Kemudian, dengan nada bicara yang berubah semakin asing, Jing Wushuang berkata, "Bagaimanapun kondisiku, sepertinya tidak ada hubungannya dengan Tuan Mu. Tapi aku akan tetap berterima kasih. Tolong kembalilah."
Wajah kecil Jing Wushuang menampilkan sosoknya yang kuat. Bibirnya yang tertutup rapat pun juga sudah tidak terlihat lagi darah yang keluar. Mu Jinchen tidak memiliki alasan untuk menambah buruk nada bicaranya. "Nona Jing, kamu bisa menolak maksud baik orang lain. Hanya saja, akan jadi masalah kalau kamu terluka. Ibu Wu akan selalu berada di sini untuk menjagamu hingga kamu diperbolehkan keluar. Tidak peduli kamu mau atau tidak. Jangan lupakan kalau aku ini adalah bosmu. Apa yang aku katakan sudah bulat."
Setelah mengatakan kalimat panjang itu, Mu Jinchen langsung berbalik badan dan berjalan keluar. Dia hampir saja menabrak Chen Qidong yang akan membuka pintu. Baru saja dia menyelesaikan teleponnya dan membuka pintu ruangan, namun atmosfer yang ada tiba-tiba sudah berubah, padahal tadi masih tidak ada apa-apa. Meskipun majikannya ini biasanya sangat serius, tapi pria itu bukanlah seorang yang mudah terbawa perasaan. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Batinnya.
Chen Qidong juga tidak bisa mengubah apa yang terjadi. Dia pun hanya mengatakan, "Nona Jing, istirahatlah yang cukup." Setelah itu, dia keluar dan mengikuti langkah Mu Jinchen.
Begitu berjalan keluar dari pintu rumah sakit, Mu Jinchen segera mengeluarkan rokok dan korek api dari sakunya. Dengan salah satu tangan yang disandarkan di pinggangnya, dia bersandar di depan mobil dan merokok menghadap langit. Dia terus mengisap rokoknya beberapa kali hingga akhirnya dia bisa menenangkan perasaannya. Dia tidak mengerti mengapa dirinya merasa sedikit marah. Sebenarnya, dia bukanlah seorang yang mudah terbawa perasaan. Entah sudah berapa lama dia tidak menyadari suasana hati yang seperti ini.
Ketika Chen Qidong keluar, dia justru melihat pemandangan seorang pria yang rambutnya berantakan dan basah karena rintik hujan yang turun, sementara alisnya terlihat menyatu. Mu Jinchen yang tiba-tiba merokok terlihat seolah dia sedang menghadapi banyak permasalahan. Majikannya yang seperti ini terlihat seperti berubah menjadi pria normal biasa dengan emosi naik turun yang awalnya adalah robot yang bekerja tanpa senyum dari masa lalu. Mereka baru kembali beberapa hari, tapi pria itu bisa bahagia, tertawa, khawatir dan marah. Majikannya yang seperti ini, sungguh tampak dalam kondisi baik.
"Tuan, sekarang kita pergi ke mana?" Chen Qidong baru berbicara setelah menunggu rokok yang ada di tangan Mu Jinchen habis.
"Kita pergi makan dulu saja."
Mendengar Mu Jinchen berbicara seperti itu, raut wajah Chen Qidong terlihat sedikit tertegun.
Lalu, tiba-tiba Mu Jinchen kembali bertanya, "Apakah sesulit itu bersamaku?"
Mu Jinchen kerap kali makan tidak tepat waktu, bahkan dia bekerja hingga pukul tiga dini hari. Dan terkadang, dia akan menelepon Chen Qidong di tengah malam seperti itu. Tapi selama mengikuti dirinya beberapa tahun ini, asistennya itu sama sekali tidak pernah mengeluh.
"Tidak mungkin. Selama bersama Tuan Mu, saya justru merasa sangat terhormat."
"Baru setengah hari, aku sudah membuat wanita sebaik itu masuk rumah sakit. Sedangkan kamu sudah bersamaku selama sepuluh tahun."
"Itu…. Tuan Mu…" Chen Qidong tidak mengerti harus berkata apa. Ketika Mu Jinchen serius bekerja, dia benar-benar seperti orang yang mementingkan dirinya sendiri. Tidak makan hingga pukul tiga atau empat adalah hal biasa bagi majikannya itu. Kalau dia tidak membantunya untuk memesankan makanan, mungkin pria itu bisa tidak makan dalam seharian penuh. Lalu, sekarang seseorang yang bekerja di sampingnya masuk rumah sakit karena melupakan satu makan siangnya. Bisa dikatakan kalau hal ini baru terjadi pada Jing Wushuang seorang.
"Selanjutnya, kalau sudah masuk jam makan ingatkan aku. Tidak peduli sedang melakukan apa, kita berhenti terlebih dahulu. Setelah makan, baru kita lanjutkan lagi," ujar Mu Jinchen.
Chen Qidong seketika bahagia mendengar Mu Jinchen mengatakan hal tersebut. Dia selalu khawatir jika sikap majikannya akan terus berlanjut seperti itu, akan terjadi sesuatu pada tubuhnya. "Baik, Tuan."
Dalam hatinya Chen Qidong berpikir bahwa dia harus berterima kasih kepada Jing Wushuang. Masuk rumah sakitnya kali ini memberikan secercah kebahagiaan baginya dan juga terbilang menyelamatkan tubuh Mu Jinchen.
***
Setelah Mu Jinchen pergi, Jing Wushuang berbaring di kasur rumah sakit seorang diri. Matanya yang indah menatap langit-langit putih dinding ruangannya, lalu terkadang memejamkan matanya. Wajah kecilnya terasa seperti tertampar dari seorang yang memiliki telapak tangan lebar. Dia memutuskan bahwa ke depannya dia akan memutar arah jalannya ketika bertemu dengan Mu Jinchen. Sepertinya tidak ada hal baik ketika dirinya bertemu pria itu. Pertemuan mereka, setiap kalinya semakin mempersulit dirinya.