Baixar aplicativo
21.05% The Dangerous Love Zone / Chapter 40: The Dangerous Love Zone - 37

Capítulo 40: The Dangerous Love Zone - 37

Joe yang sudah tiba di apartemen langsung melayangkan tatapan tajam kearah Juza yang sedang terduduk di sofa ruang televisi di hadapannya saat ini. Pria yang Azami kenalkan kepada dirinya sebagai pemilik kafe tempat pemuda itu bekerja di kota Yokohama. Namun menurut pandangan Joe, Juza lebih cocok menjadi seorang ketua gangster dari pada menjadi seorang pembisnis apalagi sampai memiliki kafe dan memperkerjakan orang lan.

Mengingat bagaimana ekspresi dan gestur tubuh yang di tunjukan Juza kepada dirinya saat ini, Joe benar-benar yakin jika Juza adalah orang yang benar-benar sangat mencurigakan dan juga berbahaya untuk Azami.

Sedangkan itu, Juza yang melihat Joe duduk di sofa di seberangnya hanya melayangkan tatapan datar. Pria yang Azami kenalkan kepada dirinya sebagai temannya sejak kecil dan sudah pemuda itu anggap seperti kakak sendiri. Namun menurut pandangan Juza, Joe memiliki ketertarikan lebih terhadap Azami. Ketertarikan diluar dari hubungan pertemanan maupun keluarga.

Azami yang baru saja keluar dari dapur dan tiba diruang telvisi merasa atmosfir yang mengudara diantara Juza dan Joe terasa begitu mencekam dan tidak bersahabat sama sekali. Terbukti dengan dirinya melihat bagaimana Joe dan Juza yang terduduk saling berhadapan sambil melayangkan tatapan datar dan tajam pada satu sama lain.

"Ekhm, Joe. Bagaimana dengan pemotretan mu tadi? Apakah berjalan lancar?" Tanya Azami mencoba untuk mencairkan atmosfir diantara mereka bertiga saat dirinya sudah terduduk di sebelah Joe yang membuat Juza merasa sedikit tidak suka.

Joe yang mendengar Azami bertanya kepadanya pun langsung merubah ekspresinya dan kini seulas senyum terpatri di wajahnya. Membuat Juza yang memperhatikan dalam diam mendengus didalam hati.

"Tentu saja pemotretan hari ini berjalan lancar. Ah, ya. Bagaimana dengan demammu? Apa sudah benar-benar menghilang?"

Azami menganggukan kepalanya. "Ya, demam ku sudah hilang."

Joe yang merasa kurang yakin dengan jawaban Azami pun, mengulurkan sebelah tangannya untuk mengecek suhu pada kening Azami untuk benar-benar memastikannya.

Juza yang melhat Joe mengulurkan tangan pada kening Azami pun melayangkan tatapan tajam pada pemuda itu. Belum lagi kini dirinya melihat kedekatan jarak antara Azami dengan Joe.

"Ah, tapi sepertinya suhu tubuh mu masih sedikit hangat dari biasanya." Ucap Joe yang kini sudah menjauhkan tangannya dari kening Azami.

"Tidak, demam ku sudah benar-benar sembuh dan ini adalah suhu tubuh ku biasanya Joe." Sahut Azami sambil memutar bola matanya malas.

Juza yang melihat reaksi Azami terhadap Joe pun, terkekeh sinis dalam hati.

"Apa kau yakin tetap ingin kembali ke Yokohama hari ini?" Tanya Joe yang langsung di jawab anggukan kepala oleh Azami.

"Tentu saja. Aku sudah bilang kepada mu tadi pagi, jika besok aku masih harus bekerja di kafe."

Joe mencebikan bibirnya tidak suka mendnegar perkataan Azami. "Aku masih sangat merindukan mu, Azami. Kita sudah lama tidak bertemu."

Azami menghela nafas panjang. "Tapi besok aku masih harus bekerja Joe. Dan juga besok kau memiliki jadwal syuting iklan dan bertemu dengan perusahaan salah satu perusahaan perlengkapan olahraga untuk membuat kontrak kerjasama iklan terbaru bukan?"

Juza yang mendengar perkataan Azami, mengerutkan dahinya heran. Bagimana bisa Azami hafal dengan jadwal yang akan dilakukan Joe besok hari.

"Ah kau benar. Tidak bisakah kau merubah jadwal ku untuk besok, Azami? Aku masih ingin bersama mu." Ucap Joe dengan nada merajuk sambil memeluk Azami. Kini tatapan Joe mengarah kepada Juza dengan sorot mata licik dan juga seringai kecil yang terulas diwajahnya.

Juza yang menyadari jika Joe tengah mengejeknya pun merasakan ada sebuah perempatan yang tercetak di dahinya.

"Ayolah Joe. Kau sudah bukan anak kecil lagi, kau jangan membuat Hori-san bekerja dua kali lebih dari biasanya." Sahut Azami yang berusaha melepaskan pelukan Joe.

"Tapi aku masih sangat merindukan mu." Ucap Joe lagi semakin mengeratka pelukannya pada Azami.

Azami kembali menghela nafas panjang. "Jangan kekanakan. Kau masih bisa mengirimku pesan dan menelpon ku."

"Tetapi rasanya berbeda dengan memeluk secara langsung seperti ini."

Juza yang melihat Azami sedang dalam keadan sulit pun membuka suaranya. "Azami, apa kita bisa kembali ke Yokohama tanpa diantar oleh teman mu?"

Azami dan Joe yang mendengar perkataan Juza, langsung menolehkan kepala mereka cepat dengan ekspresi berbeda tercetak diwajah merekaa.

"Ah, kau benar Juza-san. Joe, jika kau tidak membiarkan aku pulang hari ni, maka kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pulang bersama dengan Juza-san." Ucap Azami yang sontak langsung membuat Joe membulatkan kedua matanya.

"Tidak! Aku akan tetap mengantar mu! Jika bos mu ingin pulang terlebih dulu, maka dia bisa pulang dengan sendiri bukan ke Yokohama?" Seru Joe yang kini secar terang-terangan melayangkan tatapan tidak sukanya kepada Juza.

"Kau tidak bisa berkata seperti itu kepada bos ku, Joe." Ucap Azami dengan nada memperingati kepada Joe.

Joe yang merasa tidak suka pun mencibir sebal. "Aku kan sudah bilang padamu untuk berhenti bekerja di kafe itu dan ambil alih perusahaan ayah mu. Atau tidak, kau bisa tinggal dengan ku, aku akan membiayai semua kebutuhan mu dan Yu-chan dengan senang hati."

Bletak.

Dengan santainya Azami menjitak kepala Joe. "Berhenti bersikap keras kepala Joe. Aku bisa mengurus diriku da Yu-chan dengan baik."

Joe yang sudah tidak bisa melawan perkataan Azami pun menghela nafas panjang. "Baiklah, baiklah. Aku akan mengantar mu dan bos mu kembali ke Yokohama. Tetapi kau harus duduk di sebelahku dan biarkan bos mu duduk di kursi belakang."

Azami yang mendengar perkataan Joe terdiam sesaat, sebelum dirinya menyetujui apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Karena jika dirinya tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh Joe maka dirinya dan Juza akan semakin lama untuk bisa kembali ke Yokohama. Belum lagi besok Joe memiliki jadwal yang lumayan padat.

"Baiklah, jika itu mau mu. Aku akan duduk tepat di sebelah mu."

Joe yang mendengar Azami menyetujui perkataannya pun berseru senang dan kini mengeluskan pipinya pada puncak kepala Azami.

"Kalau begitu, aku akan bersiap-siap terlebih dulu. Tunggulah aku." Ucap Joe dan kini pemuda itu langsung beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Azami dan Juza yang masih berada di ruang telvisi.

"Juza-san, ku harap kau tidak masalah dengan kesepakatan yang sudah kubuat dengan Joe tadi." Ucap Azami sambil menatap kearah Juza ragu-ragu.

Helaan nafas Juza hembuskan. "Ya aku tidak masalah."

Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Terimakasih, ku harap kau tidak terlalu menganggap serius dengan apa yang Joe katakan padamu tadi."

Juza menaikan sebelah alisnya dengan sorot mata menatap Azami."Aku hanya tidak menyangka jika teman mu akan memiliki sifat kekanakan seperti tadi."

"Hahaha, ya begitulah Joe. Dirinya tidak banyak berubah sejak dulu saat sedang bersama ku dan juga Ren." Ujar Azami sambil terkekeh.

"Begit-

"Azami! Ayo kita berangkat sekarang! Aku sudah siap." Seru Joe yang baru saja keluar dari kamar dan memotong perkataan Juza.

Juza yang perkataannya dipotong pun mendengus pelan. Sedangkan itu Azami yang melihat ekspresi tidak senang diwajah Juza dan ekspresi senang diwajah Joe bergantian, terkekeh didalam hatinya.

"Baiklah kalau begitu. Kita akan berangkat sekarang."

***

Flip.

Azami yang baru saja turun dari mobil Joe pun berjalan memutar menuju pintu pengemudi dimana Joe sudah menurunkan kaca mobilnya.

"Apa kau yakin tidak ingin ku antar sampai tempat tinggal baru mu?" Tanya Joe pada Azami, karena saat ini dirinya hanya mengantarkan Azami dan Juza sampai di depan sebuah taman.

"Ya, aku yakin. Lagi pula jarak tempat tinggal baru ku sudah tidak terlalu jauh lagi." Jawab Azami yang membuat Joe menghela nafasnya, namun tetap menyetujui apa yang dikatakan oleh Azami.

"Baiklah kalau begitu, aku akan langsung kembali ke Tokyo."

Azami menganggukan kepalanya."Berhati-hatilah, jika kau sudah sampai apartemen jangan lupa menghubungi ku."

Joe mengulaskan senyum cerah diwajahnya."Kau tidak perlu khawatir. Aku akan lansgung menghubungi mu secepatnya."

Azami kembali menganggukan kepalanya. Sedangkan itu, kini Joe melirikan matanya kearah Juza yang sedang berdiir tidak jauh dari Azami dengan raut wajah datar yang tercetak diwajah pria itu.

Tiba-tiba saja sebuah ide jahil terlintas di kepala Joe dan kini seulas seringai kecil tercetak diwajahnya saat tatapan matanya dengan mata Juza saling bertatapan.

Juza yang melihat sebuah seringai kecil terulas diwajah Joe, mengerutkan dahinya heran. Namun sepersekian detik perasaan herannya berubah menjadi persaan tidak senang saat melihat Joe tiba-tiba saja mengecup sisi wajah Azami dengan raut wajah tidak bersalahnya.

Sedangkan itu Azami yang wajahnya tiba-tiba saja di kecup oleh Joe langsung memutar kedua bola matanya malas.

"Cepatlah kau pulang. Jangan sampai besok kau terlambat datang ke lokasi syuting." Ucap Azami memperingati Joe.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang. Sampai jumpa lagi Azami, dan juga paman Juza."

Setelahnya Joe pun langsung melajukan mobil miliknya membelah jalan kota Yokohama untuk kembali ke Tokyo.

Sedangkan itu Azami yang melihat mobil Joe sudah melaju menjauh, menghela nafas panjang dan membalikan tubuhnya untuk berhadapan dengan Juza.

"Aku ingin meminta maaf lagi atas sikap teman ku selama di perjalan tadi. Ku harap kau mau memaafkan sikap kekanak-kanakannya." Ucap Azami sambil membungkukan badannya kepada Juza.

Juza yang melihat Azami membungkukan badan kepadanya pun, ikut menghela nafas panjang sambil melepaskan over coat yang dipakainya lalu menyampirkannya pada pundak Azami.

"Kau tidak perlu membungkuk meminta maaf, Azami-kun." Ucap Juza sambil memegang kedua bahu Azami dan membantunya untuk kembali berdiri tegak.

Azami yang kini sudah tidak membungkuk lagi pun melayangkan tatapannya untuk melihat kedua manik Juza.

"Tapi Juza-san Jo-

"Kau tidak perlu meminta maaf menggantikan teman mu tadi." Potong Juza yang tidak melihat Azami kembali meminta maaf untuk mewakili Joe.

Juza yang melihat Azami seperti akan kembali membuka suara pun langsung mengulurkan sebelah tangannya untuk menggenggam jari-jemari Azami.

Azami yang merasakan jari jemari tangan sebelah kanannya digenggam oleh Juza langsung terdiam.

"Lebih baik kita langsung kembali kerumah." Ucap Juza yang kini sudah menarik tangan Azami yang digenggamnya, agar pemuda itu berjalan bersisian degan dirinya.

"Jika besok badan mu masi terasa kurang sehat, kau jangan memaksakan diri untuk bekerja di kafe, Azami-kun." Ucap Juza lagi yang kini membuat Azami langsung menoleh kearahnya.

"Tidak, saat ini juga badan ku sudah merasa lebih baik dari semalam." Elak Azami untuk meyakinkan Juza.

Juza menolehkan kepalanya kearah Azami. "Aku tidak ingin mengambil risiko kau kembali demam karena bekerja. Aku akan berbicara dengan Goshi-kun untuk memberimu waktu beristirahat selama dua hari."

Azami ingin menolak perkataan Juza, namun saat dirinya baru saja ingin menyerukan penolakannya, tiba-tiba saja Juza mendekatkan wajahnya kearahnya dan mengecup singkat bibirnya.

"Aku tidak ingin mendengar penolakan dari mu." Ucap Juza yang kali ini tanpa menatap kearah Azami dan terus berjalan masih sambil menggenggam jari-jemari Azami.

Azami yang tiba-tiba saja mendapatkan kecupan dibibir dari Juza diam membisu. Kini dirinya merasa heran dengan perasaan yang dirasakannya saat ini. Dirinya merasa heran, mengapa saat Joe tadi mengecup pipinya, dirinya merasa biasa saja dan degup jantungnya pun tidak berdetak begitu cepat.

Namun, mengapa saat ini ketika Juza mengecup singkat bibirnya, dirinya merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Belum lagi kini degup jantungnya berdetak begitu cepat sampai-sampai dirinya merasa takut jika Juza yang berada disampingnya saat ini dapat mendengar suara degup jantungnya yang berdetak begitu cepat dari biasanya.

"Ini sangat aneh."


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C40
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login