Qiana sudah kembali bekerja setelah kepergian ayahnya berlalu satu minggu yang lalu. Dia hanya berusaha baik-baik saja di depan semua orang. Masuk ke dalam gedung kantornya, dia berjalan dengan pasti masuk ke dalam lift. Beberapa orang yang melihat, hanya sanggup memandangnya dalam diam.
Semua karyawan, pasti juga merasakan kesedihan. Ayah Qiana adalah pemimpin yang sangat baik hati. Meskipun karyawan biasa tidak terlibat langsung dengan beliau, tapi mereka tahu bagaimana sabarnya lelaki tersebut dari cerita-cerita atasan mereka.
Qiana tak langsung pergi ke ruangannya. Dia justru masuk ke dalam ruangan sang ayah dan berdiri di tengah ruangan dengan menatap sekeliling. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan air mata seolah akan menerobos keluar. Hatinya tidak ingin mempercayai jika ayahnya sudah pergi meninggalkannya. Tapi keberadaan beliau sama sekali tak terasa dalam hidupnya.