Menceritakan Laki-laki yang bernama Kamil dan perempuan yang bernama Titah 
Yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, awal nya mereka berdua menolak tapi perlahan-lahan benih cinta itu tumbuh diantara mereka berdua.

Titah dan Kamil mengungkap rasa cintanya saat Titah dan Kamil bulan madu, Titah di karuniai lima orang anak.

Menceritakan kisah cinta masa kecil antara Titah dan Kamil yang kini beranjak dewasa. 
Keduanya bertemu kembali dan tidak saling kenal, saat Kamil mengunjungi rumah Titah, barulah Kamil mengetahui kalau Titah adalah cinta masa kecil nya, begitu juga dengan Titah.
Dan keduanya pun merajut cinta mereka kembali. 

Tokoh : 
Kamil (cinta masa kecil Titah, adik Fitroh, paman Raditya & Nawaz) 
Titah (cinta masa kecil Kamil)
Nawaz (anak Fitroh, keponakan Kamil, sepupu Raditya)
Fitroh (kakak Kamil, ayah Nawaz, paman Raditya)
Raditya (keponakan Kamil dan Fitroh)
Ridwan (teman Kamil)
Bagus (teman Kamil)
Asep (abdi dalem Kamil / Fitroh)
Paijo (abdi dalem Titah)
Darmi (abdi dalem Titah) 
Samsul (supir Titah) 
Diman (Supir Kamil / Fitroh) 
Ella (abdi dalem Kamil / Fitroh)
Aldy (sepupu Titah) 
Aldo (teman Raditya) 
Rizal (teman Nawaz) 
Dll

Menceritakan seorang pembantu yang selalu membuat masalah dan membuat kesal majikan nya. 

Khususnya keluarga besar pak Kamil (majikan Joya) yang selalu di jahili dan di buat nya jengkel oleh Joya (Paijo).

Dan Joya (Paijo), selalu membuat jengkel Kanjeng ibu (mertua pak Kamil / tuan papi), Kanjeng ibu juga yang paling takuti oleh pak Kamil / tuan papi.

Tokoh : 
Kamil / pak Kamil (tuan papi)
Titah / Bu Kamil (tuan mami)
Joya / Paijo (Art keluarga Kanjeng Rama)
Kanjeng Ibu
Kanjeng Rama 
Asep (Supir keluarga Kanjeng Rama) 
Juminten (Juru masak keluarga Kanjeng Rama) 
Abdul Latif (scurity keluarga Kanjeng Rama) 
Aiman (Tukang kebun keluarga Kanjeng Rama) 
Kaamil Sayhan Thabrani / Kamil Junior (cucu kanjeng rama / anak pertama dari pak Kamil dan bu Kamil)
Muhammad Nasim Nawaz / Nawaz (Keponakan pak Kamil)
Fiandari Silvy Farahdirafatimah / Dira (cucu kanjeng rama / anak ke dua pak Kamil dan bu Kamil)
Fitroh (kakak ipar bu Kamil / kakak pak Kamil / ayah Nawaz) 
Dll

Deskripsi cerita : 
Seorang wanita (Titah) yang sangat mencintai seorang pria (Kamil), Cinta Titah bertepuk sebelah tangan karena Kamil mencintai wanita lain, dan akhirnya Titah bertekat untuk merebut cinta Kamil. 

Dan ketika itu, Istri Kamil (Dinda) dan anaknya Wulan mengalami kecelakaan yang membutuhkan banyak sekali biaya karena istri dan anaknya harus di operasi, Titah pun datang dengan menawarkan bantuan dengan syarat Kamil harus menceraikan Dinda serta meninggalkan anaknya (Wulan), kemudian menikah dengan nya. 

Titah pun memberikan waktu satu kali dua puluh empat jam (Sehari) untuk berfikir. 
Akhirnya Kamil menyetujui syarat yang Titah berikan, Kamil pun menceraikan dengan Dinda, lalu Kamil pun menikah dengan Titah, yang saat itu Titah sudah resmi bercerai dari mantan suaminya (Ridho). 

Setahun menikah dengan Titah, Kamil pun semakin Sayang pada Titah (mencintai Titah) wanita yang tidak pernah Kamil tau kalau Titah mencintai nya. 

Tokoh : 
Kamil (Mantan suami Dinda, ayah Wulan, dan suami Titah) 
Titah (Mantan istri Ridho, ibu Rizky, dan istri Kamil) 
Dinda (Mantan istri Kamil, ibu Wulan, dan istri Eka) 
Wulan (Anak dari Kamil dan Dinda) 
Ridho (Mantan suami Titah, ayah Rizky, dan suami Siska) 
Rizky (Anak dari Titah dan Ridho) 
Eka (Suami dari Dinda, Adik tiri Titah) 
Roy (Ayah tiri Titah) 
Paijo (Pengasuh dan supir Rizky) 
Purnomo (Juru masak di rumah Titah) 
Juminten & Darmi (Asisten rumah tangga di rumah Titah) 
Ucok (Tukang roti di komplek rumah Titah) 
Bono, Udin, & Darmo (Security di rumah Titah) 
Dll

menceritakan seorang suami yang takut pada mertuanya dan pembantu yang selalu membuat ibu mertua pak Kamil kesal. 

selain takut dengan mertuanya pak Kamil juga takut pada istrinya loh!!! 

mau tau kelanjutan ceritanya baca ya, terimakasih. 

Nama Tokoh :

* Kamil
* Titah
* Kanjeng ibu
* Kanjeng Rama
* Paijo
* Abdul Latif
* Aiman
* Faradira Fatimah
* Kaamil Sayhan Thabrani (Kamil junior) 
* Fitroh
* Jumiati
dll.

Hannah doesn't live an exactly normal life like others. Join her as she experiences high school drama, studies, friendship, decisions, relationships, insecurities, peer pressure and everything a not so normal teenage girl would face. Born and raised in a quite wealthy family, Hannah struggles to find inner peace as she continuously changes schools, moves and faces challenges. Watch her discover her special abilities and survive OCD (obsessive-compulsive disorder). She is a perfect girl, has perfect qualities of a girl, looks good, is very modest, smart and sensitive. but she is imperfect in her way.

Hannah has a past she regrets. But she doesn't know that a big part of her past is kept in secret. Her own family is keeping this secret away from her. Because it is dangerous. 
Figures from her mysterious past try to reach her, no matter the cost. 

It's Senior Year and Hannah starts to get a lot of attention from students, than usual. 

Should she choose the smart boy, the bad boy or her childhood sweetheart?

Watch Hannah go undercover and unreveal her shady and unknown past.


Genre ratio:
Spy/mystery/mafia- 50%
Romance- 50%

" e fid, kedip woy" teriak Riska membuat telinga Putri nyaring. 

    "e Put kita ke ruangan lo yuk" ajak Ami dengan semangatnya. 

      mereka pun semua metejuinya kecuali Syafid yang masih bingung apa yang dimaksud dengan ruangan Putri, ia hanya mengikuti arah mereka berjalan sampai masuk ke sebuah ruangan yang sangat luas. disana banyak sekali buku komik maupun novel, ada game virtural yang di gemari para sahabat laki-lakinya dan tentu saja ada beberapa ruangan berbeda-beda isinya karena sahabat perempuan Putri tak sepenuhnya memiliki hobi yang sama.seperti ruangan dance biasanya digunakan Kiki karena ia sangat suka menari,ruangan yang dibuat khusus untuk melihat drama Korea untuk Riska,Khofifah,dan Ami yang suka menonton drama,ruangan menonton anime yang biasanya dipakai untuk Gia.sementara ruang musik yang biasanya digunakan untuk Putri, Fathur dan Affan untuk bernyanyi bersama. 

      semua sibuk dengan kesibukan mereka sendiri meninggalkan Putri dan Syafid dalam keheningan, mereka berjarak satu meter untuk menjaga jarak.putri sangat kagum karena baru pertama kali ini ia melihat seorang Laki-laki membaca novel tak seperti temannya yang kebanyakan lebih memilih game virtural. ia mencoba mengalihkan pandangannya karena ia takut terkena zina mata.Putri hanya duduk di dekat jendela sambil membaca komik yang menjadi rutinitas wajib baginya. 
     "kamu kok suka banget baca komik? " kini Syafid mencoba membuka keheningan. 
     "ya suka aja, apa lagi itu jadi cita-cita ku" jawabnya sambil memandangi keluar jendela. 
     "apa cita-citamu?" tanya Syafid yang membuat Putri terkejut, pasalnya Syafid jarang sekali bertanya mengenai hal pribadi miliknya. 
     "banyak sih cita-citaku" 
     "coba critain semuanya, aku mau dengar" ujar Syafid dengan tatapan bersungguh sungguh ingin mendengar cerita Putri. 
     "cita-cita ku yang pertama jadi komikus, karena aku ingin membuktikan bahwa komikku juga bagus" jelas Putri namun tercermin ada tatapan sendu di matanya, Syafid teringat bahwa Putri harus melepas cita-cita nya karena tak diperbolehkan oleh kedua orang tuanya. 
     "Cita-citaku yang kedua yaitu menjadi novelis"
     "kenapa?" tanya Syafid
     "aku ingin menceritakan kisah hidupku tentang tak bisa menggapai cita-cita,dan memberi sangat pada mereka yang tidak menggapai cita-citanya, aku tahu pasti ada orang yang senasib denganku. maka dari itu aku mau menjadi novelis"
      "Cita-citaku yang ketiga menjadi seorang idol di Korea"
      "alasan?" tanya Syafid yang semakin bingung dengan alasan Putri memilih cita-cita itu. 
      "aku suka menari dan menyanyi" jawabnya lalu mendapatkan amggukan dari Syafid. 
     "cita-citaku yang terakhir adalah menjadi dokter, ya sebenarnya itu keinginan mamahku. tapi sepertinya aku tidak bisa memenuhi ke inginnya"
    "kenapa? " tanya Syafid karena ia tidak mengetahui alasan kenapa Putri tak bisa menggapai cita-cita yang sangat mulia itu. 
    "entahlah, setiap aku panik pasti aku selalu gemetaran, lemas dan susah sekali bernafas. lagian orang tuaku tak mampu membayar kuliahku.aku juga sangat bodoh dalam pelajaran dan aku pasti tak bisa melakukannya karena itu tak sesuai dengan hati nuraniku" 
   
     "jangan Khawatir, kalau kamu tak bisa menggapai mimpi terakhir, masih ada mimpi sebelumnya yang pasti bisa kamu gapai" hibur Syafid untuk menghilangkan rasa kecewa yang dirasakan oleh Putri. 

   "yeah aku pasti bisa menggapai ketiga mimpi itu suatu saat nanti, aku akan membujuk kedua orang tuaku untuk merestui cita-citaku" Syafid tersenyum manis karena ia melihat seseorang perempuan yang pendiam namun menyimpan jiwa yang pantang menyerah untuk menggapai cita-citanya. 

      "eh kita makan yuk, Adi udah teriak-teriak tuh" ajak Syafid untuk menuju ruang makan. 

      setelah itu mereka pun menuju ruang makan, terlihat para sahabatnya sudah menduduki kursi mereka masing-masing.Putri pun terpaksa duduk di sebelah Syafid karena hanya kursi itu yang  tersisa. 

     
       "kakak ini siapa? kok Affan baru liat" tanya adik bungsunya sambil menunjukkan jari telunjuk kearah Syafid. 

       "oh ini Syafid, temen sekelas kakak" jawab Putri. 

       "halo kak Syafid, aku Affan ash asyraf. adik dari kak Putri sama bang Fathur" ujar Affan dengan lucunya membuat Syafid gemas. 

       "salam kenal ya Affan,nama kakak Syafid Kamil Zhafran, panggil aja bang Syafid"

      suasana berlangsung menyenangkan karena keberadaan Affan yang berlaku lucu di depan sahabat Putri, walaupun umurnya sudah 8 tahun tapi karena muka Affan yang sangat terlihat muda seperti laki-laki berumur 5 tahun.

Syafid adalah lelaki Sholeh yang berhasilembuat Putri jatuh hati,namun hati Syafid bukanlah untuk Putri,akahkan cinta akan bersemi diantara mereka?

Angelique was dumbfounded and didn't know what to do, she did not know whether this was part of the changes as well. Since the director has not told them to stop, she felt everything must be part of the script yet she was not informed. 

Scott continued to give the girl a gentle expression as he slowly reached his hand to her cheeks, as he palms felt the girl warm cheeks, he slowly moved forwards and planted a kiss on her forehead leaving Angelique in shock.

Everyone was all jaw drop when they saw the scene, they were wondering if this was a promotion video or a drama. 

"Was this part of the script."

"Man this is better than any drama I've watched for a long time." 

Everyone was all whisper to each other as they continued to expect what will happen next. 

As Scott slowly moved away from Angelique, their eyes were all fixed towards each other, until Angelique notice someone in the corner of her eyes. 

"Jordon." 

Jordon slowly walked towards them making everyone all excited for the sudden twist in the story.
 
"Scott, I didn't know you're here?" He asked

"Neither did I." He responded

Angelique was still wearing her attire for the video shoot when Jordon placed his jacket around her, "Aren't you cold it's getting late." 

"Jo- Jordon..." Angelique hesitated and didn't know what to do. 

"Cut!" The director yelled suddenly snapping everyone back to their sense. 

Scott then left without a word, as he headed back to the resort leaving Angelique in Jordon's care.
Jordon was calm in regards to the situation, he knew that they were shooting a promotion video but since he overheard the staff, he did not hesitate to approach them and intervene. "Did I just ruined your shoot?" 

"I don't think so..." Angelique said as she lowers down her head.

Director Kamil approached both of them, "Angelique well done, no worries everything was completed before your friend step in. Anyways, will see you on the launch date." 

"Goodbye Director Kamil." Angelique greeted them farewell as all the staff slowly packed away. 

Annie saw what happened from a distance and since Jordon was with her, she decided to head back to her room and live Angelique to handle the situation herself. 

"Jordon, I thought you'll be here tomorrow," she asked

"I wanted to surprise you," he responded. 

Angelique was still shocked from everything and was still unease of what happened earlier. She continues to ponder if whether that was part of the promotion or not. 

"Let go have dinner now," Jordon said

Angelique just nodded her head as she followed him back to the resort. 

Before dinner with Jordon, Angelique decided to head to her room and change. As she steps inside her room, she collapses on the sofa as she recalled what happened earlier. 

"Did Scott just confessed to me?" 

Angelique thoughts were all over the place as she felt her mind was about to go crazy, whats worst she did not expect Jordon to suddenly appear. The situation was just too extreme for her to handle. 
After a few minutes of screaming and pounding on the pillows on the sofa. She got up and changed to one of the cloth laying around. When she arrived at the restaurant, it surprises her to see a group of people has joined them. What surprised her the most was Scott was there as well. 

"Ange, you look beautiful," Jordon said as he escorted her to her seat.

"Thanks," he replied feeling awkward of the situation.

Scott smiled seeing the girl, "The dress suit you." 

Angelique felt like digging a hole for herself when she realized that the outfit she was wearing was one of the dress Scott brought for her, it was too late though and all she could do was pretend to smile, "Thanks, Scott."

"It is indeed a beautiful dress Angelique, you sure have good taste." Producer Chia said

"Ange, the dress really looks beautiful on you. When did you buy that?" Annie asked

Angelique could only smile as she looked at Annie, her smile possessed a meaningful meaning to it as her eyes were pointing at Scott. Annie then realized what she meant and was speechless at the same time regretful that she even dared asked such a question. 

Of course, it was not just Annie who caught Angelique meaningful smile, Producer Chia and Director Kamil also understood pretty well what she meant. But for them it was not surprising but more of intriguing. 

"Jordon, how long will you be staying here?" Scott asked

"Not long, since I still need to manage Angelique shop." He replied

It surprises Director Kamil and Producer Chia to find out something about Angelique. 

"Angelique, what business to do you?" Producer Chai asked

"It's nothing big Producer Chia just a small Bread and Pastry Coffee Shop." she humbly said

"Nothing big yet you own 4 stores already," Scott said

Angelique was surprised that Scott knows about her store, he has not been in England for a while yet he still is aware of what's happening in her life. "How.."

"It's not four but five, I'll be opening the other one when I return," Jordon said

Producer Chia and Director Kamil were all ears in the situation. They did not expect such love rivals between Angelique life, but they wonder if Angelique realizes it though, since seem like she all friendly towards them yet does not realize the deeper meaning towards their actions. 

Later that evening, Scott invited everyone to head to the city. Apart from Director Kamil and Producer Chia who has families to return to the four of them headed to the city. Whilst they were driving to the city, Annie and Angelique were seated at the back. Annie felt awkward and wished she stayed at the resort.

I've closed this novel and recreated it. Thank you for all your understanding...

Masih di dapur.. 
"Pertama-tama den mas siapkan dulu adonannya", kata Purnomo yang mengajari Kamil membuat tempe mendoan. 

"Oke, sudah, terus apa lagi?", tanya Kamil. 

"Iris cabenya", jawab Purnomo. 

"Oke..", seru Kamil. 

Di rumah Frensky.. 
"Mau kemana mas, mau ngajar ya mas?", tanya Anissa. 

"Tidak, saya tidak ada jadwal mengajar hari ini", jawab Frensky. 

"Lah terus mau kemana mas?", tanya Anissa lagi. 

"Saya mau ke rumah dik Titah", jawab Frensky lagi. 

"Oh, mau ngapain ke rumah mbak Titah, mas?", tanya Anissa lagi. 

"Ada urusan saya dengan Kamil", jawab Frensky lagi. 

"Ikut saya mas", kata Anissa. 

"Jangan..", sambung Frensky. 

"Loh kenapa mas, kok saya gak boleh ikut?", tanya Anissa lagi. 

"Sudah kamu diam saja di rumah dan jangan kemana-mana", jawab Frensky lagi. 

"Maksudnya mas, Nisa gak boleh ikut gitu mas?", tanya Anissa lagi. 

"Iya, kamu gak boleh ikut", jawab Frensky lagi. 

"Tapi mas..", keluh Anissa. 

"Sudah, assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada istrinya. 

"Wa'alaikumussalam", Anissa menjawab salam dari suaminya. 

Di rumahku, 
Di dapur lagi.. 
"Sudah semua nih lik, terus di apain lagi?", tanya Kamil. 

"Di goreng den mas", jawab Purnomo. 

"Oh, oke", seru Kamil. 

Di kamar Titah dan Kamil.. 
"Mas Kamil sudah pulang atau belum ya, lihat di luar saja deh", kata Titah. 

Di depan rumah.. 
"Loh kok sepi, coba ke dapur saja deh", kata Titah. 

Di dapur lagi.. 
"Alhamdulillah selesai juga, terimakasih ya lik sudah di ajarkan memasak dan membuat tempe mendoan ini", kata Kamil. 

"Sami-sami den mas Kamil", sambung Purnomo. 

"Rame sekali di dapur, itu sepertinya suara mas Kamil, mas..", Titah mengenali suara suaminya dan Titah memanggil suaminya. 

"Iya sayang..", jawab Kamil. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil, Purnomo, dan Paijo. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil, Purnomo, dan Paijo menjawab salam dari Titah. 

"Sudah selesai sayang, ini", Kamil memberikan tempe mendoan yang di minta Titah tadi pagi. 

"Pur.." 
"Nggih jo" 
(Ya jo) 

"Ulam e sampun dereng Pur?" 
(Ikannya sudah belum Pur?), tanya Paijo. 

"Sampun jo" 
(Sudah jo), jawab Purnomo. 

"Bekta sedaya ne nggih jo dhateng meja tedha" 
(Bawa semuanya ya jo ke meja makan), pinta Titah. 

"Nggih tuan mami" 
(Ya tuan mami), Paijo melaksanakan perintah dari Titah. 

"Mas.." 
"Iya sayang, ada apa?", tanya Kamil. 

"Titah ingin membicarakan sesuatu dengan mas  soal yang tadi di kelas waktu mas Kamil mengajar itu loh mas..", jawab Titah. 

"Oh ya aku ingat sayang, kita obrolin di kamar saja", ajak Kamil. 

"Yuk..", sambung Titah. 

Titah pun menceritakan semuanya padaku tentang Frensky yang sudah bisa menerima Anissa, tapi belum bisa mencintainya dan belum bisa memberikan nafkah lahir dan batin, serta belum bisa melupakan istriku. 

Dan waktu ku ingin menemuinya di masjid pesantren darussalam, Frensky tiba-tiba saja datang ke rumah mencari ku, ternyata dia menceritakan semua yang di ceritakan oleh istriku tadi, sementara itu Anissa di rumahnya merasa gelisah dan cemburu karena suaminya datang ke rumah ku. 

Masih di rumahku, 
Di kamar Kamil dan Titah lagi.. 
"Jadi gini mas, tadi Anissa di ruang batik cerita padaku, soal..", Titah menceritakan semuanya padaku. 

Lima belas menit kemudian.. 

"Oh jadi gitu ya, ya sudah kalau gitu aku ke masjid dulu ya", kata Kamil. 

"Loh mas kok ke masjid, mau ngapain?", tanya Titah. 

"Mau bertemu dengan Frensky, sayang..", jawab Kamil. 

"Oh..", seru Titah. 

Di depan rumah.. 
"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada Purnomo. 

"Wa'alaikumussalam", Purnomo menjawab salam dari Frensky. 

"Kamil ada mas Pur?", tanya Frensky. 

"Enten jene, tengga sekedhap nggih jene tak timbali riyen" 
(Ada mas, tunggu sebentar ya mas ku panggil dulu), jawab Purnomo. 

"Oh nggih jene Pur" 
(Oh ya mas Pur) , seru Frensky. 

Di meja makan.. 
"Alhamdulillah sudah selesai tata meja makannya, Pur.." 

"Inggih jo, enten menapa?" 
(Iya jo, ada apa?), tanya Purnomo. 

"Panjenengan mboten dados nyapu latar ngajeng griya?" 
(Kamu tidak jadi nyapu halaman?), tanya Paijo juga. 

"Sampun rampung tolong buatkan inum nggih jo" 
(Sudah selesai, tolong buatkan minum ya jo), jawab Purnomo. 

"Nggih, enten pak kyai Abdullah nggih ing ngajeng?" 
(Ya, ada pak kyai Abdullah ya di depan?), tanya Paijo lagi. 

"Sanes pak kyai Abdullah, jo" 
(Bukan pak kyai Abdullah, jo), jawab Purnomo lagi. 

"Oh sanes, loh terus sinten?" 
(Oh bukan, loh terus siapa?), tanya Paijo lagi. 

"Panjenengan ningal kamawon ing ngajeng jo, sampun kula kersa dhateng kamar den jene Kamil uga cah ayu riyen" 
(Kamu lihat saja di depan jo, sudah saya mau ke kamar den mas Kamil dan anak cantik dulu), jawab Purnomo lagi. 

"Oh nggih Pur" 
(Oh ya Pur), seru Paijo. 

Di kamar Kamil dan Titah lagi.. 
"Assalamu'alaikum cah ayu, den mas Kamil", Purnomo memberikan salam pada Kamil dan Titah. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Purnomo. 

"Sinten?" 
(Siapa?), tanya Titah. 

"Purnomo, cah ayu" 
(Purnomo, anak cantik), jawab Purnomo. 

"Oh, ada apa lik?", tanya Kamil. 

"Ada yang mencari den mas Kamil", jawab Purnomo. 

"Siapa?", tanya Kamil lagi. 

"Mas Frensky, den mas Kamil", jawab Purnomo. 

"Oh, ya sudah, bilang sebentar lagi saya akan ke depan gitu ya", kata Kamil. 

"Inggih den jene Kamil" 
(Iya den mas Kamil), sambung Purnomo. 

Di dapur lagi.. 
"Siap antar..", seru Paijo. 

Di depan rumah lagi.. 
"Jene Frensky" 
(Mas Frensky) 

"Inggih jene Pur" 
(Iya mas Pur), jawab Frensky. 

"Tengga sekedhap inggih, sekedhap iseh den jene Kamil medal kok"  
(Tunggu sebentar ya, sebentar lagi den mas Kamil keluar kok), kata Purnomo memberitahu Frensky. 

"Oh nggih jene Pur" 
(Oh ya mas Pur), seru Frensky. 

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Frensky dan Purnomo. 

"Wa'alaikumussalam", Frensky dan Purnomo menjawab salam dari Kamil. 

"Ada apa kamu mencari saya?", tanya Kamil. 

"Ada yang ingin saya omongin dengan mu, emm lebih tepatnya sih cerita gitu", jawab Frensky. 

"Oh, soal apa?", tanya Kamil lagi. 

"Soal aku dan istriku", jawab Frensky lagi. 

"Oh, coba ceritakan", kata Kamil. 

"Jadi seperti ini ceritanya", Frensky menceritakan semuanya pada Kamil. 

Di rumah Frensky, 
Di dapur.. 
"Kira-kira mas Frensky sedang apa ya di rumah mbak Titah, pasti sedang berdua-duaan deh, hemm.. Mas Frensky", kata Anissa yang merasa cemburu. 

Setelah Frensky menceritakan semuanya padaku dia lansung pulang kerumahnya dan memberitahu istrinya kalau dia sudah bisa menerimanya sebagai istrinya, mencoba untuk belajar mencintainya, dan memberikan nafkah untuk istrinya dengan nafkah lahir dan batin. 

Aku menelepon ayah untuk memberitahu ayah kalau lusa adalah acara selamatan empat bulanan istriku untuk anak kami yang ada di dalam kandungan istriku, lalu ayah juga memberitahu ku kalau mama juga ingin mengadakan selamatan empat bulanan istriku di jakarta, ayah ku juga meminta ku untuk merahasiakan nya dari istriku.

Satu jam kemudian.. 

Masih di depan rumah.. 
"Oh jadi seperti itu ya", kata Kamil yang baru saja mendengarkan semua cerita dari Frensky. 

"Lalu kira-kira ada saran atau tidak, untukku, onta arab?", tanya Frensky. 

"Punya pengki", jawab Kamil. 

"Apa sarannya?", tanya Frensky lagi. 

"Tunggu sebentar", jawab Kamil yang meminta Frensky untuk menunggu. 

Lima belas menit kemudian.. 

"Saran ku ya kamu bilang saja apa adanya pasa istrimu kalau kamu ingin memberikan nafkah lahir dan batin, mau belajar untuk mencintainya, dan apa yang kamu ceritakan tadi pada ku pengki..", kata Kamil yang memberikan saran pada ku. 

"Oh jadi gitu ya, ya sudah saya praktikkan di rumah nanti, saya pulang ya, oh ya lupa terimakasih ya onta arab", sambung Frensky. 

"Iya pengki", seru Kamil. 

"Assalamu'alaikum", Frensky memberikan salam pada Kamil. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Frensky. 

Di rumah Frensky, 
Di meja makan.. 
"Mas Frensky sedang apa ya sekarang di rumahnya mbak Titah, pasti sedang berdua-duaan deh", kata Anissa yang masih merasa cemburu. 

Di dalam khayalan Anissa.. 
"Assalamu'alaikum dik Titah", Frensky memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam mas Frensky", Titah menjawab salam dari Frensky. 

"Unta arab enten, mboten?" 
(Onta arab ada, tidak?), tanya Frensky. 

"Mboten enten jene, garwa kula iseh ngajar ing pesantren, enten menapa ta jene?" 
(Tidak ada mas, suamiku lagi ngajar di pesantren, ada apa mas?), tanya Titah juga. 

"Mboten, yen garwa panjenengan mboten enten ing griya bagaimana kita ngobrol wae" 
(Tidak, kalau suamimu tidak ada di rumah bagaimana kita ngobrol saja), jawab Frensky sambil memegang tangan Titah di dalam khayalan nya. 

Di luar khayalan Anissa.. 
"Iih mas Frensky pegang-pegang tangan mbak Titah tidak terima aku", kata Anissa yang masih merasa cemburu. 

"Assalamu'alaikum dik Anissa", Frensky memberikan salam pada Anissa. 

"Wa'alaikumussalam", Anissa menjawab salam dari Frensky dengan perasaan cemburu. 

"Dik Nisa ada yang ingin saya omongi dengan kamu, tapi setelah kita makan siang ya", kata Frensky. 

"Gak mau dengar kalau soal mas dengan mbak Titah yang sedang berdua-duaan di rumahnya sambil pengang-pegang tangan mbak Titah", sambung Anissa masih dengan cemburu. 

"Gak ada hubungannya dengan itu, aku mau memberitahu kamu soal saya sudah siap untuk menafkahi mu secara lahir maupun batin dan ingin menerimamu menjadi istriku yang sesungguhnya dan juga aku ingin belajar mencintaimu dan juga menerima kekuranganmu", kata Frensky lagi. 

"Benar mas?", tanya Anissa. 

"Benar istriku sayang, bagaimana malam ini kita melakukan hubungan suami istri, mau gak? ", tanya Frensky juga. 

"Mau dong mas..", jawab Anissa yang merasa senang karena suaminya sudah bisa menerimanya dan ingin memberikan nafkah padanya secara lahir maupun batin. 

Jakarta 
Di rumah ayah, 
Di ruang tengah.. 
"Telepon rumah bunyi, sepi juga, angkat saja deh", kata mang Jaja. 
                     ** 
Percakapan  Kamil dan mang Jaja lewat telepon. 

"Assalamu'alaikum, ingin berbicara dengan siapa?", tanya mang Jaja. 

"Wa'alaikumussalam, ayah ada mang?", tanya Kamil lagi. 

"Aya, hapunten ieu saha nya?" 
(Ada, maaf ini siapa ya?), tanya mang Jaja lagi. 

"Ieu Kamil, mang" 
(Ini Kamil, mang), jawab Kamil. 

"Oh den Kamil, tunggu ya saya panggilkan juragan dulu", kata mang Jaja. 

"Muhun mang" 
(Iya mang), sambung Kamil. 
                     ** 
Di ruang kerja ayah.. 
"Assalamu'alaikum", mang Jaja memberikan salam pada ayah. 

"Wa'alaikumussalam", ayah menjawab salam dari mang Jaja. 

"Masuk gak di kunci kok pintunya", kata ayah. 

"Sampurasun, hapunten juragan" 
(Permisi, maaf juragan), sambung mang Jaja. 

"Aya naon?"
(Ada apa?), tanya ayah. 

"Aya telepon juragan, tina den Kamil"
(Ada telepon juragan, dari den Kamil), jawab mang Jaja. 

"Oh nya atos sambungkan wae ka ruang kerja abdi" 
(Oh ya sudah sambungkan saja ke ruang kerja saya), kata ayah lagi. 

"Oh muhun juragan" 
(Oh iya juragan), seru mang Jaja. 
                     ** 
Percakapan Kamil dan ayah lewat telepon. 

"Assalamu'alaikum mil", ayah  memberikan salam pada Kamil. 

"Wa'alaikumussalam yah", Kamil menjawab salam dari ayah. 

"Aya naon mil?" 
(Ada apa mil?), tanya ayah. 

"Kamil ingin memberitahu yah, kalau empat bulanan Titah tidak jadi minggu depan jadinya lusa, ayah bisa tidak besok jalan ke pesantren darussalam nya?", tanya Kamil juga. 

"Bisa mil, a Fitroh juga mau ikut juga tuh katanya, oh ya mil satu lagi ayah lupa, mama pesan pada ayah kalau mama ingin kamu rahasiakan empat bulanan untuk istri di jakarta", jawab ayah. 

"Oh iya yah, Kamil akan merahasiakannya kok pada istriku, ya sudah gitu saja ya yah besok di sambung lagi, assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada ayah. 

"Iya, wa'alaikumussalam", ayah menjawab salam dari Kamil. 
                     ** 
Kediri 
Di rumahku, 
Di meja makan lagi.. 
"Loh jo, suamiku mana?", tanya Titah. 

"Di depan tuan mami", jawab Paijo. 

"Oh..", seru Titah. 

"Itu dia tuan papi nya, tuan mami", sambung Paijo. 

"Ada apa sayang?", tanya Kamil. 

"Yuk makan siang mas", jawab Titah yang mengajak suaminya makan siang bersama. 

"Yuk", sambung Kamil. 

"Tadi aku kan minta tempe mendoan ya mas, mana tempe mendoan nya?", tanya Titah yang minta tempe mendoan. 

"Ini sayang tempe mendoan nya", jawab Kamil yang memberikan tempe mendoan pada istrinya. 

Aku, istriku, Paijo dan Purnomo makan siang bersama dan setelah shalat maghrib berjama'ah di masjid Titah minta di carikan mangga muda. 

Masih di rumahku, 
Di kamar Titah dan Kamil lagi.. 
"Mas yuk kita maghriban berjama'ah di masjid", ajak Titah. 

"Yuk sayang", sambung Kamil. 

Di rumah Frensky, 
Di depan rumah.. 
"Sa, hayuk", ajak Frensky. 

"Inggih jene" 
(Iya mas), sambung Anissa. 

Di masjid pesantren darussalam.. 
"Assalamu'alaikum", Anissa dan Frensky memberikan salam pada Titah, Kamil, Paijo, dan Purnomo. 

"Wa'alaikumussalam", Titah, Kamil, Paijo, dan Purnomo menjawab salam dari Frensky dan Anissa. 

"Mas, Titah  masuk ke dalam ya", Titah pamit pada suaminya dan mencium tangan suaminya. 

"Iya sayang, sa titip Titah ya", pinta Kamil. 

"Inggih mas, mas Frensky, Anissa juga masuk ke dalam ya", Anissa juga pamit pada suaminya dan mencium tangannya. 

"Inggih dik" 
(Iya dik), seru Frensky. 

"Assalamu'alaikum", Titah dan Anissa memberikan salam pada Frensky, Kamil, Purnomo dan Paijo. 

"Wa'alaikumussalam", Frensky, Kamil, Purnomo dan Paijo menjawab salam dari Titah dan Anissa. 

Di rumah Frensky, 
Di depan rumah lagi.. 
"Mbak Titah, mas Kamil duluan ya", kata Anissa. 

"Iya sa..", seru Titah dan Kamil. 

"Assalamu'alaikum", Frensky dan Anissa memberikan salam pada Kamil, Titah, Paijo, dan Purnomo. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil, Titah, Paijo, dan Purnomo menjawab salam dari Anissa dan Frensky. 

"Sayang yuk pulang", ajak Kamil. 

"Yuk mas", sambung Titah. 

Di rumahku, 
Di depan rumah.. 
"Pur.." 
"Inggih cah ayu, enten menapa?" 
(Iya anak cantik, ada  apa?), tanya Purnomo. 

"Tolong bukain pintunya ya", jawab Titah. 

"Oh nggih cah ayu" 
(Oh ya anak cantik), seru Purnomo. 

Kami pun masuk kedalam rumah dan tidak lupa memberikan salam pada penghuni yang ada di rumah. 

Di kamar Titah dan Kamil lagi.. 
"Mas.." 
"Iya sayang kenapa?", tanya Kamil. 

"Aku kepingin mangga muda", jawab Titah. 

"Kamu ngidam lagi ya sayang?", tanya Kamil lagi. 

"Iya mas, cariin ya", jawab Titah yang minta di carikan mangga muda. 

"Siap bidadari surga ku, ibu negaraku", Kamil menuruti permintaan dari istrinya. 

Aku pun pergi keluar untuk mencari buah mangga muda untuk istriku. 

mengisahkan seorang laki-laki yang mencintaimu perempuan dia adalah keponakan dari pemilik pesantren Darussalam itu sendiri & juga teman kecil dari laki-laki tersebut. 
mereka di jodohkan & akhirnya mereka menikah dikaruniai anak kembar tiga, yang kemudian mereka tinggal di Prancis untuk melanjutkan bisnis ayah dari laki-laki itu

tokoh : 
Frenski
Rivan
pak Kyai Abdulloh
Paijo
Purnomo
Titah
Kamil
dll

Di rumah pak Nano,  
Di depan rumah..  
"Alhamdulillah sampai juga", sorak Titah. 

"Hadeh, adik gue yang satu ini, gak pernah berubah", keluh Aldi. 

"Den mas.."  
"Ya, mas Arief tolong ya, biasa mobil", pinta Aldi. 

"Iya..", Arief melaksanakan perintah dari Aldi. 

Di dapur..  
"Mbak Darmi.."  
"Inggih, eh cah ayu"  
(Iya, eh anak cantik), jawab Darmi. 

"Ini belanjaan untuk makan malam hari ini, jadi mbak Darmi gak usah masak terlalu banyak ya karena..", pinta Titah menjelaskannya pada Darmi yang di potong perkataannya oleh Aldi. 

"Karena mau ada tamu, tamu special dan makan malam di rumah mbak..", sambung Aldi yang memotong pembicaraannya Titah. 

"Nah betul itu, ini taruh di kulkas ya", pint Titah lagi. 

"Jagi laksanakan"  
(Siap laksanakan), Darmi melaksanakan perintah dari Titah. 

"Eh iya, jangan lupa lu ya", kata Titah. 

"Apaan?", tanya Aldi. 

"Bantuin gue masak buat makan malam nanti", jawab Titah. 

"Oksi..", seru Aldi. 

Di rumah pak Ubaidillah,  
Di ruang tamu..  
"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada keluarganya. 

"Wa'alaikumussalam", keluarganya menjawab salam dari Kamil. 

Di ruang tv..  
"Troh.."  
"Muhun yah"  
(Iya yah), jawab Fitroh. 

"Di jabi aya saha?"  
(Di luar ada siapa?), tanya ayah Kamil. 

"Kamil, yah..", jawab Fitroh. 

"Mah.."  
"Hayuk yah..", mama Kamil mengajak ayah Kamil untuk melihat keadaan Kamil. 

Di ruang tamu lagi..  
"Kasep.."  
"Muhun mah"  
(Iya mah), jawab Kamil. 

"Bagaimana, kamu terbukti tidak bersalah kan?", tanya mama Kamil. 

"Muhun mah"  
(Iya mah), jawab Kamil lagi. 

"Alhamdulillah", semua keluarga mengucapkan rasa syukurnya. 

"Oh iya mah, mamah gak usah masak untuk makan malam ya, karena kita di undang makan malam", kata Kamil. 

"Timanten mil?"  
(Dimana mil?), tanya ayah Kamil. 

"Di imahna calon salaki korban yah" 
(Di rumah nya calon suami korban yah), jawab Kamil. 

"Oh..", seru ayah Kamil. 

"Ya nanti mama bilangin ke bibi gak usah masak ya", sambung mama Kamil. 

"Muhun mah, nya atos lamun kitu Kamil hoyong ka kamar baheula, hoyong leleson kitu, hehe.."  
(Iya mah, ya sudah kalau gitu Kamil mau ke kamar dulu, mau istirahat gitu, hehe), kata Kamil yang pamit ke kamar nya untuk istirahat. 

"Oh nya atos"  
(Oh ya sudah), seru mama Kamil. 

Kamil, Aldi, dan Titah istirahat di kamar dan di rumah mereka masing-masing, malam pun tiba, Kamil datang ke rumah pak Nano bersama dengan keluarga nya, di garasi mobil Titah melihat mobilnya Kamil, Titah langsung menyuruh Arief untuk pergi dan Titah mulai menjalankan rencananya untuk mengempeskan ban mobilnya Kamil. 

Masih di rumah pak Ubaidillah,  
Di depan rumah..  
"Sudah siap semua mah?", tanya Kamil. 

"Sudah mil", jawab mama Kamil. 

"Ya sudah yuk jalan", kata Kamil. 

"Ya, kamu jalan duluan ya mil, mama, teteh, dan aa ikutin kamu dari belakang", sambung mama Kamil. 

"Oke siap mah..", seru Kamil. 

Di rumah pak Nano,  
Di dapur..  
"Yes selesai, hehe", sorak Titah. 

"Berarti gue tata meja makan ya?", tanya Aldi. 

"Enak saja, elu yang bersihkan dapurnya dan gue yang tata di meja makan", jawab Titah. 

"Tapi kan elu yang masak-masak, masa gue yang bersihkan dapur sih..", keluh Aldi yang beralasan pada Titah. 

"Ye itu mah dl..", seru Titah. 

"Apaan tuh?", tanya Aldi. 

"Derita elu..", jawab Titah.

"Sue lu dik..", keluh Aldi. 

"Hehe..", Titah hanya tertawa. 

Di ruang tengah..  
"Siapa diajeng?", tanya ayah Titah. 

"Tidak tau kangmas", jawab ibu Titah. 

"Mi, Darmi.."  
"Inggih kanjeng romo"  
(Iya kanjeng romo), jawab Darmi. 

"Tolong panjenengan mriksa wonten sinten teng ngajeng nuwun"  
(Tolong kamu lihat ada siapa di depan ya), pinta ayah Titah. 

"Jagi kanjeng romo"  
(Siap kanjeng romo), Darmi melaksanakan perintah dari ayah Titah. 

Di depan rumah..  
"Assalamu'alaikum", Kamil dan keluarga memberikan salam pada Darmi. 

"Wa'alaikumussalam", Darmi menjawab salam dari Kamil dan keluarga. 

"Maaf mau bertemu dengan siapa ya?", tanya Darmi. 

"Saya ingin bertemu dengan mas Aldi, mbak..", jawab Kamil. 

"Oh, den Aldi, ya sudah yuk masuk dulu masnya", Darmi mempersilahkan Kamil dan keluarga untuk masuk ke dalam rumah. 

"Oh iya mbak..", seru Kamil. 

Di ruang tamu..  
"Tunggu di sini saja dulu ya, saya mau ke kamar den mas Aldi", kata Darmi. 

"Oh iya mbak", sambung Kamil. 

Di kamar Aldi..  
"Assalamu'alaikum mas Aldi, loh kok gak ada, mas Aldi kemana ya, ya sudah bikinkan minum dulu lah untuk tamunya den mas Aldi", kata Darmi. 

Di meja makan..  
"Tinggal, piring, gelas, sendok, dan airnya saja yang belum ada di meja makan", kata Titah yang memperhatikan semua yang di perlukan untuk makan malam hari ini di rumah. 

Di dapur lagi..  
"Alhamdulillah selesai", kata Aldi. 

Di meja makan..  
"Kok kaya hp ku ya yang bunyi, yah kouta internet bulanan ku habis lagi, bagaimana ya caranya ini kan belum selesai", kata Titah melihat SMS di hpnya. 

"Dapur selesai ya", sambung Aldi memberitahu Titah. 

"Oke tapi gue butuh bantuan elu nih di", kata Titah lagi. 

"Apaan?", tanya Aldi. 

"Nih, di tata ya", jawab Titah. 

"Oke..", seru Aldi. 

"Sip..", sambung Titah. 

"Eeh.., tunggu", Aldi menghentikan langkah Titah. 

"Apaan lagi sih di?", tanya Titah. 

"Elu mau kemana emang, mandi ya, curang lu, gue saja belum mandi, elu sudah mau mandi duluan?", tanya Aldi juga. 

"Benar itu yang pertama", jawab Titah. 

"Yang kedua?", tanya Aldi lagi. 

"Yang kedua gue mau beli pulsa, internet gue habis..", jawab Titah lagi. 

"Perasaan gue kan di rumah ini pake WiFi dik, kok malah beli pulsa, internet lagi..", kata Aldi. 

"Iya sih pake WiFi, tapi kan kalau gue keluar rumah apa bisa itu WiFi gue bawa-bawa?", tanya Titah. 

"Enggak sih dik", jawab Aldi. 

"Nah itu tau, pake ini kenapa, gue rasa sih gara-gara gagal nikah kemarin jadi kaya gini nih hadeh..", kata Titah yang mengeluh. 

"Emm terus deh.., ya sudah sana kalau kamu masih di sini kapan selesai meja makannya, habis ini mandi..", sambung Aldi yang mengeluh juga. 

"Oksi kakak..", seru Titah. 

"Hadeh.., adik gue, adik gue, hemm..", kata Aldi yang mengeluh lagi. 

Di dapur lagi..  
"Tumben pawon ku resik biyasa ne saksampune ing pake jene Aldi uga mbak Titah reged uga kula ugi ujung-ujung e ingkang resik-resik ing pawon, sampun nggawe inum kamawon konjuk tamu"  
(Tumben dapur ku bersih biasa nya setelah di pake mas Aldi dan mbak Titah kotor dan saya juga ujung-ujungnya yang bersih-bersih di dapur sudah bikin minum saja untuk tamu), kata Darmi. 

Di ruang tengah lagi..  
"Nduk"  
(Nak) 

"Nggih pak"  
(Iya pak), jawab Titah. 

"Kersa dhateng pundi?"  
(Mau kemana?), tanya ayah Titah. 

"Kersa kesah medal sekedhap, biyasa pak, pulsa, hehe.."  
(Mau pergi keluar sebentar, biasa pak, pulsa, hehe..), jawab Titah tertawa. 

"Oh nggih sampun.."  
(Oh ya sudah..), seru ayah Titah. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada ayahnya. 

"Wa'alaikumussalam", ayah Titah menjawab salam dari Titah. 

Di meja makan lagi..  
"Loh, loh, mas Aldi ada di sini, saya cari di kamar loh mas tadi", kata Darmi yang melihat Aldi dan membawa minuman juga untuk tamu. 

"Kebetulan ada mbak Darmi, itu minuman untuk siapa?", tanya Aldi. 

"Ini, oh iya lupa untuk tamu yang mencari mas Aldi, saya ke sana dulu ya", jawab Darmi. 

"Gak usah mbak, biar saya saja yang ke sana anter minumannya, kamu tata meja makannya ya", pinta Aldi.

"Jagi den jene.."  
(Siap den mas..), Darmi melaksanakan perintah dari Aldi. 

Di ruang tengah lagi..  
"Loh, loh, di.., minuman sebanyak itu mau dibawa kemana?", tanya ayah Titah. 

"Mau dibawa keluar pak, ada tamu", jawab Aldi. 

"Oh, loh kok Darmi gak bilang kalau di depan ada tamu, kalau tau ada tamu ke sana", kata ibu Titah. 

"Gak tau, lupa kali mah..", sambung Aldi. 

"Ya sudah yuk diajeng ke depan", ayah Titah mengajak ibu Titah ke ruang tamu. 

"Yuk kangmas", sambung ibu Titah. 

Di garasi mobil..  
"Loh, loh, loh, kok di sini ada mobil sih, siapa sih yang parkir mobil di sini, dan mobil siapa lagi nih?", Titah bertanya-tanya. 

"Mbak Titah mau masukin motor ya?", tanya Arief. 

"Pake nanya lagi, nih kamu masukin motor saya", pinta Titah. 

"Inggih, inggih, mbak..", Arief melaksanakan perintah dari Titah. 

"Ya sudah sana, eeh tunggu sebentar deh, ini kaya mobil yang menabrak mbak Widya deh, emang dasar orang kaya ya sombong banget sampai nyewa pengacara loh biar bisa bebas dari yang namanya hukum, kaya nya hukum dulu dan hukum sekarang beda deh, hukum sekarang bisa di beli pakai uang, Astaghfirullahalhazim, ini harus saya kerjain nih mobil ini, aha.., aku ide, tapi sebelum itu aku mau lihat plat mobilnya dulu nih", kata Titah. 

"Sudah mbak Titah", Arief memberitahu Titah. 

"Oke, ya sudah sana jaga depan lagi, awas lu molor, bilangin bapak nih", Titah meminta Arief untuk pergi. 

"Jang, jang, jangan mbak Titah", Arief ketakutan. 

"Ya sudah sana", pinta Titah lagi. 

"Inggih mbak Titah.."  
(Iya mbak Titah..), Arief melaksanakan perintah dari Titah. 

"BK4M1L, tuh kan benar, ku kempiskan saja ban mobilnya", kata Titah yang akan mengempiskan ban mobilnya Kamil. 

Di ruang tamu lagi..  
"Maaf ya di anggurin lama, Aldi baru kasih tau kalau di depan ada tamu", kata ibu Titah. 

"Oh iya bu, tidak apa", sambung Kamil. 

"Ngger.."  
(Nak..) 

"Inggih pak"  
(Iya pak), jawab Aldi. 

"Kok Titah belum pulang ya, kamu cari gih, bilang di rumah ada tamu, gitu ya", pinta ayah Titah dengan berbisik. 

"Iya pak..", Aldi melaksanakan perintah dari ayahnya dengan berbisik juga. 

Di depan rumah..  
"Loh mas Aldi, cari siapa?", tanya Arief. 

"Titah, oh ya mas, Titah sudah pulang belum ya, beli pulsa tadi?", tanya Aldi juga. 

"Sudah mas Aldi, di garasi mobil", jawab Arief. 

"Oh gitu, ya sudah saya ke sana deh..", kata Aldi. 

Di garasi mobil..  
"Yes akhirnya kempis juga ini ban mobil, haha..", kata Titah yang kesenangan karena ban mobil Kamil berhasil di kempiskan oleh nya. 

"Tah, dik.."  
"Duh mas Aldi lagi, tangan kotor lagi, untung ada kran air, cuci tangan dulu ah..", kata Titah lagi. 

"Kok gak ada sahutan ya, coba lagi deh, dik..", Aldi mencoba kembali untuk memanggil Titah. 

"Iya mas..", jawab Titah. 

"Yuk ke dalam, ada tamu", Aldi mengajak Titah ke ruang tamu. 

"Oh ya sudah duluan saja, mau ke kamar dulu cas hp sekalian mandi", kata Titah. 

"Cepat ya, jangan lama, awas lu lama", sambung Aldi. 

"Ya Aldi..", seru Titah. 

Titah pun masuk ke kamar untuk mengecas hpnya dan mandi. 

Di kamar Titah.. 
"Cas hp, mandi deh..", kata Titah. 

Di ruang tamu lagi.. 
"Assalamu'alaikum", Aldi memberikan salam pada semua yang ada di ruang tamu. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Aldi. 

"Timanten di?" 
(Darimana di?), tanya ibu Titah. 

"Bapa nyuhunkeun Aldi kanggo pilari Titah mah" 
(Bapak minta Aldi cari Titah mah), jawab Aldi. 

"Oh, terus aya teu?" 
(Oh, terus ada gak?), tanya ibu Titah lagi. 

"Aya ti kamar, ibak" 
(Ada di kamar, mandi), jawab Aldi lagi. 

"Oh..", seru ibu Titah. 

Kamil dan keluarga Aldi mengobrol di ruang tamu, sedangkan Titah masih mandi di kamarnya. 

Dan lima jam kemudian atau tepatnya jam enam sore barulah Titah selesai mandi, Titah sholat maghrib di kamarnya begitu juga dengan keluarga Kamil, Aldi, ayah, dan ibu Titah juga sholat maghrib berjama'ah di musholah yang ada di rumah pak Nano. 

Setelah sholat maghrib berjama'ah keluarga pak Nano dan keluarga pak Ubaidillah makan malam bersama. 

Di meja makan lagi.. 

"Darmi.." 

"Inggih kanjeng romo" 

(Iya kanjeng romo), jawab Darmi. 

"Tolong kamu panggilkan Titah di kamarnya ya", pinta ayah Titah. 

"Jagi kanjeng romo, ngapura kanjeng romo" 

(Siap kanjeng romo, maaf kanjeng romo) 

"Nggih mi, enten menapa?" 

(Ya mi, ada apa?), tanya ayah Titah. 

"kula mboten mboten dados memanggil mbak Titah dhateng kamarnya kanjeng romo" 

(Saya tidak jadi memanggil mbak Titah ke kamarnya kanjeng romo), jawab Darmi. 

"Loh kok gitu mi, kenapa?", tanya ibu Titah. 

"Maaf kanjeng ibu, itu mbak Titah nya sudah datang", jawab Darmi menunjuk ke arah Titah. 

"Oh ya sudah sana kembali ke dapur lagi ya", pinta ibu Titah dengan berbisik. 

"Inggih, laksanakan kanjeng ibu, amit" 

(Iya, laksanakan kanjeng ibu, permisi), Darmi melaksanakan perintah dari kanjeng ibu. 

Ketika Titah melangkah turun ke bawah untuk makan malam bersama di rumahnya, Kamil melihat Titah tidak berkedip sedetik pun dengan mulut terbuka. 

Masih di meja makan.. 

"Maaf pak, bu, itu Titah putri kami", kanjeng ibu memperkenalkan Titah kepada mama dan ayah Kamil. 

"Aah.., paling jel lek.., can tik banget", kata Kamil di dalam hati ketika melihat Titah tidak berkedip sedetik pun dengan mulut terbuka. 

"Emm si Kamil mulai dah", teh Kulsum mengeluh ketika Kamil melihat Titah tidak berkedip sedetik pun dengan mulut terbuka. 

"Kunaon teh?" 

(Kenapa teh?), tanya Fitroh. 

"Eta troh" 

(Itu troh), jawab teh Kulsum. 

"Eta naon?" 

(Itu apa?), tanya Fitroh lagi. 

"Eta si kamil, troh, doja tingali anjeunna deh troh" 

(Itu si Kamil, troh, coba lihat dia deh troh), jawab teh Kulsum lagi yang meminta Fitroh untuk melihat ke arah Kamil. 

Deskripsi cerita Bukan Jodha Akbar : 
Kisah ini adalah kisah cinta yang berawal dari benci menjadi cinta. 
Beberapa bulan setelah mereka menikah barulah benih-benih cinta di antara keduanya tumbuh dan mereka di karuniai lima orang anak laki-laki dan tiga orang perempuan.

peer e kamil drama novel

Titah Kamil

Cinta Pertama ku

Awas ada Paijo!!

Kamil untuk Titah

Suami Suami Takut Mertua (SSTM)

The Past: Exposed (Visit My Teenage Drama)

falling love again

OLD COF

Ada Cinta di Pesantren Darussalam

Bukan Jodha Akbar

People search peer e kamil drama also like: