Ketika Jun Xiang menyebut akan hal ini, ekspresi Tang Mubai juga mulai sedikit pilu. Sejak kepulangannya dari luar negeri, keluarganya juga tidak berhenti untuk terus mengungkit akan hal ini. Tetapi, dirinya juga untuk sementara waktu ini tidak memiliki rencana untuk menikah.
Tang Mubai membenarkan bingkai kacamatanya, lalu bicara perlahan, "Bukankah Mu Jinchen berkata untuk tidak membicarakan obrolan yang tidak mengenakkan seperti ini? Jun Xiang, kapan kamu akan merubah kebiasaan bergosip ini? Bisakah aku menikah tanpa memberitahu dirimu, hah? Tunggu saja aku akan membuatmu memberikan uang banyak pada pernikahanku."
"Memangnya aku tidak pantas diberikan uang?" kata Jun Xiang memotong pembicaraan Tang Mubai. Lalu dia melanjutkan, "Ketika aku menikah, tidak bisakah kamu juga memberikan uang banyak kepadaku?"
"Bersama kucing ganas yang barusan?" tanya Tang Mubai. Dia lagi-lagi membenarkan bingkai kacamatanya dan tersenyum ambigu. "Selamatkan saja dirimu."
"Aku melihat yang seharusnya menyelamatkan diri adalah dirimu. Aku menikah, Su Ran pasti mengundang Jing Wushuang untuk menjadi bridesmaid. Dan Su Ran tidak mungkin mengizinkanmu untuk menjadi bridegroom."
Mendengar perkataan Jun Xiang, Tang Mubai tersenyum masam, lalu dia mengangkat bahunya. "Aneh, lagi pula tidak hanya kamu sahabatku. Ketika Mu Jinchen menikah, aku juga bisa menjadi bridegroom."
Ketika Jun Xiang tertawa diatas penderitaan orang lain, seperti biasa dia langsung berkata tanpa dipikir terlebih dahulu, "Sulit untuk dikatakan, bagaimana kalau wanita yang dinikahi Mu Jinchen justru mantanmu terdahulu? Hahaha. Lihat, aku ini paling bersih dari kalian. Hingga sekarang saja aku hanya memiliki satu kekasih. Kedepannya aku juga tidak berencana untuk memiliki seorang mantan. Tidak seperti kalian para pecundang percintaan."
Jun Xiang benar-benar tidak menyangka, kalau ucapannya membuat sahabat-sahabatnya ini terdengar mengenaskan. Namun, tetap dengan posenya yang menawan sambil menghisap rokok, Mu Jinchen tidak lupa melemparkan sebuah kalimat kepada sahabatnya itu, "Kamu bisa mengatakan hal-hal itu kepada kita. Terima kasih."
Di antara mereka bertiga, meskipun Tang Mubai terlihat paling elegan, tapi justru dia lah yang paling kejam dari semuanya. Banyak gadis bodoh yang dibutakan hanya oleh wajahnya yang lembut. Pria itu menebar simpati dimana-mana, menunjukkan bakat tulus yang dia punya sejak dahulu dan menjadi topeng terbaiknya selama ini.
Berbeda dengan Mu Jinchen. Ada hati yang dingin dan keras bersembunyi dibalik wajahnya yang tampan itu. Tampaknya, kedepannya dia tidak mengetahui lagi siapa yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan berita menarik pun tidak ada. Jadi, tidak kaget kalau Kakak Lan khawatir dengan pria satu ini.
"Mu Jinchen, apa beberapa tahun ini kamu belum menemukan wanita yang pernah menggetarkan hatimu? Apa kamu belum merelakan…" Nama orang tersebut adalah salah satu hal tabu dan tidak ada siapa pun yang ingin menyebutnya.
Belum merelakan… Mengapa keluarganya, sahabatnya, semua berpikiran seperti itu? Batin Mu Jinchen. Dia tertawa dengan elegan tanpa menjelaskan panjang lebar. "Tidak ada masalah. Kita sudah lama tidak bertemu, bisakah kita membicarakan hal tentang pria? Kalau masih membicarakan hal ini, aku akan pergi." Setelah selesai berbicara, dia benar-benar langsung meletakkan sumpitnya.
"Hei, memangnya kalau pria berkumpul mau membicarakan apa selain wanita?" celetuk Jun Xiang. Seketika matanya terbelalak dan menatap sahabatnya itu. "Kamu berkata ke wanita itu kalau sifat kalian tidak cocok, apa jangan-jangan itu benar? Bukankah kamu berlebihan?"
Mu Jinchen benar-benar terkesan oleh pemikiran Jun Xiang yang bisa meloncat-loncat seperti ini. "Dengar-dengar, IQ-mu dengan mudah diturunkan oleh seseorang. Sebenarnya aku selalu tidak percaya, tapi hari ini aku percaya," ucapnya mengejek.
"Pergi, pergi. Kalau bicara ya bicara saja. Jangan saling menjatuhkan satu sama lain. Bisa tidak kalau kita mengobrol hal yang menggembirakan, hah?" celetuk Tang Mubai.
Mu Jinchen yang mendengar Tang Mubai berbicara seperti itu, jemari lentiknya langsung memegang keningnya. "Mubai, lain kali kamu pastikan kalau bocah ini membawa IQ-nya ketika pergi. Setelah itu, kalian baru bertemu denganku. Kalau tidak, kita tidak bisa mengobrol dengan asyik."
Tang Mubai seketika tertawa mendengar ucapan Mu Jinchen hingga membuat wajahnya memerah. Ketiga pria itu pun tertawa bersama. Persahabatan yang terjalin bertahun-tahun, tidak mungkin hanya karena jarak waktu, tempat dan masalah pribadi berubah menjadi hambar.