Baixar aplicativo
70.9% ZEN: Didunia Fiksi / Chapter 195: Ankaji

Capítulo 195: Ankaji

Semua pasukan sedang bersiap untuk melindungi tuan muda mereka, karena benda yang mereka lihat sedari tadi sudah sangat dekat dengan mereka saat ini. Akhirnya mereka menyadari, bahwa suara yang bising tersebut juga berasal dari benda tersebut.

Pria yang dilindungi tersebut juga semakin waspada, namun saat benda tersebut semakin dekat, dia ternyata melihat seseorang sedang berada diatasnya atau bisa dikatakan sedang menungganginya saat ini.

Pria yang dilindungi tersebut semakin memfokuskan penglihatannya dan melihat seseorang yang merupakan seorang pria yang menggunakan sebuah benda aneh pada kepalanya, dan memakai jubah putih yang sangat dia kenali.

"Tunggu, sepertinya aku mengenali jubah yang dipakai orang yang berada diatas benda itu" kata pria yang sedang dilindungi tersebut.

Benda itu semakin dekat, dan para prajurit masih dengan sigap melindungi tuan muda mereka. Akhirnya benda itu akan tiba didepan pasukan tersebut dan mulai berhenti tepat didepan mereka. Debu akibat benda itu tiba – tiba berhenti, membuat pandangan mereka ditempat itu sedikit terganggu.

Namun saat debu itu hilang, pria yang berada diatas benda aneh tersebut mulai melepaskan sebuah benda aneh yang menutupi kepalanya saat ini. Bisa terlihat wajah seorang pria tampan muncul dibalik benda yang sudah dia lepaskan dari kepalanya itu dan menatap mereka saat ini.

"Apa yang dilakukan para prajurit ditempat ini?" kata pria tersebut yang merupakan Zen yang sedang menaiki motor trailnya.

Namun sebelum seorang prajurit bertanya, tuan muda mereka langsung mendekat kearah Zen saat ini.

"Apakah anda anggota kelompok yang bernama Elite?" tanya pria tersebut.

Memang pamor dari kelompok Elite semakin tinggi saat ini. Karena anggotanya memang terkenal sangat sering membantu penduduk yang sedang mengalami kesusahan. Namun sayangnya saat Ankaji mengalami hal tersebut, mereka tidak melihat satu orangpun dari kelompok Elite mendatangi mereka.

Memang, dari rumor yang beredar, anggota dari Elite selalu datang kesebuah tempat yang sedang mengalami suatu musibah. Namun tidak dengan warga Ankaji yang harapan mereka pupus, setelah satupun anggota dari Elite tidak datang kewilayah mereka.

"Oh.. kamu mengetahui kelompok kami?" tanya Zen.

Memang ciri khas yang disebarkan oleh beberapa pihak, bahwa seorang anggota Elite akan menggunakan jubah khas berwarna putih dengan ornamen emas dengan disain sebuah pedang pada jubah mereka.

"Jadi anda benar dari kelompok Elite" kata pria itu sekali lagi. Namun tiba – tiba saja, pria tersebut langsung berlutut dan bersujud didepan Zen saat ini.

"Tolong kami tuan" katanya sambil bersujud.

Para prajurit yang bersamanya sedikit terkejut dengan perilaku tuan muda mereka, namun mereka sangat mengerti dengan apa yang tuan muda mereka lakukan, karena mereka juga mendengar rumor dari kelompok tersebut, jadi wajar saja mereka sangat ingin meminta bantuan dari mereka.

"Bangkitlah, kamu tidak perlu melakukan hal seperti itu, lebih baik kamu menjelaskan apa yang sedang terjadi kepadamu atau menjelaskan tentang permintaanmu itu" kata Zen yang sebenarnya sudah mengetahui tujuan mereka meminta bantuan kepadanya.

Mendengar itu, tuan muda tersebut mulai bangkit dan tidak menghiraukan debu yang menempel pada bajunya dan bagian tubuhnya, pria itu mulai menjelaskan permasalah yang terjadi pada kotanya.

Nama pria tersebut merupakan Bize Feuward Zengen. Dia merupakan anak dari Duke penguasa kota Ankaji. Dia ditugaskan ayahnya untuk meminta bantuan kepada pihak kerajaan, karena terjadi wabah keracunan pada wilayah mereka.

Dia diberi tugas, karena satu – satunya orang yang masih belum merasakan dampak dari racun yang berasal dari sungai yang mengalir pada kota mereka. Selain kerajaan, Bize juga berkomitmen untuk mencari sebuah kelompok.

Karena sebuah rumor yang beredar, kelompok tersebut mempunyai air ajaib yang bisa menyembuhkan apapun. Dan disinilah dia, sedang menatap seorang pria yang merupakan salah satu anggota dari kelompok tersebut.

"Hm... keracunan ya." Kata Zen sambil mencoba memberikan gesture berfikir.

"Apakah tuan bisa membantu kami, kami yakin akan membayarkan apapun yang tuan minta kepada kami" kata Bize.

"Baiklah, lagipula perjalananku akan melewati kota kalian. Tidak ada salahnya untuk membantu kota tersebut" kata Zen.

"Terima kasih tuan" jawab Bize sambil menunduk.

Zen lalu turun dari motornya dan memasukan kembali pada penyimpanannya, namun kali ini dia mengeluarkan sebuah mobil untuk melanjutkan perjalanannya ke kota Ankaji.

"Maafkan aku, aku tidak bisa membawa kalian semua, jadi pilihlah orang yang akan pergi bersamaku" kata Zen.

Namun Bize beserta para prajuritnya masih termenung dengan kejadian tersebut. Mereka masing bingung, bagaimana pria didepannya melakukan hal tersebut dan benda aneh apa lagi yang dikeluarkan olehnya.

Zen tidak memperdulikan perilaku Bize dan prajuritnya dan mulai membuka bagasi pada mobilnya tersebut.

"Yang akan mengikutiku, sebaiknya peralatan kalian taruh dibelakang sini" kata Zen.

Akhirnya mereka mulai sadar dengan apa yang mereka lamunkan tadi. Dengan sigap Bize mulai membawa 3 orang lainnya bersamanya dan mengikuti intruksi Zen saat ini. Disisi lain Bize masih terpana dengan benda yang dikeluarkan Zen sebelumnya, setelah memasuki benda tersebut.

Dia beserta beberapa prajurit yang dibawanya, saat ini sudah duduk pada kursi yang nyaman pada benda aneh itu. Saat ini Zen menunjukan sesuatu untuk dipasangkan pada mereka dan mereka dengan sigap mengikutinya lalu akhirnya bersiap untuk berangkat.

"Baiklah, apakah kalian sudah siap?" kata Zen dan dibalas angguka oleh semua orang yang berada dimobilnya.

Zen langsung menancapkan mobilnya meninggalkan beberapa prajurit yang ditinggalkan ditempat tersebut. Bize yang awalnya merasa bingung akhirnya mengerti apa fungsi dari benda ini.

Dia mulai mengagumi fungsi benda ini, hingga dia tersadar, karena mengingat sesuatu saat ini.

"T-tuan, bisakah aku mengetahui namamu?" kata Biz

"Ah... maafkan aku. Namaku Zen"

.

.

Benteng penjagaan kota Ankaji dihebohkan dengan sebuah benda aneh mendekati kota mereka. Mereka dengan sigap mencoba akan menaham benda tersebut mendekati kota. Namun saat mendekat, benda tersebut berhenti didekat mereka saat ini.

"Bukakan jalan" teriak seseorang yang muncul dari balik jendela benda tersebut.

"Tuan Muda!" teriak para prajurit yang langsung mengikuti perkataan pria tersebut.

Melihat sudah diberikan akses jalan, Zen langsung menancapkan mobilnya semakin masuk kedalam kota tersebut.

"Bagaimana Zen-san, apakah keadaan ibuku dan adikku bisa disembuhkan?" tanya Bize.

Setelah Zen memasuki kota, Bize langsung mengarahkan Zen menuju kekediamannya. Mereka tiba dengan lancar, namun Bize mencoba mencari Ayahnya namun tidak bisa ditemukan, karena Ayahnya sedang mengurus beberapa permasalahan saat ini.

Tanpa pikir panjang, Bize langsung membawa Zen ketempat ibu dan adiknya berada untuk disembuhkan. Zen sebenarnya tidak tahu harus melakukan apa, Zen hanya merapalkan skill Healnya, namun ajaibnya skillnya tersebut dapat membuat kedua orang tersebut langsung sembuh.

"Ibu!" kata Bize yang akan memeluk ibunya, namun tiba – tiba pintu kamar tersebut terbuka dan memunculkan seorang pria paru baya. Tanpa menghiraukan Zen, dia langsung memeluk istri beserta putrinya tersebut.

Bize yang akhirnya menyadari, bahwa penyelamat keluarganya masih disini, lalu melepaskan pelukan ibunya dan mulai membungkuk kearah Zen.

"Terimakasih Zen-san"


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C195
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login