Beberapa hari kemudian, Arya menjalani basket seperti biasa. Tak ada pikiran yang sekiranya mengganggu waktu latihannya. Saking sibuknya ia latihan dan mengerjakan beberapa tugas kampus, Arya sadar jika kakinya merasa ditekan oleh sepatunya sendiri.
Di tengah-tengah latihannya, Arya mendadak berjalan ke tepi lapangan lalu melepaskan sepatunya secepat mungkin. Ketika sepatu dan kaos kakinya di lepas, Arya bisa melihat betapa merah kedua kakinya saat ini seakan kakinya terlihat memar walau disentuh tak terlalu menyakitkan.
Marlon yang mengawasi Arya semenjak menepi ke pinggir lapangan, langsung mendatanginya bersamaan dengan Coach Alex.
"Kakimu kenapa, Chayton? Apa kau masih bisa melanjutkan latihanmu?" tanya Coach Alex meski khawatir, wajahnya terlihat sangat tenang.
Arya mengangguk pelan sembari mengusap kedua kakinya. "Tak apa, Coach. Saya masih bisa melanjutkan latihan. Hanya saja, kalau saya latihan tak pakai sepatu boleh?"