ดาวน์โหลดแอป
69.44% Alana / Chapter 25: ALANA [25: One Fine Day]

บท 25: ALANA [25: One Fine Day]

Maksih lo sudah memberi satu hari terindah buat gue.

-Vano Firdyan Pradipta-

Minggu pagi Alana sudah berada di halte. Ia sudah 15 menit menunggu bis, karena rasa bosan yang telah mulai melandanya, Alana memutuskan untuk menyumpal telinganya dengan earphone.

Mi corazon para ti

(hatiku untukmu)

Solo para ti

(hanya untukmu)

Escuchame, cariño

(dengarkan sayang)

Tú eres mi amor

(kamu adalah cintaku)

Senandung Alana dengan sedikit mengetuk ketukkan kedua kakinya pada lantai halte.

Te amo, te amo_ (aku mencintaimu, aku mencintaimu,).Baru setengah lagu yang Alana dengarkan, tiba-tiba ada yang merebut earphone yang menyumpal di telinga kanan Alana.

"Elo," Kata Alana yang mendapati Vano yang telah duduk di sampingnya dengan menyumpal telinganya dengan earphone yang tadi menyumpal di telinga Alana.

"Lo tu_" belum selesai Alana berucap Vano sudah menempelkan jari telunjuknya di bibir Alana.

"Sssuuuttt, diem. Dengerin aja lagunya." Kata Vano.

Alana yang diperlakukan seperti itu oleh Vano pun hanya dapat diam. Tak ingin melewatkan keasikan lagu Te Amo Mi Amor yang sedang ia dengar Alana pun akhirnya kembali duduk. Karena saking asiknya tanpa sengaja Alana dan Vano menyanyi bersama di akhir lirik lagu.

Solo para ti

(hanya untukmu)

Escuchame

(dengarkan aku)

Te amo mi amor

(aku mencintaimu cintaku)

"Lo tau lagu ini?" Tanya Alana yang menyadari Vano juga ikut bernyanyi.

"Apa sih yang nggak gue tahu?" Balas Vano.

"Lo nggak tahu apa yang gue alami." Kata Alana dalam hati.

"Lo tahu arti te amo mi amor?" tanya Vano kemudian.

"Tahu lah," Balas Alana.

"Apa?" Tanya Vano lagi.

"Aku mencintaimu cintaku." Balas Alana lagi.

"Aku juga."

"Apaan sih lo." Kata Alana dengan sedikit tersipu malu dengan cemberut.

"Nggak nggak, gue Cuma bercanda." Vano mengacak-acak rambut Alana.

"Iisshh apaan si, kan jadi berantakan." Alana membenarkan rambutnya.

"Yaudah, gue benerin." Vano mengangkat tangannya hendak merapikan rambut Alana. Namun belum sampai tangan Vano merapikan rambut Alana, Alana sudah menahan tangan Vano.

"Nggak usah." Ucap Alana.

"Ok, lo jam segini udah di halte mau kemana?" Tanya Vano.

"Mau kemana aja." Balas Alana.

"Maksud lo?" Kata Vano yang belum mengerti maksud perkataan Alana.

"Ya pergi kemana aja, dimana tempat itu bagus dan gue tertarik ya bakal gue samperin." Jelas Alana.

"Jadi ceritanya belum ada tujuan nih?"

"Ya gitu."

"Kalo gitu lo ikut gue aja." Kata Vano dengan menarik tangan Alana menuju motornya yang berada tak jauh dari halte.

"Eheheh, lo mau bawa gue kemana?" Tanya Alana dengan menyejajarkan langkahnya dengan langkah Vano.

"Ke tempat yang bagus." Balas Vano dengan menyerahkan helm pada Alana.

"Awas lo ya kalo tempatnya nggak bagus." Ancam Alana.

# # #

"Lumayan juga ni tempat." Kata Alana setelah sampai di tempat yang Vano maksud.

"Bukan Cuma lumayan, tapi bagus." Kata Vano yang tak terima dengan ucapan Alana.

"Iya in aja deh, biar lo nggak bawel." Balas Alana dengan mata yang meneliti setiap inci tempat yang ditunjukkan Vano tersebut.

"Itu harus." Balas Vano pada Alana yang sedang mengamati sekitar.

"Lo lihat di sana," kata Vano pada Alana dengan menunjuk sesuatu. Alana pun mengikuti tangan Vano yang menunjuk sesuatu.

"Ada apa di sana?" Tanya Vano kemudian.

"Ada anak muda yang sedang memainkan gitar." Balas Alana.

"Lo bisa nyanyi?"

"Menurut lo?"

"Bisa, kalo gitu lo ikuti gue. " Vano berjalan menuju anak muda yang tadi ia tunjuk dan Alana pun mengikutinya. Sesampainya di hadapan anak muda tersebut Vano meminta gitar anak tersebut.

"Lo mau bantu ni anak?" Tanya Vano pada Alana yang berdiri di sampingnya. Alana yang ditanyai Vano hanya membalas dengan anggukan.

"Lo nyanyi di sini dan gue yang mainin ni gitar." Kata Vano memberi tahukan maksudnya.

"Iya tapi nyanyi apa?" Tanya Alana yang bingung.

"Nyanyi lagu yang lo dengerin tadi di halte juga nggak papa." Vano pun mulai memetik gitar dan Alana mulai bernyanyi.

Mi corazon para ti

(hatiku untukmu)

Solo para ti

(hanya untukmu)

Escuchame, cariño

(dengarkan sayang)

Tú eres mi amor

(kamu adalah cintaku)

Vano dan Alana menyanyi bersama diiringi dengan petikan gitar yang dipetik Vano. Karena mendengar keasikan lagu yang dinyanyikan Vano dan Alana, orang-orang yang mendengarnya pun merapat mendekati Vano dan Alana. Terjadilah kerumunan di sekeliling Vano dan Alana terus bernyanyi. Dengan gembiranya mereka menyanyikan setiap lirik lagu Te Amo Mi Amor.

Te amo mi amor

(aku mencintaimu cintaku)

Sampai lirik terakhir Vano dan Alana menyanyi kerumunan masih saja banyak.

"Terima kasih sudah menyaksikan kami bernyanyi, jangan lupa meniggalkan sedikit uang pada tempat yang sudah disediakan." Kata Vano mengakhiri. Orang-orang yang tadi melihatnya pun lantas meletakkan uang pada wadah yang sudah di sediakan di depannya.

"Terima kasih." Kata Alana pada orang-orang yang bersuka rela memberi uangnya. Setelah seluruh orang-orang tadi meletakkan uang dan pergi, Vano lantas mengambil uang-uang tersebut.

"Ini dek uangnya buat adek." Vano menyerahkan seluruh uang yang didapat dari hasil ia dan Alana bernyanyi.

"Makasih kak." Kata anak muda tersebut.

"Iya sama-sama." Balas Vano. Vano dan Alana kemudian berjalan-jalan untuk melihat tempat tersebut.

"Na kayaknya kalo naik sepeda lebih enak deh." Kata Vano yang melihat tempat penyewaan sepeda.

"Iya, kayaknya lebih enak dan nggak bikin capek." Balas Alana yang menyetujuinya. Vano dan Alana kemudian menyewa sepeda gandeng yang terdapat dua jok. Mereka pun lantas mengelilingi tempat tersebut. Tanpa terasa hari sudah cukup sing, alhasil Alana pun harus kembali ke rumahnya.

"Sorry ya gue harus balik duluan." Ucap Alana pada Vano.

"Ok nggak papa, bener ni nggak mau gue anter balik." Kata Vano.

"Nggak udah, itu udah ada taxsi." Kata Alana dengan menunjuk sebuah taxsi.

"Ok, sampai ketemu nanti sore di taman ya." Kata Vano pada Alana yang sudah berjalan menuju taxsi.

"Ok." Balas Alana dengan terus berjalan menuju taxsi.

# # #

Sesuai janjinya, sore ini Alana sudah di taman bersama Vano.

"Lo pake ini dulu sebelum mulai main skateboard." Kata Vano dengan menyerahkan pelindung siku, pelindung lutut dan pelindung pergelangan tangan.

"Kok gue pake kek ginian lo nggak?" Tanya Alana yang tak melihat benda-benda yang Vano berikan padanya tak ada yang menempel di tubuh Vano.

"Lo kan masih pemula, jadi nanti kalo jatoh biar nggak sakit." Tutur Vano dengan jongkok di depan Alana untuk memakaikan pelindung lutut pada kaki Alana.

"Dimana-mana kalo jatoh emang sakit, siapa yang bilang enak." Kata Alana.

"Lo curhat. Lo nggak usah takut jatuh, ada gue di sini yang nggak akan biarin lo jatuh." Seru Vano yang telah selesai memakaikan pelindung lutut pada kaki Alana.

"Apa lo bakal tetep bilang gitu ketika suatu saat nanti gue jatuh karena penyakit?" Batin Alana.

"Hello," Vano menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Alana ketika mendapati Alana bengong.

"Eh i ya, ayo main skateboard." Kata Alana dengan sedikit terbata-bata.

"Emang lo udah bisa?" Balas Vano.

"Katanya lo mau ajarin, gimana sih?" Balas Alana dengan sedikit cemberut.

"Iya iya, sini gue ajarin. Gitu aja ngambek." Vano pun kemudian mengajari Alana bermain skateboard.

"Hal pertama yang harus lo pelajari adalah cara berdiri di atas papan skateboard. Caranya dengan menyeimbangkan tubuh ketika berdiri di atas papan skate. Ada dua macam cara berdiri di atas papan skate, yaitu dengan cara goofy (kaki kanan di depan) dan regular (kaki kiri di depan)." Ucap Vano panjang lebar pada Alana. Alana yang telah mendengarkan ucapan Vano pun mempraktekan apa yang telah ia dengar.

"Gini udah bener?" tanya Alana yang telah berdiri di atas papan skate untuk meminta pendapat Vano.

"Iya, selanjutnya mulailah melaju pelan-pelan terlebih dahulu, dengan cara menghentakkan salah satu kaki ke jalanan. Setelah melaju pelan, angkat salah satu kaki untuk dinaikkan ke atas papan skate." Kata Vano lagi.

"Gini ni caranya," Vano mempraktekan apa yang telah ia ucapkan.

"Gue nggak mau, ntar kalo jatoh gimana?" Balas Alana yang melihat Vano meluncur dengan cepatnya di atas papan skate.

"Kan ada gue, lo pegangan aja nggak papa." Kata Vano dengan berdiri di samping Alana. Alana yang telah berpegangan pun lantas mulai menghentakkan salah satu kakinya ke jalanan, dan wushhh.

"Waaaa, gue bisa No." Teriak Alana yang meluncur di atas papan skate dengan tangan yang berpegangan pada Vano. Namun disaat Alana dan Vano sedang meluncur berdua, secara mengejutkan datang segerombol cowok. Yang tak lain dan tak bukan ialah teman-temannya Vano.

"Truk aja gandengan masa gue enggak ya." Celetuk Didit yang meluncur melewati Alana dan Vano dengan papan skateboardnya.

"Ehem ehem!" deham Yahya yang juga meluncur melewati Alana dan Vano.

"Dit tunggu gue, katanya lo mau gandengan tangan sama gue." Seru Dino yang tak mau ketinggalan meledek Vano. Alana yang menyadari sindiran sindiran dari teman Vano pun lantas menghentikan papan skatenya dan melepaskan pegangan tangannya dari tangan Vano di depan teman-teman Vano.

"Nggak usah di lepas Na, kita nggak papa kok." Seru Dino yang melihat Alana mepaskan genggaman tangannya dari tangan Vano.

"Iya in ajalah, yang jomblo mah bisa apa? " celetuk Didit.

"Jangan gitu lah, gue kan sama Vano nggak ada apa-apa. Jadi sesama jomblo nggak usah gitu." Kata Alana pada teman-teman Vano.

"Ye jomblo mah situ aja, sini mah nggak jomblo." Seru Yahya kemudian.

"Emang lo apa Ya?" Tanya Heri.

"Gue sendiri bukan jomblo." Balas Yahya.

"Sama aja elah." Kata Vano dengan menjitak Yahya.

"Anj, sakit elah." Gerutu Yahya dengan mengelus-elus bekas jitakan Vano.

"Lagian lo bikin gemes." Seru Vano.

Drt drt drt

Tiba-tiba terdengar getaran handphone dari balik saku Alana. Alana pun lantas agak menjauh dari Vano dan teman-temannya untuk mengangkat telfon.

"Gue balik dulu ya, ada acara soalnya." Kata Alana pada Vano dan teman-temannya setelah menerima telfon.

"Ok, nggak papa santai aja kali." Seru Dino.

"Gue anter ya, nanti kalo cari taxsi lama." Tawar Vano.

"Iya udah deh kalo gitu." Vano pun segera mengantarkan Alana pulang.

Sesampainya di depan gerbang rumah Alana, Alana pun lantas turun dari motor Vano.

"Makasih ya udah nganter pulang." Kata Alana.

"Sama-sama, gue juga makasih sama lo karna udah nemenin gue tadi pagi dan main skateboard." Kata Vano.

"Harusnya gue yang makasih sama lo, lo yang udah ngajak gue tadi pagi. Ngajak gue nyanyi-nyanyi, kelilingin tempskateboard tunjukkin dan lo udah ngajarin gue main skateboard." Kata Alana kemudian.

"Ok, makasih lo udah memberi satu hari terindah buat gue." Ucap Vano. Alana pun hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Vano. "Gue masuk dulu ya."

"Ok, selamat sore." Ucap Vano kemudian.

# # #


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C25
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ