“ Oh... jadi kamu enggak benar benar serius pengen ngomong sama aku.” Bentaknya dengan sewot ke aku. Rasa gugup hinggap kembali di pikiranku gara-gara aku salah berbicara kepadanya. Aku berusaha meralatnya kembali ucapan aku tadi, tapi mulut ini malah keluh rasanya. Aku semakin salah tingkah lalu hening sejenak. Kemudian aku mencoba menumbuhkan kembali keberanian ini, sedikit demi sedikit.
Ketika Cikung hendak memetik kelapa yang ketiga, terdengarlah suara gemerusuk keras disertai daun bambu yang berterbangan dari arah seberang empang. Sesosok perempuan putih pucat berambut panjang dan berkain kafan, terbang melesat keluar dari atas dahan rerimbunan pohon bambu di atas areal komplek alkah perkuburan warga.
“ Aaaaaaah, lariiiiiii.” Jerit si Jul dan Romli yang berada dibawah pohon kelapa itu dengan penuh histeris. Dengan wajah yang pucat disertai jantung yang mau copot, mereka berdua langsung berlari ketakutan tanpa memikirkan kembali nasib kawan mereka Cikung yang masih berada di atas pohon kelapa itu.