"Ramel Mommy ingin bicara denganmu, duduk dan jangan mengelak". Ramel mendesah pelan saat ia baru saja sampai kedalam rumahnya ini, ia tidak tau jika ibunya sudah ada disini, dan bahkan ayahnya sudah melihatnya dengan tatapan dengan banyak pertanyaan.
"Ada apa Mom? Ramel lelah dan ingin istirahat".
"Mengapa tiba-tiba Reista menginginkan melanjutkan kuliah di kota Wageningen?, sudah dipastikan dia akan tinggal disana selama kuliah. kalian bermasalah?". Ramel sedikit mengerutkan keningnya bingung, ia baru tau bahwa Reista akan berkuliah di luar kota, Ramel pikir Reista akan melanjutkannya didalam kota Amsterdam.
"Aku memang tau Reista akan berkuliah, dan mengijinkannya karena Reista bilang ia sudah meminta ijin kepada Mommy dan Daddy. dan kupikir kalian mengijinkan karena memang itu yang terbaik, tapi mengingat perkataan Mommy bahwa ia akan berkuliah di kota Wageningen, itu membuatku sadar bahwa memang Reista ingin menghindar dariku".
"Katakan pada Daddy nak, bahwa kalian tidak bertengkar".
"Aku awalnya tidak tau mengapa Reista pagi-pagi tadi membuat keributan, kupikir karena dia sedang kesal dan melampiaskannya padaku. tapi tadi saat dikantor ia mengatakan bahwa ia merasa tidak dihargai olehku dan merasa kecewa padaku".
"Kau pasti membuat kesalahan besar, jika sampai Reista yang sabar mau dengan mudah menghindar darimu". Nyonya Gornio menatap anaknya dengan kesal, ia sangat tau bagaimana watak anak semata wayangnya, belum lagi kiprahnya sebagai laki-laki gila perempuan.
"ya aku pikir saat aku melakukan hal itu, Reista tak tau". Ramel menjawab seadanya, ia bingung ingin memberitahu apa kepada kedua orangtuanya tentang hal ini.
"Melakukan hal apa maksudmu?". Tuan Gornio sudah mengeraskan suaranya, ia benar-benar merasa kesal dengan kelakukan anaknya yang tak pernah berubah.
"Kemarin malam Caca datang padaku dan mengatakan ingin meminta perhiasan milik andine".
"Lalu?". Tuan Gornio sudah tidak sabar dengan pengakuan anaknya ini.
"Lalu kau taulah Dad, Caca begitu cantik dan sexy. ia menawarkan dirinya padaku". Ramel menggaruk tengkuknya dengan resah, tatapan ibu dan ayahnya benar-benar mematikan saat ini.
"kau benar-benar brengsek Nak, kau menyakiti hati perempuan lembut seperti Reista". Nyonya Gornio meneguk air mineral depanya, ia sedikit sakit kepala memikirkan kelakuan anaknya yang semakin dewasa semakin tak berprasaan.
"Mom, sebenarnya Ramel tidak sampai melakukan sex dengan Caca. kita hanya melakukan pemanasan dan suara Caca itulah yang didengar Reista kemarin malam".
"kau memang sudah bodoh dan tidak punya hati, kau mengatakan 'hanya'. tapi kau tak berpikir bagaimana jika kau merasakan hal yang sama seperti yang Reista rasakan". Nyonya Gornio melemparkan beberapa berkas didepan meja.
"itu adalah surat perceraian kalian, tanda tangan saja jika kau memang tidak ingin membahagiakan Reista. bebaskan dia dari sikap bodomu. Mommy dan Daddy yang akan mengurusnya di Wageningen. kami akan pergi bersama Renandra juga, seterah kau ingin melakukan apa dengan Caca setelah ini. Mommy kesal dan kecewa padamu, anak yang Mommy lahirkan menyakiti hati Mommy, Anak yang Mommy besarkan dengan cinta dan tak kurang sedikit apapun menjadi brengsek seperti ini. Sudah Mommy katakan untuk Meninggalkan Caca yang hanya ingin uangmu saja dan kau tidak mendengarkan Mommy. sebenarnya apa Mommy bagimu Ramelson!?".
"Mom, maafkan aku. aku tidak bermaksud menyakiti hati Mommy atau Reista". Ramel bangkit dari duduknya dan memeggang tangan ibunya dengan erat. ia merasa bersalah saat dilihat ibunya sebegitu terpukul dengan kejadian ini.
"Ramelson, Daddy tidak bisa berbuat banyak akan hal ini nak. jika kau mencintai Mommy dan Daddy, maka cobalah untuk menghargai istrimu. seminggu lagi kami pergi, kau hanya punya waktu seminggu untuk memperbaiki semua ini". Tuan gornio bangkit dari duduknya dan menghampiri Ramel. ia menepuk pundak anaknya dengan lembut.
"Ayo sayang kita pulang, biarkan Ramel menyelesaikan urusannya dengan Reista". Nyonya Gornio mengikuti perkataan suaminya, mereka berlalu meninggalkan Ramelson seorang diri. ada rasa bersalah dalam hati Ramel saat ini, ia terlalu bodoh dengan mengabaikan Reista yang memang selalu baik kepada anak dan juga orangtuanya. apa yang kurang dari Reista? dia cantik, bertangung jawab dan juga lembut.
kekuranganya adalah pada diriku yang tidak bisa bersyukur atas semua ini, Ramel menegakkan tubuhnya dan berjalan naik kelantai atas dimana kamarnya berada. sepertinya ia harus benar-benar meminta maaf kepada Reista.
Sebegitu cintanya Reista pada anaknya Renandra, bahkan ia mampu mengasihi Renandra dengan sepeuh hatinya. ia ingin bisa mencintai Reista, namun sulot rasanya. semakin ia mendekati Reista ada sebagian hatinya yang seperti semua ini salah. semua ini salah karena Ramel pikir ia seperti mengkhianati Andine. ia hanya menikahi Reista tapi tidak untuk mencintai perempuan itu.
Ramel membuka kamarnya, dilihat Reista sedang menidurkan anaknya Renandra. Reista melihatku namun kemudian ia berpaling. aku tau saat ini pasti perasaanya sangat sakit dan kecewa akan sikap dan kelakuanku.
"Reista, apa kita bisa bicara sebentar". aku menghampirinya dan duduk di atas kasur tepat disamping punggung indah itu.
"ada apa Ramel? ini sudah malam". Reista berkata tanpa menoleh ke arah Ramel sama sekali, Reista terlalu enggan untuk berdebat saat pikiran dan hatinya benar-benar lelah.
"Tadi Mommy dan Daddy kemari, mereka menceritakan perihal kau yang ingin melanjutkan S2".
"Iya aku tau, aku sudah berbicara dengan mereka, seminggu lagi kami pergi".
"kau ingin menghindar dariku?". Ramel kini memegang bahu Reista dengan lembut, ditatapnya mata istrinya yang terlihat sembab.
"Aku tak menghindar, namun aku hanya ingin melanjutkan hidupku".
"Hidupmu akan dilanjutkan disini, dirumah kita, berumah tangga denganku dan menjadi ibu bagi Renandra".
"aku sudah melakukannya, namun kamu yang selalu tak melihat keberadaanku". Reista menutup matanya dengan tenang, ia benar-benar merasa sakit kepala dengan semua hal ini.
"Maafkan aku".
"Aku sudah memaafkanmu, sekarang pergilah aku ngantuk".
"yasudah tidurlah, kita akan berbicara besok saat kau sudah lebih baik". Ramel mengecup lembut kening Reista, seketika itu ada rasa sesak sekaligus senang saat bibirnya mengecup kulit halus Reista. harum rambut Reista entah mengapa membuat Ramel sangat nyaman.
Ramel bangkit dan masuk kedalam kamar mandi, ia harus membersihkan tubuny agar ia bisa tidur dengan nyenyak malam ini, banyaknya urusan pekerjaan dan masalah dirumahnya membuat pikiran dan otaknya seketika ingin pecah.
Reista melihat Ramel yang masuk kedalam kamar mandi, melihat Ramel yang selelah itu membuat hati Reista sedikit sakit. ia tau bahwa pekerjaan Ramel saat ini memang menguras pikirannya dan masalah yang dibuat Reista pasti membuat Ramel semakin kalut.
Namun hati Reista sedikit tersentuh saat bibir basah Ramel berasa dikeningnya saat ini, sangat hangat dan mampu menggetarkan hati Reista. apa ia akan melakukan kesalahan dengan pergi dari hidup Ramel?.
Pikirannya saat ini goyah, hanya dengan kecupan singkat namun bisa membuatku merasa bersalah. terkutuklah dewa dewi yang menciptakan Ramel dengan kelembutannya. dan murahan sekali hatiku yang merasa baikan dengan sebuah kecupan.