Baixar aplicativo
20.52% The Dangerous Love Zone / Chapter 39: The Dangerous Love Zone - 36

Capítulo 39: The Dangerous Love Zone - 36

Drrttt.. Drrrtt.. Drrttt...

Azami yang sedang menikmati menu sarapan yang sudah di buatkan Joe sebelum pria itu pergi menuju lokasi pemotretan, menolehkan kepala kearah ponselnya yang bergetar diatas meja makan.

Azami dapat melihat adanya panggilan masuk dari Joe dan sebelah tangannya pun terulur untuk mengambil ponsel, lalu menjawab panggilan masuk tersebut.

"Hallo?" Sapa Azami saat panggilan tersebut sudah tersambung dengan Joe.

'Azami, apa kau sudah bangun?' Tanya Joe dari seberang sana.

"Jika aku belum bangun, aku tidak akan mungkin menjawab panggilan mu, Joe." Jawab Azami datar yang di respon kekehan oleh Joe.

'Hahaha, bagaimana dengan suhu tubuh mu? Apa sudah lebih baik dari tadi pagi?'

Azami mengangkat sebelah tangannya untuk mengecek suhu tubuhnya. "Yah, suhu tubuhku sudah tidak tinggi seperti tadi pagi."

Azami dapat mendengar Joe yang berada di seberang sana menghela nafas lega. 'Syukurlah. Lalu apa kau sudah memakan sarapan yang kusiapkan?'

"Ehm ya. Ini aku sedang memakannya, sebelum aku kembali ke Yokohama."

'A-apa?! Kau akan langsung kembali ke Yokohama hari ini??!'

Azami sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar seruan Joe dari seberang sana.

"Tentu saja. Aku tidak ingin terlalu sering mengambil cuti ku di kafe." Sahut Azami yang membuat Joe menghela nafas panjang.

'Apa kau tidak bisa mengundur kepulangan mu menjadi nanti sore? Aku akan mengantar mu kembali ke Yokohama.'

Azami terdiam sesaat melirikan matanya pada jam dinding. "Baiklah. Aku akan menunggu mu. Tapi apa kau tidak masalah? Besok kau masih harus melakukan pemotretan pagi bukan?"

'Tidak sama sekali. Lagi pula perjalanan dari Tokyo ke Yokohama tidak terlalu jauh.'

Azami yang mendengar jawaban semangat dari Joe, mendesah pelan. "Baiklah kalau begitu. Mungkin nanti siang aku akan pergi keluar sebentar untuk kembali kerumah."

'Kau ingin kembali kerumah?' Tanya Joe memastikan.

"Ya, aku ingin bertemu dengan bibi Nagisa, paman Sanji, paman Jiro. Lalu mengambil beberapa buku desain ku."

'Uhm baiklah. Jika kau mengalami masalah, segera hubungi ku.'

"Ya, aku akan segera menghubungi. Sudah sana, kembalilah bekerja." Ucap Azami dan direspon kekehan oleh Joe.

'Hahaha baiklah, baiklah. Sampai bertemu nanti sore.'

"Ehm ya. Byee."

Setelahnya sambungan telepon pun terputus. Azami kembali meletakan ponselnya diatas meja makan dan kini dirinya membawa mangkuk kotor sisah sarapannya ke westafel untuk di bersihkan.

Azami melirikan matanya lagi kearah jam dinding yang saat ini sudah menunjukan pukul setengah sebelas siang.

"Kurasa aku akan pergi pukul sebelas, untuk menghindari bertemu dengan salah satu sepupu, paman ataupun bibi dirumah ku."

***

Azami yang sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya, mengerutkan dahi heran saat melihat ada beberapa buah mobil hitam yang terparkir di halaman rumahnya.

Azami yang baru saja ingin memasuki rumahnya, menghentikan langkah kakinya saat melihat Jiro yang baru saja keluar dari taman bunga milik mendiang ibunya.

"Paman Jiro!" Panggil Azami sambil melambaikan tangannya dan untung saja Jiro yang baru saja ingin berjalan memasuki bangunan rumah, mendengar panggilan Azami dan menolehkan kepala kearahnya dengan kedua bola mata yang membulat terkejut.

"Azami-kun!"

Seulas senyum kecil tercetak diwajah Azami saat melihat Jiro yang kini tengah berjalan mendekatinya.

"Azami-kun, kau kembali? Syukurlah." Ucap Jiro sambil menghela nafas lega saat dirinya sudah berdiri dihadapan Azami.

Azami yang mendengr perkataan Jiro menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak paman. Aku datang kesini hanya untuk mengunjungi paman, bibi Nagisa dan paman Sanji. Lalu mengambil beberapa buku desain milikku."

Jiro yang mendengar perkataan Azami langsung membuatnya merasa kecewa. Namun dirinya juga merasa senang saat mengetahui jika pemuda yang sudah dirinya seperti anak sendiri tampak terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Begitu, ku kira kau akan benar-benar kembali menempati rumah ini lagi."

Azami kembali menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini aku masih belum bisa untuk kembali menempati rumah kami. Tetapi nanti jika sudah tiba waktunya, aku dan Yuri pasti akan menempati kembali rumah kami ini."

Seulas senyum kecil tercetak diwajah Jiro. "Itu semua terserah pada kalian. Yang terpenting bagi ku, Nagisa dan Sanji adalah melihat kalian berdua hidup dalam keadaan baik-baik saja dan sehat."

Azami menganggukan kepalanya. "Terimakasih paman."

Tatapan mata Azami kembali untuk melihat kearah halaman rumahnya dimana terparkir beberapa mobil berwarna hitam disana.

"Paman, kalau boleh aku tahu. Beberapa mobil yang terparkir di halaman itu milik siapa?" Tanya Azami sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah halaman rumahya.

Jiro yang mengikuti kemana arahan jari telunjuk Azami pun menghela nafasnya. "Itu adalah mobil milik relasi bisnis Tanjiro -sama."

Sebelah alis Azami terangkat keatas. "Apa paman Tanjiro sedang mengadakan pertemuan dirumah ku?"

Jiro menganggukan kepalanya pelan. "Sejak kau dan Yuri-chan pergi dari rumah, Ken-sama, Akito-sama, Harue-sama, Tanjiro-sama dan Kyoko-sama selalu mengadakan pertemuan dengan relasi bisnis mereka dirumah ini."

Azami yang mendengar perkataan Jiro menghela nafasnya panjang, lalu menatap mobil-mobil yang terparkir dihalaman rumahnya dengan tatapan datar.

"Paman, apa jalan belakang yang selalu aku gunakan dulu masih berfungsi?" Tanya Azami yang langsung membuat Jiro menganggukan kepalanya cepat.

"Tetu saja Azami-kun. Jalan belakang yang selalu kau gunakan saat masih remaja, sampai sekarang masih berfungsi. Sanji-san selalu membersihkannya dan menutupi pintu jalan belakang tersebut supaya tidak ada yang curiga."

Seulas seringai kecil tercetak diwajah Azami. "Baguslah. Kalau begitu saat ini aku akan menggunakan jalan belakang untuk menuju kamar ku."

Jiro menganggukan kepalanya pelan. "Baik, berhati-hatila Azami-kun. Aku akan memberitahukan Nagisa-san dan Sanji-san jika kau datang berkunjung kerumah ini."

Azami menganggukan kepalanya, sebelum dirinya berjalan meninggalkan Jiro menuju jalan belakang yang dibuat oleh ayahnya saat dia remaja untuk menyelinap keluar masuk rumah dimalam hari tanpa sepengetahuan mendiang kedua orang tuanya.

Sedangkan itu Jiro masuk kedalam rumah melewati pintu bagian utama untuk memberitahukan berita kepulangan Azami kepada Nagisa dan Sanji secara diam-diam, tidak ingin anggota keluarga Furuichi lain yang sedang berada dirumah ini mengetahuinya.

Azami yang sedang berdiri di sebuah tangga dan berhadapan dengan sebuah pintu kecil diatasnya pun, merogoh saku jaket milik Joe untuk mengambil empat buah gantungan kunci rahasia miliknya yang tadi dirinya ambil dibawah pot bunga tempatnya menyembunyikan kunci tersebut selama ini.

Ceklek.

Azami yang berhasil membuka pintu diatasnya itu pun langsung membukanya dan melanjutkan menaiki anak tangga sampai dirinya sudah masuk kedalam lemari baju miliknya.

Setelahnya Azami membuka gembok kecil yang menggantung di pintu lemari baju bagian dalamnya. Perlahan Azami membuka pintu lemari bajunya, untuk memastikan tidak ada satu orang pun yang masuk dan berada di dalam kamarnya.

Tatapan mata Azami mengarah menatap setiap sudut ruang kamarnya, untuk memastikan tidak ada yang berubah selama dirinya tinggalkan beberapa bulan ini.

"Syukurlah tidak ada yang memasuki kamar ku selama aku tidak berada dirumah ini." Gumam Azami sambil melangkahkan kakinya menuju rak buku dan mengambil beberapa buku yang ingin dirinya bawa.

Lalu kini Azami melangkahkan kaki menuju pintu kamarnya untuk mengambil tas ransel dan memasukan beberapa buku yang akan dibawanya dan juga laptop miliknya kedalam ransel.

Setelah memastikn semua yang dibutuhkannya sudah masuk kedalam ransel. Azami berjalan kembali memasuki lemari bajunya lalu mengunci pintu lemari tersebut dari dalam.

Azami perlahan berjalan menuruni satu persatu anak tangga sampai dirinya berhasil keluar dari jalan belakang tersembunyi tersebut dan memastikan jika pintu tersebut sudah benar-benar terkunci lalu menutupnya dengan rak tanaman gantung.

Sebelum berjalan menuju pintu gerbang, Azami menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk memastikan tidak ada orang asing yang mengetahui keberadaannya.

Sesampainya di depan pintu gerbang, Azami menolehkan kepalanya kearah bangungan rumahnya dan disana dirinya dapat melihat sosok Nagisa yang sedang melambaikan tangan kearahnya bersama dengan Jiro dan Sanji dari depan pintu penghubung menuju dapur.

Seulas senyum terulas diwajah Azami dan dirinya pun balas melambaikan sebelah tangannya sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah milik keluarganya.

Selama di perjalanan menyusuri trotoar jalan, Azami merogoh saku jaket milik Joe untuk mengambil ponselnya.

Dilihatnya ada beberapa notifikasi yang masuk kedalam ponselnya. Notifiksi pesan dari para anggota gangster yang menanyakan tentang dirinya kapan akan pulang kembali ke Yokohama secara personal. Karena tadi pagi dirinya sudah memberitahu Daichi agar para anggota gangstertidak membahas perihal kepergian dirinya ke Tokyo didalam grup yang terdapat Juza, Goshi dan Yuta didalamnya.

Namun kini, sebelah alis Azami terangkat keatas saat sebuah notifikasi pesan baru saja masuk ke ponselnya dan terlihat nama Juza tertera sebagai kontak yang baru saja mengirimkannya sebuah pesan.

Juza-san : Azami

"Ada apa dengan Juza-san? Tidak biasanya dia mengirim ku pesan." Gumam Azami sambil mengetikan pesan balasan untuk Juza dan juga para anggota gangster yang mengiriminya pesan.

Sebelum kembali menuju apartemen Joe, Azami memutuskan untuk mengunjungi sebuha kafe yang selalu menjadi tempatnya berkumpul bersama dengan Joe dan Ren saat masa kuliah dulu. Dirinya ingin membelikan Joe minuman dan camilan untuk pria itu nikmati setelah pulang mengantarnya ke Yokohama nanti.

Kini Azami sudah berada didalam kafe tersebut dan tengah mengantri bersama para pelanggan lain.

Drrrttt... Drrrttt.. Drrttt...

Azami mengerutkan dahinya heran saat merasakan ponsel yang sedang dirinya pegang bergetar, menandakan adanya panggilan masuk.

Dilihatnya ID Caller yang menelpon dirinya saat ini.

'Juza-san'

Meski masih dengan perasaan heran mengetahui Juza menghubunginya saat ini, Azami segera menggeser ikon telepon untuk menjawab sambungan tersebut.

"Hallo Juza-san?" Sapa Azami pada Juza yang berada diseberang sana.

'...'

Sebelah alis Azami terangkat keatas saat dirinya tidak mendapatkan balasan dari Juza diseberang sana.

Merasa heran karena masih belum mendapatkan balasan dari Juza di seberang sana. Azami pun menjauhkan ponsel dari telinganya, untuk memastikan apakah sambungan teleponnya dengan Juza masih terhubung atau sudah terputus secara sepihak.

Kerutan di dahi Azami semakin terlihat jelas saat melihat jika sambungan teleponnya dengan Juza masih terhubung. Namun mengapa Juza diseberang sana tidak membalas panggilannya?

"Hallo? Juza-san? Ada apa kau menghubungi ku?" Tanya Azami lagi namun masih belum mendapat balasan juga dari Juza.

"Juza-san? Apa kau masih ada disana?" Tanya Azami lagi sambil melirikan matanya pada menu makanan dan minuman di depannya.

"Juza-san? Jika tidak ada hal penting yang ingin kau bicarakan dengan ku, bisakah aku menutup sambungan ini? Karena aku sedang berada di sebuah kafe untuk memesan minuman dan camilan." Ucap Azami yang berharap jika Juza kali ini akan membalas perkataannya. Karena dirinya sebentar lagi akan mendapat bagian untuk memesan makanan.

"Hallo? Juza-san? Baiklah, kalau begitu aku akan menutup sambung-

'Lihatlah kebelakangmu.'

Azami yang mendengar suara Juza dari sambungan telepon, terdiam sesaat.

"Maaf? Apa maksud mu Juza-san?"

Azami dapat mendengar di seberang sana Juza sedang menghela nafasnya.

'Lihatlah kebelakangmu, maka kau akan mengetahui maksud dari perkataan ku.'

Meski masih merasa heran, Azami pun memilih untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh Juza.

"Memang ada apa aku har-Eh? Juza-san?"

Kedua bola mata Azami membulat terkejut melihat sosok Juza yang berbalutkan kemeja putih dan jas hitam formal tengah berdiri tegap berada di baris kedua antrian dibelakangnya.

Sedangkan itu, Juza yang melihat Azami sedang meliat kearahnya dengan kedua bola mata yang membulat terkejut pun mengulaskan senyum teramat kecil diwajah. Senyum yang sama sekali tidak dapat diliht oleh siapapun karena terlalu kecilnya senyuman tersebut.

Namun kini tatapan mata Juza teralihkan untuk melihat pakaian yang dikenakan oleh Azami saat ini. Dirinya merasa tidak pernah melihat Azami menggunakan pakaian tersebut selama berada di Yokohama.

"Apa yang sedang kau lakukan di Tokyo?" Tanya Juza melalui sambungan telepon dan membuat Azami terkejut karena dirinya lupa jika sambungan telepon antara dirinya dan Juza masih tersambung.

"Ah, aku hanya sedang mengunjungi rumah teman ku disini." Jawab Azami sedikit gugup.

Juza yang menangkap nada gugup dari perkataan Azami pun menaikan sebelah alisnya.

"Rumah teman mu?" Tanya Juza dengan nada mengintimidasi.

Azami yang mendengar nada mengintimidasi milik Juza, entah mengapa membuat dirinya semakin gugup.

"Ya, rumah teman ku. Jika kau tidak percaya, kau bisa ikut dengan ku berkunjung ke kediamannya."

Juza tetap menaikan sebelah alisnya. Namun kali ini dengan sebuah seringai kecil tercetak diwajahnya.

"Baiklah jika kau yang mengundang. Dengan senang hati aku akan berkunjung ke kediaman temanmu."


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C39
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login