Setelah membatin, Nana segera mandi karena dia harus segera mencari tahu apa yang terjadi semalam dan dimana dia berada sekarang.
Sesaat kemudian ia selesai mandi. Dengan segera ia mengenakan pakaiannya yang sudah di letakkan oleh pelayan gong.
"Baiklah, aku akan keluar sekarang untuk mencaritahu semaunya. " Setelah selesia memakai pakaiannya, Nana pun segera keluar.
Nana berjalan menyusuri lorong yang sangat indah, tapi dia tidak tau dia harus kemana karena rumah itu sangat luas.
"Nona ikuti saya !" kata pelayan Gong yang tiba-tiba muncul di belakang Nana.
Nana sedikit kaget tapi dia tetap mengangguk patuh dan mengikuti pelayan Gong dengan ekspresi bingung.
Ruang Makan.
Sesampainya di ruang makan, untuk sesaat Nana tertegun ketika bola matanya menangkap pemandangan yang menakjubkan berupa lukisan indah terpahat rapi berupa lelaki tampan yang sedang duduk dengan anggun di depan meja makan.
"Dia siapa? " tanya Nana pada pelayan Gong yang ada di sampingnya.
Pelayan Gong tersenyum karena bisa menebak kalau Nana terpesona pada tuannya, ia juga merasa kalau Nana adalah wanita spesial karena ini pertama kali bagi Tuannya membawa petempuan pulang ke rumahnya.
"Dia tuan kami" Jawab pelayan Gong sambil tersenyum. "Sekarang nona duduk di seberang tuan dengan tenang, tapi jangan sampai membuat suara dengan ketukan piring dan sendok, karena tuan bencinya !" Sambung pelayan Gong.
Nana memang tidak ingin membuat masalah, karena dia belum tau ini rumah siapa dan orang macam apa yang ada di hadapannya.
Nana duduk dengan patuh dan mulai menyantap makannya. Sesekali dia melirik kearah lelaki yang duduk dengan tenang sambil menyantap sarapannya itu.
Nana merasa aneh karena lelaki itu sama sekali tidak melihat kearah orang yang menemaninya makan.
'Apa dia patung? kenapa dia hanya diam tanpa menyapa orang yang ada di seberangnya?. Batin Nana sambil mengunyah makanannya.
Sesekali Nana mencoba mengamati raut wajah pemuda itu, seketika itu dia langsung teringat dengan wajah pemuda yang semalam, ekspresinya langsung berubah, tubuhnya gemetaran sehingga tanpa sadar sendoknya terjatuh ke lantai, segera setelah itu Nana berdiri dari duduknya.
"Apa yang terjadi?" ucap pelayan Gong dengan panik dan khawatir pada Nana.
Mendengar suara sendok yang jatuh, pemuda itu perlahan melirik kearah Nana. Sedangkan para pelayan mulai merasa khawatir, karena setau mereka kalau tuan mereka memiliki tempramen yang buruk dan membenci suara bising saat sedang berada di meja makan.
"Bukankah kamu pemuda kejam yang semalam mau menembakku? kenapa aku disini? apa yang kamu lakukan semalam padaku hah ?" Tanya Nana dengan histeris.
"Tidak ada". Jawab pemuda itu.
Setelah itu ia melanjutkan kembali sarapanya dengan tenang.
Para pelayan yang menyaksikannya merasa heran dengan sikap tenang tuan mereka.
"Aku harus pergi, kamu itu penjahat dan pembunuh. " Ucap Nana sambil berteriak kearah pemuda itu.
"Tenanglah nona, jangan membuat keributan kalau nona tidak mau kena masalah! " bisik pelayan Gong.
Mendengar perkataan Nana, ekspresi pemuda itu berubah buas, dengan pelan dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Nana.
Kaki Nana mundur beberapa langkah hingga tubuhnya menempel di tembok karena ketakutan.
"Tolong jangan mendekat !" kata Nana sambil menjulurkan tangan kananya.
Nana merasa trauma dengan orang asing, itu sebabnya dia sangat ketakutan, dia seharusnya tau kalau di negara asing tidak ada yang bisa di percaya kecuali diri sendiri.
Pemuda itu terus mendekat dan tidak perduli dengan apa yang di katakan oleh Nana. Ia pun segera mengangkat tubuh Nana ke gendongannya.
"Apa yang kamu lakukan, turunkan aku brengsek !" Nana memukul-mukul tubuh kekar lelaki itu, tapi sayang lelaki itu terlalu kuat.
Sesaat kemudian pemuda itu melempar tubuh Nana di tempat tidur, tanpa memberi kesempatan Nana untuk bergerak dia dengan cepat menindih tubuh mungil Nana.
Melihat pemuda itu sangat dekat denganya, jantung Nana berdetak kencang.
Nana mencoba mendorong tubuh pemuda itu, namun dia terlalu kuat, akhirnya dia menatap wajah pemuda itu dengan sedih.
Untuk sesaat Nana terpesona dengan ketampanan pemuda itu dari jarak yang sangat dekat. Melihat tubuh seksi pemuda yang ada di atas tubuhnya itu, membuat Nana menelan ludahnya dalam-dalam, namun dia segera menyadarkan diri karena itu salah.
"Apa yang kamu akan lakukan padaku bajingan? " Teriak Nana tepat di depan wajah pemuda itu.
Tatapan pemuda itu menjadi lebih buas lagi seraya berkata, "Ucapanmu begitu pedas, tapi sekarang aku akan membuatnya menjadi manis"
Setelah berkata seperti itu, pemuda itu menurunkan wajahnya untuk mencium bibir Nana.
Namun dia berhenti di tengah-tengah saat dia melihat Nana menutup mata dan merapatkan bibirnya sambil menangis.
"Supir akan mengantarmu ke tempat tujuanmu! " kata pemuda itu sambil merapikan jasnya, setelah itu pergi meninggalkan Nana sendiri di kamar.
Mendengar perkataan pemuda itu, Nana membuka matanya pelan dan terkejut ketika dia sudah tidak menemukan pemuda itu.
'Kemana dia? Masa bodohlah yang penting dia tidak jadi menciumku, Setidaknya dia masih memiliki otak. 'Batin Nana dengan perasaan lega.
Segera setelah itu Nana bangun dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya lalu berlari keluar dari kamar.
Sesaat kemudian seorang sopir menjemputnya masuk. Nana langsung teringat kata pemuda itu, tanpa pikir panjang lagi Nana langsung mengangguk dan mengikuti sopir menuju pintu utama.
Di depan pintu sebuah mobil mewah terparkir dan pak supir sudah membukakan pintu belakang buat Nana.
'Siapa pemuda tadi? Jika di lihat dari rumah mewah dan mobil mewah ini kemungkinan dia adalah salah satu pengusaha kaya di Korea'. Batin Nana.
Setelah bergelut dengan fikiranya, Nana bergegas masuk ke dalam mobil dan untuk sesaat dia menyadari kalau pemuda itu sebenarnya orang yang baik, kalau bukan, dia tidak akan mungkin mau mengantarnya.