Setelah sampai di Apartemen Riko dan Robi memapah Natan dan menidurkan Natan di tempat tidur, Ara membantu mengelap tubuh Natan sampai perut dan mengganti pakaiannya, mengurus Orang satu bikin heboh Satu kampung pikir Ara, tetapi ketika melihat wajahnya yang begitu sedih dan terlihat putus asa membuat Ara merasa bersalah.
"Tolong kalian menginap di sini bantu aku, aku takut Natan masih marah dan kamu temenin aku juga." Salsa, Robi dan Riko mengangguk,
Ara keluar dari Apartemen dan kembali memakai baju tidur,
"Ini baju ganti untuk kalian, kalian bisa menggunakan kamar mandi dekat dapur." Kemudian Ara kedapur membuatkan spagheti ditambah beberapa sayuran dan menaruhnya di piring, lalu duduk di kursi,
"Kemarilah makan! aku membuatnya banyak." Ara tersenyum, memandang ke 3 Anak buah Natan.
"Aku membuatnya banyak, makanlah." Ara mengulang perkataannya. Salsa dengan cepat duduk di meja dan memakan spagheti buatan Ara,
"Masakanmu enak." suara Salsa pelan lalu memakannya lagi sampai habis, Riko dan Robi ikut makan, selesai makan Salsa dan Ara merapikan piring- piring kotor dan duduk di sofa.
"Ara..." dari dalam kamar Natan memanggil, Ara segera bangun dan melihat Natan dari kamar mandi memegang kepalanya, Ara segera membantu dan menidurkan Natan.
"Tidurlah agar keadaanmu lebih baik." Ara memberikan jus jeruk kepada Natan. Natan segera meminumnya tanpa melepaskan genggaman tangannya, Natan sangat manja setelah jusnya habis gantian tangan Natan memeluk Ara.
"Jangan pergi." Suara Natan manja,
"Baik, tunggu sebentar ya, temanmu masih menunggu." Ara keluar dari kamar memberikan selimut untuk Riko dan Robi dan mempersilahkan Salsa tidur di kamar tamu.
"Ara..." Natan memanggil Ara kembali, dan Ara segera menghampirinya,
"Jangan lama- lama." protes Natan, Ara tersenyum dan membelai rambut Natan, Natan memeluk Ara erat.
"Janji sama aku tidak meninggalkanku seperti tadi, janji sama aku kamu selalu percaya kalau dihatiku cuma ada kamu, janji sama aku Ra!"
"Aku janji sama kamu, ma'af untuk yang tadi, aku tidak akan berbuat bodoh lagi."
"Aku mencintaimu, sungguh..." Natan semakin mempererat pelukannya lalu tertidur lelap, anak buah Natan yang mendengar jelas kata- kata Natan begitu terharu dan bangga karena ternyata masih ada cinta yang tulus di zaman yang penuh dengan rekayasa ini. Natan juga tidak menggunakan ketampanannya untuk berpetualang menjelajahi gadis- gadis yang tergila- gila padanya.
Melihat Natan tidur, Ara juga ikut tertidur sampai pagi dan ketika bangun pagi Ara kaget dengan suhu tubuh Natan yang panas, Ara segera memanggil Dokter keluarga Natan, dan Dokter Dav segera datang,
"Natan terlalu banyak minum, dan dia sepertinya tidak kuat minum."
"Baru kali ini Dok, ucap Robi." Robi menatap Natan dengan sedih, Bosnya yang pintarnya di atas rata- rata, untuk urusan cinta dia melakukan yang terbodoh.
"Saya buatkan resep dan berikan obatnya." Baik Dok terimakasih ucap Ara pelan.
Dokter segara pamit setelah mengobati Natan dan Anak buah Natan juga pamit untuk pulang kerumahnya masing- masing kecuali Robi terlebih dahulu menebus obat di apotik.
"Kalau ada apa- apa hubungi saya saja, tidak usah sungkan." Ara mengangguk,
"Terimakasih." Ara kembali mengompres kening Natan dengan handuk kecil, sesekali Natan menggigil dan memeluk Ara, Ara hanya bisa menahan kesedihannya saat melihat keadaan Natan,
***
Di kediama Raya
Semua sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan, hanya Natan yang tidak ada, awalnya mereka cemas tetapi, setelah Raya dan Fano tahu alasan Natan sering tidak pulang karena bersama Ara, Mereka tidak mempermasalahkannya.
"Beb, wajahmu pucat sekali." Fano terlihat cemas melihat kondisi Raya,
"Mungkin hanya kelelahan, karena banyak pekerjaan di kantor." Raya mencoba menenangkan hati Fano, tetapi baru saja Raya menyuapkan nasi satu sendok, wajah Raya memerah dan lari kekamar mandi, Fano dengan cepat mengikutinya karena tubuh Raya lemas, Fano segera menggendongnya dan memanggil Dokter Dav,
"Raya kenapa Dav."
"Semuanya baik, sepertinya istrimu hamil Fan, coba beli alat tes kehamilan di cek di rumah lalu periksa kedokter kandungan!"
"Ok, terimakasih Dav."
"Sama- sama, Aku pamit dulu." Fano mengangguk dan mengantar Dav sampai kedepan pintu.
Setelah itu Fano mengambil kunci motor dan membeli alat tes kehamilan di Apotik terdekat,
"Dari mana beb?" Raya bertanya dengan heran.
"Coba tes urinnya sekarang!" Fano menyerahkan alat tes kehamilan, Raya tersenyum dan patuh.
Tidak lama kemudian Raya keluar dan sebelum Fano bertanya Raya menyerahkan alat tes kehamilan dengan garis 2 merah, Fano langsung memeluk Raya dan menghujani Raya dengan ciuman,
"Aku sangat bahagia, kita akan menambah anggota baru di keluarga kita." Fano mengelus perut Raya dan menciuminya,
"Mulai sekarang, kurangi kegiatan biar aku sama Natan yang menangani perusahaan- perusahaan kita."
"Tenang saja, aku tidak akan terlalu lelah." Fano mengecup bibir Raya dalam dan memeluk Raya erat, Raya tahu hati Fano sangat bahagia karena Fano memiliki keturunan darah dagingnya sendiri, walaupun Fano sayang sama Lexa dan Natan tapi kebahagiaan sekarang adalah kebahagiaan yang terbesar bagi Fano.
Karena Raya menolak makan, Fano mengambilkan Apel yang telah di potong - potong untuk Raya, Lexa yang penasaran menatap Fano dan bertanya,
"Pah, mama kenapa?"
"Mama baik- baik saja." melihat mamanya sakit tapi muka Fano begitu bahagia, Herlambang juga penasaran.
"Fano ada apa?" Fano memandang Herlambang dan tersenyum,
"Papa akan punya cucu lagi..." Lexa yang sedang minum hampir tersendak,
"Betulkah pah." Raut mukanya sangat bahagia.
"Ah... setelah sekian lama. Lexa menunggu, akhirnya..." Herlambang juga ikut bahagia mendengarnya.
Setelah tau Raya hamil, semua orang di rumah memanjakan Raya terutama Fano, Apa yang di minta Raya, selalu di turutin, termasuk hari itu Raya menginginkan Natan membawa Ara hanya untuk membuatkan sup ayam, Fano dengan cepat menghubungi Natan, tapi yang mengangkat adalah Ara,
"Iya pah, ini Ara ..."
"Natan mana Ra, saya mau bicara sebentar." Ara menatap Natan yang sedang menatapnya lemah langsung memberikan kepada Natan,
"Ya pah." mendengar suara Natan, Fano tahu Natan sedang tidak baik,
"Gimana kabarmu."
"Sedikit lebih baik pah."
"Kalau tidak sembuh sampai nanti sore ke Rumah Sakit!" sambungan telpon terputus tanpa menunggu jawaban Natan.
Natan memberikan handphonenya pada Ara, Ara menaruhnya di meja kecil samping tempat tidur, dengan kesabaran Ara, sorenya demam Natan reda walau masih hangat.
"Kerumahku malam ini mau?" Ara menatap Natan, lagi - lagi tidak dapat menolaknya,
Pukul 7 malam, Ara dan Natan tiba di kediaman Raya, melihat Natan dan Ara datang membuat Raya senang sekali, tetapi saat mendekat Raya terlihat khawatir.
"Sayang kamu sakit? kenapa memaksakan kesini."
"Tidak apa mam, sudah baikkan."
"Bolehkah Ara bawa kekamar mam, Natan masih lemas." Raya mengangguk,
"Tentu saja, bawa kekamar Natan." Ara langsung membawa Natan dan di tidurkan di tempat tidur, Ara menarik selimut menutupi tubuh Natan,
"Tunggu sebentar ya Nat, aku belum menyapa semua orang rumah." Natan yang tadinya enggan di tinggal, menyetujui dan melepaskan pegangan tangannya.
"Jangan lama- lama." Ara mengecup kening Natan dan keluar dari kamar, ketika turun dari tangga, pertama yang dilihat adalah suasana di ruang keluarga yang hangat, Raya melihat Ara turun langsung tersenyum,
"Sini cantik." pandangan semua orang melihat kearah Ara, Mama Ros dan suaminya, Herlambang, Lexa dan Fano, bahkan Lexa melihat dari atas sampai bawah dan teringat foto di handphone Natan,
"Ah... pacar kakak tampanku...." Lexa berdiri langsung memeluk Ara, Ara tersipu malu, setelah lepas dari pelukan Lexa, Ara memberi salam kepada semuanya, melihat Herlambang, Ara terlihat gugup karena siapa yang tidak tahu Herlambang.
"Ra... mama mau minta tolong boleh." Ara tersenyum,
"Boleh mam, apa yang bisa Ara bantu."dengan malu- malu Raya menatap Ara.
"Mama minta di buatkan Sup yang kamu masak di tempat Natan."
"Boleh mam, minta tolong antar Ara kedapur." Lexa berdiri,
"Ayo sama Lexa, Lexa juga mau sekalian belajar masak." Lexa mengandeng Ara kedapur dan Ara dibantu Lexa mulai sibuk menyiapkan semuanya, karena makanan buat makan malam belum tersedia sama sekali, Ara membikin menu lain, udang saus padang, balado terong tumis sayuran, tempe goreng dan pesanan Raya yaitu sup Ayam, dalam 1 jam semua masakan siap di meja,
"Wah kak Ara hebat." puji Lexa, Ara hanya tersenyum dan menata semuanya di meja makan setelah siap, Lexa memanggil Semua keluarganya, Natan juga turun dari kamarnya ikut bergabung.
"Mam ini semua kak Ara yang masak, hebat kan mam?" Semua mata memandang Ara dan kagum, setelah menyendok makanan dan mencicipinya semua tersenyum makin kagum, masakan sederhana membuat orang ketagihan, dalam sekejap lauk di meja kosong.
"Kamu memang calon sempurna untuk Natan." mama Ros terlihat begitu senang, sedang pipi Ara memerah.
Natan makan hanya beberapa suap seperti tidak bersemangat, Ara segera menghentikan makannya dan mengurus Natan, Natan dengan senang menghabiskan makannya ketika Ara yang menyuapin.
"Kak Natan modus..." Lexa menaikan bibirnya sebelah melihat kemanjaan Natan.
"Kamu sirik aja princess." Natan malah kelihatan tambah manja,
"Nat, lihat makanan Ara belum selesai." Mama Ros mengingatkan,
"Tidak apa - apa Nek, Ara lupa belum kasih obat, jadi lebih baik Natan makan terlebih dahulu lalu minum obat." Ara memberikan obat pada Natan.
Setelah makan, semua pindah ke ruang keluarga tangan Natan terus melingkar di pinggang Ara tanpa canggung walaupun beberapa kali Ara mencoba melepasnya, tapi tangan Natan melingkar lagi di pinggang Ara.
"Kak Nat, kita bakal punya dedek baby loh, semoga adeknya cewe, nanti aku bakal kasih bando, di ikat rambutnya, di kepang depannya di kasih poni dan bla....bla...bla...."
"Betul mam." Natan menatap Raya, dan Raya dengan malu- malu yang sedang di peluk Fano mengangguk,
"Wah selamat mam, semoga kembar." Kata Natan,
"Papa tadi menghubungi kamu karena mama ngidam sup ayam buatan Ara."
"Kenapa papa tadi enggak bilang langsung, Ara pasti langsung buatin."
"Papa tau Natan sakit."
"Memang kamu tega ninggalin aku yang lagi sakit." Ara menggeleng,
"Aku kan bisa masak di Apartemen terus di antar supnya kerumah."
"Kamu pintar Ra... papa sama sekali enggak kepikiran tadi."
"Kalau mama mau Ara masakin, jngan sungai, nanti Ara masak"
"Makasih sayang, ma'af mama ngerepotin."
"Tidak sama sekali, Ara malah senang."