Qiana kini benar-benar sangat berubah pasca meninggalnya sang ayah. Tak seperti sebelumnya. Sekarang ini, dia mudah sekali marah bahkan meskipun itu hanya sebuah candaan yang diberikan kepadanya. Memang, dia tak marah dengan membentak-bentak, tapi semua orang bahkan takut hanya karena dia menatap dengan tatapan datar.
Beruntung, mantan sekretaris sang ayah bisa memahaminya. Perempuan yang sekarang sudah menjadi sekretarisnya itu bisa benar-benar sabar menghadapi Qiana. Dia sangat paham apa yang diinginkan oleh bosnya.
Bekerja, pulang, dan menenggelamkan dirinya pada pekerjaan adalah yang dilakukannya sekarang. Bahkan ketika sahabat-sahabatnya mengajaknya untuk keluar, dia menolak dengan halus. Qiana jelas banyak sekali pikiran. Dan itu tentu saja terkait beban yang sekarang dipikulnya tentang perusahaan.