"Widih, gila bro. Si Anya anak kepala sekolah itu body nya bener-bener nggak tahan gue," ucap Riko saat mereka sedang berada di kantin kampus sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Ah nggak mantep-mantep banget, mantep lagi si Pika anak kedokteran itu loh. Lo kalau liat pasti nggak akan berkedip deh. Itu baru liat doang apalagi kalau coba?" Timpal Leo ikut masuk dalam obrolan.
"CK! Dasar! Lo pada cuma bisa liat dan mengagumi doang aja huh?" Cowok berparas hitam manis dengan lubang pipi dari di sebelah kanan itu merapikan kerah jaketnya. "Gue dong, udah pernah mencicipi mereka berdua." Lanjut cowok itu yang diketahui bernama Gilang.
Sontak saja hal itu langsung membuat Leo dan juga Riko terbelalak. Mereka tidak menyangka bahwa Gilang yang paling pendiam diantara mereka berempat malah paling pro disini.
"Seriusan Lo?" Tanya Aksa, ia yang sejak tadi menjadi pendengar setia itu kini seperti ikut tertarik masuk dalam obrolan ketiga sahabatnya.
Gilang menganggukkan kepalanya, "Nggak percaya?" Tanya Gilang.
Mereka bertiga saling pandang satu sama lainnya, bukannya Gimana ya tapi ini Gilang Ramadhan loh, anak yang paling kalem, terus pendiam di antara mereka. Bicara juga irit banget kayak mubazir kalau ngomong terlalu banyak. Kadang di chat grup juga sama kayak gitu.
Mereka sih positif thinking aja sama temen sendiri, mungkin saja jari jemari Tangan Gilang rapuh jika di buat ketik panjang-panjang.
Tahu akan Jawaban yang diberikan oleh sahabatnya itu, Gilang tersenyum penuh makna. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jaket nya itu. Tangan nya bergerak dengan sangat lincah seperti mencari sesuatu di ponselnya.
"Cari apaan sih Lang?" Tanya Riko yang penasaran.
"Sebentar."
Riko terus saja mencari, tak lama kemudian ia tersenyum sambil melihat satu persatu wajah sahabatnya yang sedang kebingungan itu.
"Nih gue kasih Lo liat videonya." Ucap Gilang dan kemudian keempat orang itu membuat lingkaran begitu kecil.
Ini adalah rahasia dan sudah sepatutnya mereka saling menjaga rahasia dari sama lainnya.
Baru saja Gilang memeluk tubuh Anya di video itu, seorang pelayan datang menghampiri meja mereka hingga membuat mereka kembali duduk di tempat mereka masing-masing.
"Permisi, mau antar pesanan nya nih." Ucap Tika, kakak-kakak janda anak satu. Katanya selain menjadi pelayan di kantin ini ia juga jadi Panggilan mahasiswa yang kesepian.
Empat orang yang sedang kesal itu karena tontonan mereka terganggu hanya mengangguk saja. Membiarkan kakak janda itu menjalankan pekerjaannya.
"Silahkan dinikmati." Ucap Tika itu dengan suara yang dibuat sangat menggoda di depan empat orang idola kampus.
Pakaian nya yang seksi seperti kekurangan bahan membuat cowok mana yang tak tergiur. Kadang ia juga sering pakai baju yang transparan menampakkan warna Bra nya.
Tapi Alhamdulillah, meskipun mereka adalah orang-orang yang kesepian tapi tak pernah terniatkan untuk mencicipi janda. Jadi sama sekali iman mereka tidak pernah goyah saat berhadapan dengan Tika.
Sekarang mungkin saja tidak tapi tidak tahu nanti. Semuanya masih menjadi rahasia.
Setelah kepergian Tika, kakak-kakak Janda anak satu itu mereka kembali berkumpul untuk melanjutkan menonton video yang sempat terjeda tadi itu.
Dari pintu masuk, terlihat Lisa dan juga Alfa memasuki kantin. Mata Lisa menatap pada segerombolan anak yang sepertinya sedang sibuk entah apa yang Mereka buat itu.
"Itu bukannya geng Aksa ya Lis?"
"Iya, mereka ngapain ya Al?"
Lisa dan juga Alfa berhenti pada salah satu stand untuk memesan makanan. Bagaimanapun perut membutuhkan makan setelah seharian di biarkan kosong.
"Yah, memangnya ngapain lagi sih Lis kalau cowok udah pada ngumpul gitu? Pasti nya liat nganu lah." Jawab Alfa.
"Maksud nya?" Tanya Lisa yang memang nggak ngerti sama sekali apa yang dimaksud dengan nganu. Lisa ini terlalu polos sekali, padahal udah pernah dicium sama Aksa kemarin.
Alfa menarik napasnya, ia lupa kalau sahabatnya itu adalah orang yang polos, mana ngerti dia bahasa kayak gituan.
"Nonton video dewasa Lis. Apa perlu gue jelasin juga apa itu video dewasa dan bagaimana deskripsi video itu?" Jawab Alfa. Beginilah jika mendapat kan sahabat yang kelewatan polos nya.
Mata Lisa terbelalak mendengar itu, tiba-tiba wajahnya menjadi Semerah tomat saat ini. Mengingat kata dewasa ia menjadi ingat bagaimana bibirnya dan juga bibir Aksa yang tak sengaja bertemu waktu itu.
"Udah ah, Lo mau pesan apa Lis?" Tanya Alfa.
"Miso pake bakso nggak pakai toge ya."
"Itu aja? Minumnya apa?"
"Kasih teh manis aja. Gue ke Mereka dulu ya Al, mau ketemu Aksa."
"Mau ketemu Aksa atau mau ikutan nonton video dewasa?" Goda Alfa, ia tahu bahwa Lisa tak akan mungkin nonton.
"Ih apaan sih, nggak ya. Gue nggak akan membiarkan mata gue rusak gara-gara melihat yang nggak seharusnya."
"Mending mata yang rusak buat gue sih Lis, daripada harus diri yang rusak."
Lisa menganggukkan kepalanya, benar juga apa yang dikatakan oleh Alfa itu. Lagian hal seperti ini sudah sangat sering terjadi di ibukota ini.
"Ya udah deh Kai gitu gue ikutan nonton aja deh dulu Al."
"Eh jangan dong, lo mau main nonton aja. Nggak boleh ya."
"Lah tapi kata Lo tadi nggak apa-apa mata yang rusak daripada diri yang rusak."
"Aataga, pusing ngasih tahu anak kelewatan polos kayak Lo ini Lis."
Lisa terkekeh dan kemudian ia langsung melangkah untuk menuju ke arah meja Aksa dan teman-teman nya sedang berkumpul itu.
Jika yang dikatakan oleh Alfa itu benar, pokoknya ia tak mau lagi ketemu dengan Aksa sampai kapan pun.
Lagian suka heran sama para cowok ini, kenapa sukanya nonton yang kayak gituan sih. Nanti kalau kepengen gimana? Kan repot sendiri jadinya.
Pantas aja Aksa selalu bicara hal-hal yang menyeleneh Mungkin karena sering nonton kayak gituan kali ya. Jika benar seperti itu, ia harus menyuruh Aksa untuk me-restart ulang otaknya itu.
Kaki Lisa berhenti melangkah saat sudah berada di meja mereka. Sepertinya mereka begitu fokus menontonnya sampai tidak menyadari kalau ada dirinya disini. Biasanya mereka semua nya akan menggoda dirinya tapi sekarang malah pada sibuk melihat video.
Lisa berdehem untuk memulai, "Permisi." Ucap Lisa yang langsung membuat keempat cowok-cowok itu menoleh ke arah Lisa yang sedang mengembangkan senyum.
Ia melambaikan tangannya ke arah empat cowok itu.
"Hai." Sapa Lisa dengan sangat ramah Sekali.
Gilang mengambil ponselnya itu dan kemudian memasukkan nya ke dalam saku jaketnya lagi. Entah karena sahabat kali ya hingga mereka begitu kompak sekali memasang wajah pucat Karena terkejut.
"Hai Lis." Sapa mereka berempat serentak.