sakit atau tidak dengan Mu Jinchen.