Ketika Mu Jinchen melewati Mu Yuhao, dia meninggalkan satu kalimat, "Kembalilah dan katakan kepada ibumu."
Setelah mengatakannya, Mu Jinchen langsung meninggalkan kafe. Sejak awal, dia berencana untuk meninggalkan kafe ini seusai meminum kopinya. Namun, karena wanita ini tidak tahu bagaimana caranya untuk mundur dan terus melawan, dia pun akhirnya tidak memiliki keinginan untuk meminum kopinya.
Entah mengapa, Jing Wushuang merasa ada suatu kesalahpahaman. Pria itu mengatakan kepada sang wanita untuk belajar bagaimana menjadi wanita. Lucunya, ketika memikirkan hal itu dia malah tertawa. Bagaimana mungkin dua orang asing yang bahkan pertemuannya saja dapat dihitung bisa mengatakan hal semacam itu.
Li Lisha sembari memanggil nama Mu Jinchen, juga bersiap untuk mengejarnya keluar. Tapi, Mu Yuhao dengan sigap langsung berpindah ke depannya dan berkata, "Nona Li, biarkan aku yang mengantarmu kembali."
"Aku tidak perlu kamu antar. Aku akan mencari Jinchen," jawab Li Lisha.
"Paman paling tidak menyukai ada orang yang mengikutinya. Mengapa Nona Li masih melakukan itu?!" sanggah Mu Yuhao.
Entah ini hanya perasaan Mu Yuhao saja atau bukan, tapi dia selalu merasa kalau Mu Jichen terus menerus melirik ke arah Jing Wushuang. Bahkan kalimat yang meminta Li Lisha untuk belajar bagaimana menjadi seorang wanita, dia merasa kalau kalimat tersebut menyuruh wanita itu belajar dari Jing Wushuang. Hanya saja, pamannya baru saja kembali, jadi seharusnya dia tidak memiliki perasaan apa-apa kepada wanita yang disukainya itu. Harusnya begitu, batinnya.
Mu Jinchen adalah seorang yang paling berpendidikan dan memiliki sikap paling mengagumkan. Tapi mendengar pamannya mengeluarkan kata-kata seperti itu dari mulutnya sendiri, benar-benar menunjukkan bahwa dirinya sangat jengkel kepada wanita yang ada di depannya itu.
"Aku bukan mengikutinya, aku mencintainya," balas Li Lisha.
Mu Yuhao rasanya sudah hampir kehabisan kata-kata menghadapi Li Lisha. "Nona Li, tolong lihat sosok Anda sendiri. Anda tidak peduli dengan status diri Anda, tapi tolong perhatikan status pamanku. Bisa, kan?"
Mu Yuhao hanya bisa menghalangi Li Lisha. Dia berpikir, apakah pamannya bisa menyukai setiap wanita yang mengatakan cinta kepadanya atau tidak. Wanita yang justru membuat onar seperti ini tidak takut kalau dirinya telah mempermalukan dirinya sendiri. Dia menyangka pamannya pun pasti merasa kalau wanita itu sangat memalukan.
"Minggirlah. Aku ini akan menjadi kakak iparmu." Li Lisha yang sepertinya sudah kehilangan akal dan benar-benar tidak memedulikan yang lainnya. Dia justru meraih tangan Mu Yuhao dan menggigitnya.
Mu Yuhao pun refleks mengangkat tangannya yang kesakitan. Sedangkan Li Lisha justru memanfaatkan kesempatan ini untuk berlari mengejar Mu Jinchen. Dia mendekap tangannya dan hanya bisa melihat wanita itu sedang mengejar pamannya. Biarkan, sudahlah, lagi pula aku sudah melakukan yang terbaik, gumamnya dalam hati.
Melihat keributan sepagi ini benar-benar membuat Jing Wushuang tertawa, suasana hatinya juga berubah menjadi sangat senang. 'Sifat yang tidak cocok' ternyata salah satu alasan yang kuat untuk menolak seseorang. Dia juga masih mendengar dari kejauhan saat pria itu berbicara dengan asistennya untuk mendaftarkan permasalahan ini ke pengadilan. Dia ingin melarang wanita tadi untuk mendekatinya dalam jarak tiga meter.
"Maaf membuatmu tertawa," kata Mu Yuhao. Dia kembali ke kursinya dengan sedikit merasa sungkan. "Pamanku adalah seorang yang tidak mudah membiarkan orang lain dekat dengannya. Dengan aura yang menakjubkan dari pamanku, justru banyak membuat wanita terpikat dan mendekatinya."
Tidak mudah membiarkan orang lain mendekatinya? Pikir Jing Wushuang, namun dia tidak menanggapinya. Sudut bibirnya terangkat saat mengingat aura dari paman Mu Yuhao. Ternyata memang seperti itu, pikirnya lagi.
Alis mata Jing Wushuang relatif lebih terangkat dibandingkan dengan orang biasa. Dia jarang tertawa, tapi selalu memberikan semacam perasaan untuk tertawa terlebih dahulu sebelum berbicara. Entah apakah pencahayaan kafe yang menghangat atau bukan, hangatnya seperti bibirnya yang kini tersenyum tipis.
Mu Yuhao menelan ludah untuk membersihkan tenggorokannya. Dia pun memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan tadi yang sempat terpotong. "Wushuang, aku tidak akan basa-basi. Aku tahu kamu tidak memiliki pacar, aku juga tidak memiliki pacar. Aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku sudah mulai menyukaimu. Kamu mau menjadi pacarku?"
Seusai Mu Yuhao menyelesaikan ucapannya, layaknya seorang pria berumur 17 tahun yang mengungkapkan perasaannya, hatinya berdegup kencang seperti seekor rusa yang sedang melompat. Pandangannya yang memanas menatap Jing Wushuang dan menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.