Suara gaduh dan berisik serta seruan gembira dari para murid terdengar ketika Sky baru saja akan memejamkan matanya, bus yang mereka tumpangi baru saja berangkat menuju ke bukit. Beda hal nya dengan murid-murid yang tampak gembira disini, Sky sedang bersandar pada kursi bus dengan melipat kedua tangan di depan dada
Wajahnya terlihat kesal, pandangannya berada di depan. Beda hal nya dengan lelaki yang duduk di sebelahnya, tampak santai menikmati obrolan bersama para teman-temannya yang juga kedapatan nomer urutan di samping, depan dan belakang mereka
Arthur, laki-laki itu sangat senang menyaksikan bagaimana wajah cemberut dan apes Sky akibat tidak mendapatkan tempat duduk sesuai dengan ekspetasinya. Sejujurnya lelaki itu juga tidak tau bahwa nomer urutan yang ia ambil sama dengan nomer gadis itu
Flashback Story
"Aku harus mengambil nomerku" ujar Sky sambil melambaikan tangannya pada Selena
Selena tersenyum sambil mengangguk kemudian Sky berlari menuju tempat dimana perkumpulan organisasi berada. Kirei sedang memegang sebuah kotak besar yang berisikan kertas-kertas urutan tempat duduk di mobil, Sky berlarian menghampiri kakak sepupunya itu lalu berhenti di depannya
"Oh, kau sudah datang? Ayo ambilah satu keberuntunganmu" ujar Kirei pada Sky
"Okey, kak" Sky memasukan tangannya ke dalam kardus kemudian mengacak-acak isi kotak tersebut, tangannya mendapat sebuah kertas penentu keberuntungan nya di dalam bus nanti
Sebelum menariknya keluar dari kotak, Sky menatap Kirei yang juga tengah menatapnya. "Kakak, apa ini akan menjadi keberuntungan atau tidak?"
Kirei tersenyum, "Aku doakan semoga kamu mendapat tempat duduk yang tepat nanti. Cepat ambil dan lihatlah"
Sky menghela nafas kemudian menarik tangannya keluar dari dalam kotak bersamaan dengan kertas penentu tempat duduknya itu. Ia membuka lipatan kertas dan mendapatkan nomer urutan, "6-Bus 2" gumamnya pelan
Tiba-tiba secarik kertas yang sama dengan milik Sky diberikan oleh Arthur untuk memastikan bahwa gadis itu benar-benar akan menjadi partner tempat duduk di bus nya nanti. "Sama..." ujar Sky sambil menatap Arthur kesal. "Kenapa harus denganmu sih?!"
Kirei tertawa melihatnya kemudian berkata, "Sky, jaga baik-baik pacarku, ya. Aku berada di Bus paling depan, khusus untuk anak-anak organisasi kesiswaan"
Sky menggeram, "Hei. Kau mengikuti nomerku kan?! Kau melihat nomerku lalu kau mengambil kertas yang sama denganku!" tuduh Sky pada Arthur
"Tidak, kurasa yang mengikutiku disini adalah kau dan bukan diriku. Aku lebih dulu mengambil kertas ini sedangkan kau? Baru saja bukan" ujar Arthur pergi sambil tersenyum miring, laki-laki itu mengangkat secarik kertas kemudian pergi begitu saja meninggalkan Sky yang tampak sangat kesal
Flashback Off
"Ah, yang benar saja. Jika begini terus aku bisa stress nantinya" gerutu Sky sambil menatap ke arah jalanan yang masih menunjukan daerah perkotaan
Arthur yang sedang sibuk mengobrol dengan teman-temannya menoleh ke arah Sky yang sedang merutuki nasibnya saat ini. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari hoodie nya, sebuah benda persegi panjang mahal ia keluarkan dari hoodienya kemudian menyerahkan nya pada Sky
"Ini, agar kau tidak kesal lagi" ujar Arthur sambil mengangkat ponsel Sky tepat di depan wajah gadis itu
Wajah Sky yang tadinya kesal tiba-tiba langsung berubah menjadi berbinar-binar begitu mendapati benda persegi panjang mahal kesayangan nya ada pada Arthur. Cepat-cepat gadis itu mengambil ponsel yang sedang di pegang Arthur namun Arthur lebih dulu menarik kembali ponsel gadis itu
"Kembalikan! Itu milikku"
Arth bergumam tidak jelas sambil membolak-balikkan ponsel Sky yang berada di tangannya. Sky menatap kesal ke arah Arth, "Maumu itu apa sih?!"
Arth tidak mengubris nya dan memilih untuk membelakangi Sky, kembali mengobrol bersama teman-temannya. Sky menghela nafas kasar kemudian mengelus kepalanya sendiri, "Sabar Skylar. Kau pasti akan mendapatkannya nanti"
"Arth" panggil Sky pada Arth. Sebenarnya laki-laki itu bisa mendengar jelas panggilan Sky namun ia lebih memilih untuk mengabaikannya, teman-temannya saja bisa mendengar jelas suara Sky yang lembut itu
"Arthur!" panggil Sky lagi, kali ini lebih keras daripada yang sebelummya. Gadis itu menaikan oktaf suaranya
"Kak Arthur..." Tiba-tiba Arth menoleh ke arah Sky membuat gadis itu tersenyum kecut, teman-teman Arth juga ikut menoleh kemudian Arth menghadap ke arah Sky
"Apa?" Sky melotot mendengar pertanyaan polos yang keluar dari mulut Arth itu.
"Kakak, bisa tolong kembalikan ponselku? Aku tau bahwa kau adalah orang yang sangat baik" ujar Sky sambil memasang senyuman paksa nya, namun tatapan tajamnya tetap mengarah kepada Arth
"Oh? Jadi ponsel ini milikmu?"
Sky mengalihkan pandangannya ke arah samping kemudian menghela nafas kasar, diam-diam ia mendumel di dalam hati. Menyumpah serapahi senior yang sedang duduk di depannya ini, lalu ia kembali lagi menghadap pada Arth
"Iya, kakak. Benda itu adalah separuh jiwa ku, oleh karena itu aku sangat menyayanginya"
Arth tertawa pelan mendengar hal itu diikuti oleh anak teman-temannya. Sky masih dengan senyuman palsunya mencoba untuk mengabaikan tawaan mereka yang menyebabkan mereka menjadi pusat perhatian para siswa bus
"Separuh jiwa? Kata-katamu terlalu--"
Sky menyela perkataan Arth. "Apa? Aku tidak bisa membayangkan kehidupanku tanpa ponsel nantinya"
Arth segera memberikan ponsel itu pada Sky, Sky mencoba mengambil ponsel miliknya yang sedang di dipegang oleh Arth. Namun laki-laki itu menahannya dengan cara memegang ponsel Sky kuat-kuat, "Ada apa lagi?" ujar Sky malas
"Ada syaratnya" Sky menatap sebal kemudian berkata, "Apa harus memakai syarat? Inikan milikku" ujarnya sambil menatap Arth yang juga tengah menatapnya
Bukannya menjawab pertanyaan Sky, Arth malah terdiam menatapi Sky yang juga terdiam menatapnya. Sky menghela nafas kasar, "Baiklah, apa syaratnya?"
Arth memajukan tubuhnya mendekat ke arah Sky, kali ini gadis itu tetap pada pendiriannya, tidak memundurkan badan seperti sebelumnya. "Jangan terlibat dalam kasus Yvonne dan Lisa dan juga jangan mencoba mencari tau lebih lanjut tentang mereka" ujar Arth dengan suara deep nya
Sky menatap Arth dengan tatapan sedikit tak percaya. Sky mengalihkan pandangan nya ke arah lain lalu kembali lagi menatap Arth yang masih tetap berada pada posisinya. "Jika aku menolak syaratmu?"
Arth mengangguk, "Baik. Kau tidak akan mendapatkan ponselmu" ujarnya sambil bersandar pada kursi bus
"Hei, aku hanya bercanda. Kembalikan ponselku" ujarnya sambil menatap Arth kesal
"Kau tidak setuju dengan syaratku?"
Sky menggelengkan kepalanya, "Aku setuju" tapi bohong. Lanjutnya dalam hati
Arth menoleh dan memberikan ponselnya pada Sky yang langsung diambil dengan cepat oleh gadis itu. "Jangan berbohong"
Sky tidak menyahut dan malah asik memainkan ponselnya, ia mengambil snack yang berada di dalam tas sampingnya. Ia mulai tertawa sendiri sambil memakan snack tersebut, sebenarnya dirinya menyadari tatapan aneh dari Arth dan teman-temannya tetapi ia mengabaikannya
Ngomong-ngomong tentang Royal Queen berada di bus 6 dan 10. Dari kelas 1.5, hanya dirinya sendirian lah yang masuk ke bus ini. Lainnya berada di bus selanjutnya, dan juga bus ini lebih banyak di tempati oleh kakak kelas termasuk Daisy. Tiba-tiba perhatian Sky teralihkan ke arah Daisy yang sedang mengobrol bersama dengan Elora
"Kakak, apa kau tau nama kakak kelas itu?" tanya Sky sambil menunjuk ke arah Daisy yang berada di bangku bus terdepan
Arth mengangguk, "Daisy. Kenapa? Kau tertarik dengannya?"
Sky mengeleng, sejujurnya dalam hatinya ia sangat tertarik dengan Daisy. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang diketahui oleh kakak kelasnya itu mengenai kematian Yvonne dan Lisa, sebenarnya ia ingin membicarakan tentang hal ini pada Arth
Namun ia yakin Arth tidak akan mendukungnya dan malah akan menceramahinya nanti.
"Dia rekan bisnisku" ujar Arth yang membuat Sky menoleh padanya. "Rekan bisnis? Sebenarnya aku bingung kau ini menjalankan bisnis apa sih?"
Arth menoleh kemudian menampilkan senyuman jahilnya, "Anak kecil tidak boleh tau"
Sky mendengus kesal mendengar perkataannya, "Aku sudah besar!". Laki-laki di sampingnya ini, entah kenapa Sky selalu dibuat kesal setengah mati ketika sedang berada di dekatnya
Sky bertekad ketika pulang dari acara perkemahan ini nanti dia akan memohon bahkan bila perlu berlutut pada guru ataupun anggota kesiswaan agar bisa pindah dari bus ini. "Ngomong-ngomong kau sudah menentukan ingin masuk ke ekstrakurikuler apa?" tanya Arth pada Sky
"Sebenarnya aku tidak ingin masuk ke ekstrakurikuler apa-apa karena itu hanya akan merepotkan saja. Namun karena aku melihatmu disini aku berencana untuk masuk ke organisasi kesiswaan saja agar bisa mendapatkan bus yang terpisah darimu!" ujar Sky mengeluarkan unek-unek nya
Arth yang mendengarnya tertawa kecil, "Kau tau kan bahwa keluargaku pemilik sekolah ini? Aku bisa saja menempatkanmu dimana saja" ujarnya santai
Sky membulatkan kedua matanya lebar-lebar, "Jangan bilang bahwa adanya aku di kursi dan bus ini adalah ulahmu?!" tuduhnya
Arth yang tidak terima dengan tuduhannya segera menyangkal. "Tidak. Itu jelas-jelas kau sendiri yang memilihnya bukan? Lalu mengapa kau malah menuduhku sembarangan?"
Sky terdiam, ia memikirkan perkataan Arth yang ada benarnya juga. "Ah, kau benar. Lalu aku harus bagaimana?" tiba-tiba otaknya terpikirkan tentang dirinya yang harus mencari iblis agar ia bisa hidup lebih lama lagi
"Apanya?" tanya Arth. Pasalnya Sky berbicara setengah-setengah dan tidak jelas
"Ini... Aku harus mencari iblis itu dimana?" ujar Sky sambil mengacak-acak rambutnya frustasi
"Tenanglah, aku akan membantumu" perkataan dari Arth membuatnya semangat seketika, Sky mendekatkan dirinya pada Arth kemudian sedikit berteriak, "Benarkah?" ujarnya begitu antusias sehingga membuat teman-teman Arth menoleh padanya
Sky yang ditatap berpura-pura tidak tau dan tetap melanjutkan kalimatnya. "Ah, kakak... Kupikir kau adalah orang yang menyebalkan dan jahat. Ternyata kau memiliki sisi baik juga ya?"
"Kau baru tau?" sahut Jareth tiba-tiba. Sky menatap aneh ke arah Jareth, setaunya selama ini teman-teman Arth tidak terlalu menyukainya semenjak insiden dimana dia membawa bos mereka, Arth ke Bimbingan Konseling, lalu mengapa tiba-tiba mereka menjadi friendly seperti ini?
To Be Continue...