Tải xuống ứng dụng
30.76% CINTA YANG PALSU / Chapter 8: Bagian Delapan

Chương 8: Bagian Delapan

Akhirnya gue menelpon pak Suparman di rumah, dan dia menyambut baik. Ketika gue menyebut tentang bayaran dia menolaknya, katanya untuk saat ini gratis dan membantu gue secara sukarela. Pak Suparman meminta waktu beberapa hari untuk memenuhi permintaan gue dan dia juga mengajukan syarat agar punya telpon khusus buat menghubungi dia bila ada sesuatu, cukup dengan hp murah yang bisa sms dan telpon agar tidak mencolok. Gue menyanggupinya.

Hari senin gue ke kantor seperti biasa, Mariana tidak pulang entah kemana. Sesampainya di kantor, Vina sekretaris gue mengatakan ada seseorang yang menunggu di ruangan gue. Gue terdiam dan berterima kasih kepada sekretaris gue. Dan gue masuk.

"Hallo, kenalkan saya Rusli Munawar !" sapanya seorang lelaki berumur 40 an nampak gagah dan berkumis.

"Oh Selamat pagi saya Mario !" jawab gue dan kami berjabat tangan, gue menatap dia, jadi ini yang akan membantu masalah proyek.

"Pak Mario, saya sudah tahu masalah yang dihadapi dan akan membantu bapak dalam menyelesaikannya !" jelas pak Rusli.

"Terima kasih atas bantuannya pak !" jawab gue, dan kini dia meminta gue mengikutinya.

"Vin, jadwal hari ini apa saja ya ?" tanya gue menelpon Vina sekretaris gue, dan sepertinya gue mulai terbiasa dengan pekerjaan baru gue yang baru 3 bulan ini.

"Oke, kamu pindahkan yang itu ya! soalnya saya mau keluar sebentar !" perintah gue ke sekretaris gue yang sebenarnya termasuk cantik.

"Mari pak !" ajak gue setelah itu kita pergi bersama dengan menggunakan mobil gue. Kali ini dengan sangat terpaksa motor gue di garasi, sejak gue menjadi kepala bagian mobilitas pekerjaan gue semakin tinggi harus memantau proyek yang berbeda letaknya mau tidak mau harus menggunakan mobil. Kalian tahu sendiri Jakarta sering macet dan jauh perjalanannya,

Singkat cerita pak Rusli membuka peluang untuk tambahan pendanaan dan juga berbicara dengan klien pihak ketiga dalam proyek, selebihnya gue tak bisa katakan karena rumit tapi bisa gue pahami dan mengerti ini adalah dunia bisnis.

---------------------

Beberapa hari kemudian pak Suparman ingin bertemu gue dan sudah memenuhi permintaan gue sebelumnya, kita ketemuan di sebuah taman kota. Gue memakai mobil dan bertemu dengannya ketika masuk mobil dia sangat hati-hati sekali. memeriksa mobil gue dengan seksama.

"Ada apa ? tanya gue heran.

"Takut ada alat sadap !" ujarnya.

"Kaya di filem aja !" gue bercanda tapi pak Suparman terlihat serius.

"Oke tidak ada apa-apa !" ucapnya lega.

"Kamu jangan remehkan pak Joko mengerti ! lihat apa yang terjadi !" sambil menunjuk kakinya yang pincang.

"Maaf pak !" jawab gue.

"Ini !" dia memberikan sebuah dua amplop coklat.

"Informasi awal tentang bos kamu dan apa kamu inginkan! kalau bisa jangan lihat di rumah, dan masukan ke amplop lagi biar tidak curiga, kemudian simpan di tempat rahasia yang tidak dicurigsi siapa pun !" perintahnya, gue mengangguk. Ada debaran aneh yang membuat gue sangat senang.

"Terima kasih pak atas bantuannya !" jawab gue, dia menatap tajam ke arah gue.

"Kenapa pak ?" tanya gue heran.

"Eh tidak, kamu mengingatkan saya sama seseorang! maksud saya mirip orang yang saya kenal !" jawabnya.

"Ah sudahlah, saya pergi! kalau ada apa-apa kamu seperti biasa ya !" dia pun turun. Gue mengangguk.

Dan gue menjalankan mobil, tiba di perumahan gue menghentikan mobil di sebuah tanah lapang kosong dan membuka amplop pertama. Ketika gue buka, betapa terkejutnya bukan main. Tubuh gue lemas dan tak menyangka kalau ... pak Joko seperti itu. Gue menyandarkan di kursi mobil dan mengusap wajah dan menghela nafas. Setelah itu membuka amplop tentang permintaan gue yaitu Mariana dan Daniel dan kembali tertegun.

Gue kembali ke rumah, terlihat mobil milik Mariana dan menurut bi Sum dia memang sudah pulang tapi sendiri. Gue menyimpan amplop itu di tempat rahasia. Sorenya gue ke ruang makan untuk makan malam, yang mengejutkan Mariana sudah duduk disana.

"Non sudah pulang !" ucap gue. Dia hanya terdiam, gue tertegun karena biasanya berkata sinis atau marah.

"Minggu ini kita diundang makan malam di rumah papa !" jawabnya berubah nada bicaranya.

"Non kenapa ?" tanya gue. Dia menatap gue.

"Besok pulang cepet kan ? aku tunggu !" serelah itu Mariana bangun dan pergi sementara gue tertegun, kemudian melirik ke arah bi Sum.

"Maaf tuan, saya tidak tahu apa-apa! cuman raut wajahnya ketika pulang tadi agak murung !" jawab Bi Sum.

"Ya sudah bi, nanti saya akan tanya dia !" ujar gue.

-------------------

Keesokan sorenya gue memang selalu langsung pulang, tak pernah pergi kemana-mana sejak awal masuk kerja sehingga sekarang. Tidak seperti yang lainnya pergi hang out bersama teman-teman kemana saja. Sesampainya di rumah gue tertegun Mariana sudah cantik dengan gaun longgar menutupi kehamilannya.

"Kamu, mandi ganti baju setelah itu kita pergi !" perintahnya tapi tidak dengan nada sinis atau marah seperti biasa, apa ada sesuatu hingga dia berubah ? tanya gue dalam hati.

"Baik non !" jawab gue, tak lama gue sudah berganti baju dan bersiap pergi. Dia menatap gue dari ujung rambut sampai kaki.

"Ya sudah ayo pergi !" perintahnya, Dia hendak menyetir sendiri mobilnya.

"Anu non, biar saya yang menyetir !" pinta gue, dia kembali menatap gue setelah itu menyerahkan kunci mobil ke gua. Gue pun membuka pintu depan umtuk Mariana duduk.

"Hati-hati" ucap gue ia melirik dan mengangguk, setelah itu gue menutup pintu mobil dengan pelan.

Dan kini gue berada di depan stir mobil, dan bertanya mau kemana ? dia menjawab jalan saja, gue pun menjalankan mobil dan melaju di jalanan dengan kecepatan sedang dan hati-hati.

Selama perjalanan, tak ada pembicaraan. Hanya dia dan gue yang cukup grogi karena ini pertama kali dia duduk di sebelah gue.

"Katakan kenapa kamu mau melakukan ini ?" tanyanya tiba-tiba. Gue tertegun.

"Maksud non ?" gue balik bertanya, biasanya dia akan marah dan menganggap gue idiot atau apalah tapi kini ...

"Mau melakukan perjanjian ini? dan apa isi dari perjanjian itu! jawab yang jujur !" tegasnya. Gue terdiam.

"Maafkan saya non, saya tidak bisa menyebutkan alasan kenapa bisa menerima perjanjian ini karena papa non tidak memberitahunya, sampai semua selesai ! kalau isinya ada 5 poit dan 2 tambahan, ke satu sudah kita berdua lakukan perjodohan dengan non dan menikahinya, yang kedua ... anu non punya anak !" jawab gue jujur. Dia terkejut.

"Punya anak ? maksud kamu ..."

"Iya non, dan itu tidak mungkin bukan? karena ... saya sama non tidak saling mencintai, tapi perjanjian tetap perjanjian maka anak non di dalam kandungan tetap menjadi anak saya !" jelas gue.

"Tunggu sebentar papa tahu semua tentang gue !" suaranya mulai meninggi.

"Maaf non, saya harus memberikan informasi apapun yang terjadi kepada papa non! saya hanya menjalankan tugas !" jawab gue.

"Elu tuh benar-benar ya !" ujarnya marah, "Tunggu, termasuk hubungan gue dengan Daniel ?" matanya menatap tajam ke arah gue. Dan gue mengangguk gue sudah pasrah kalau dia mengamuk.

"Tapi tuan sudah tahu semuanya !" jawab gue, matanya melotot.

"Kurang ajar !" makinya. Gue tertegun.

"Belum cukupkah dia menyakiti mama dan sekarang gue menjadi sasarannya !" mukanya berubah merah dan marah besar, tangannya mengepal. Gue hanya terdiam.

"Ternyata gue sama lo sudah terjebak permainan gilanya! ini balas dendam tak lansung bokap ke gue dengan mempermalukan kita berdua !" ujarnya marah.

"Maksud non?" tanya gue penasaran.

"Iya, dia memanfaatkan keluguan dan kepolosan elo dan keegoisan gue untuk mempermainkan kita berdua !" jelasnya.

"Lo belum tahu siapa Joko Subroto ! dia tega berselingkuh dengan cewek lain dan menyakiti nyokap gue yang terlalu lemah dan tak berdaya untuk melawan semua kehendaknya, padahal dulu dia bukan siapa-siapa! maaf sama seperti lo sekarang lugu dan polos dan akhirnya jatuh cinta dengan nyokap gue putri seorang kaya raya bedanya dia punya tampang dan otak hingga akhirnya menikah karena nyokap hamil di luar nikah !" jelasnya berapi-api dan itu sesuai dengan info dari pak Suparman.

"Percayalah, lo akan tahu bokap gue seperti apa! nanti setelah semua sudah selesai, menurutnya tak ada yang gratis di dunia ini! termasuk yang sudah lo terima sekarang !" dia menatap gue dengan senyum misterius. Gue terdiam, Six sense gue sudah memprediksi hal ini tapi gue tetap menjalaninya karena ingin tahu tentang aemuanya ....

Bersambung ....


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C8
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập