***
Hari ke dua di Rumah Sakit membuat Vio bosan... Aldi masuk dengan memakai snelli di ikuti oleh suster. setelah mengecek keadaan Vio, Aldi tersenyum.
"Makan yang banyak! jangan mikirin apa- apa, mikirin aku aja biar enggak setress!" Aldi tersenyum sambil memandang lembut Vio, suster di belakang Aldi terkikik terus menutup mulutnya. Vio jadi ikut ketawa...
"Iya deh Vio mikirin Dokter Aldi aja ..." Vio sambil tersenyum malu.
"Ya sudah aku tinggal dulu ya Vi, nanti kalau pekerjaanku sudah selesai, aku kesini lagi." Vio mengangguk.
Setelah Aldi keluar pintu di ketuk seseorang,
"Masuk!" jawab Vio, Sely masuk dengan wajah cemas,
"Vio..." sely memeluk Vio, Vio menangis...
"Maafin Dony Vi...!" Vio mengatur nafasnya dan menghentikan tangisannya,
"Vio pikir dengan Vio kesana kak Dony akan berubah pikiran, tapi Vio salah kak... tapi tidak apa- apa setidaknya Vio tau alasannya kenapa kak Dony mutusin Vio...mungkin wanita itu lebih baik dari Vio..." air mata Vio keluar deras lagi...
mereka tidak tau Aldi sama Radit
mendengarkan semua pembicaraan mereka.
"Tidak Vi... kak Sely tau wanita itu seperti apa." Jawab Sely...
"Entahlah kak, buktinya Kak Dony ninggalin Vio demi dia, Vio tidak ada artinya di mata kak Dony kak," air mata Vio berjatuhan sendiri di pipinya begitu saja,
"Caramu memperlakukan Dony tulus Vio..."
"Karena Vio memang mencintainya bahkan sampai saat ini... tapi, semakin Vio ingat kejadian itu semakin sakit kak." Suara Vio lemah.
mendengar kata- kata Vio, Radit dan Aldi mengepalkan tangannya.
"Kak Sely tau apa yang kamu rasain..." Setelah berbincang hal yang lain sely pamit pulang.
***
Hari ke 3 di RS, Vio sudah di perbolehkan pulang...
Aldi masuk ruangan dan menyerahkan tas kecil ke Vio.
"Ini apa Al?" Vio menatap Aldi, Aldi tersenyum lembut,
"Hape... punya kamu sudah hancur bukan? sudah aku kasih nomor baru, nomor lama tidak usah di pakai lagi!"
"Vio bisa beli sendiri Al..." Aldi duduk di samping Vio,
"Pake ini aja! sudah tanggung di beliin, buat apa aku punya hape banyak?" Tatapan Aldi serius.
"Oke Vio pakai, makasih." Aldi mengangguk.
"Ayo kita pulang ! Radit masih banyak pasien jadi pulangnya sama aku aja." Vio hanya menurut dan menganggukan kepalanya.
***
Setelah kejadian malam itu Dony selalu gelisah...
"Aku salah mempertahankan Linda ... Sial..." di pegangnya handphone dan ditekan nomor Vio tapi sudah tidak aktif lagi, sudah hampir satu minggu Dony menghubungi Vio tapi selalu gagal, Dony tidak tahu kalau nomor Vio udah di ganti. Akhirnya Kakaknya yang di hubungin.
"Kak, nomor Vio kenapa tidak aktif?" Dony bertanya kepada kakaknya, Sely menahan amarahnya.
"Baru keluar dari Rumah Sakit, mungkin sudah tidak menggunakan Hape..." Jawab Sely ketus.
"Vio kenapa kak?" Nada Dony cemas,
"Apa pedulimu..." Sely langsung memutus sambungan teleponnya.
Dony semakin gelisah dan memutuskan untuk pulang....
***
Keadaan Vio belum sembuh benar wajahnya masih terlihat pucat, senyumnya menghilang, untung saja kejadian ini pas di hari libur panjang sekolah kalau tidak, sepertinya Vio bakal ketinggalan pelajaran karena kejadian ini.
Radit dan Aldi bergantian menjaga Vio dengan senang hati, berusaha membuat Vio sedikit tersenyum.
Pagi itu Vio duduk di kursi depan Villa di temanin Aldi, mata Vio menatap lurus ke lautan tatapannya kosong, di saat bersamaan ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh, Dony... Menatap Vio rasanya sakit sekali, menyasal, dan sekarang tak dapat berbuat apa- apa, untuk menemuinya saja bahkan Dony tidak punya keberanian. Dony segera pergi dari tempat itu dia takut Vio melihatnya.
***
Berangsur- angsur keadaan Vio membaik, sikapnya udah kembali seperti biasa melakukan aktifitas seperti biasa namun badannya masih keliatan kurus.
"Pagi Dit..." sapanya ketika Radit melewati dapur, Radit melihat ke arah Vio.
"Sarapan! " Ajak Vio, Radit mengangguk dan meneguk susu yang udah dibuatkan Vio,
"Kamu cantik Vi..." Vio ketawa mendengar pengakuan Adit.
"Kamu baru nyadar kalo aku cantik?" Vio melirik ke arah Radit.
"Kalau bukan saudaraku, kamu sudah ku pacarin dari dulu." kata Radit sambil ketawa.
"Enggak mau akh takut putus." kata Vio sambil nyengi,
"Dit bentar lagi Vio ujian akhir, bantu Vio belajar yah!" muka Vio berubah serius.
"Oke Tuan Putri..." ledek Radit .
***
Ujian telah selesai...
Saatnya Vio melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, Vio tidak mencari fakultas di luar daerah melainkan mencari yang dekat tapi berkualitas, Tante Vio dan Radit sempet protes tapi Vio bilang, kalau Vio mau sekolah sambil kerja belajar mengurus perusahaan Ayahnya. Setelah tau alasan Vio, mereka ngerti.
Vio tak pernah mengeluh walau jadwal Vio tiap hari padat, hanya sesekali Vio bersantai di Villanya hal itu Vio lakukan untuk membuang jauh- jauh Dony dari pikirannya...
Dikantor, Vio masih di bantu Tantenya , Vio masih harus banyak belajar untuk mengendalikan perusahaannya, sepulang kantor Vio pergi kuliah sampai malam begitu seterusnya ...
***
Sepulang kuliah Vio menjalankan kendaraannya pelan- pelan melewati alun- alun kota saat berhenti di lampu merah tidak sengaja Vio melihat mobil di sampingnya.
"Mobil Dony..." gumamnya di samping kemudi ada perempuan bersamanya,hati Vio masih sakit tapi tidak sesakit dulu, mungkin ini sisa- sisanya.
Setelah lampu hijau, Vio membelokan kendaraannya ke arah Villa masuk kepekarangan Villa dan memarkirkan kendaraannya.
Vio melihat lampu Villa Aldi masih gelap tapi mobil Aldi masih terparkir. Vio memutuskan untuk mengetuk pintu, tidak ada suara apapun dari dalam, Vio mencoba mendorong pintu yang kebetulan tidak di kunci, Vio memberanikan masuk dan menyalakan lampu melihat di sekitarnya Aldi tidak ada,
Vio terus memanggil Aldi cuma terdengar erangan lemah dari kamar, Vio membuka pintu kamar dan melihat Aldi di tempat tidur menggigil, Vio pergi ke dapur mengambil air hangat dan mengompres Aldi, tapi setelah 1 jam lebih tidak ada perubahan, malah semakin panas saja membuatnya panik, akhirnya Vio menghubungi Radit dan menceritakan semuanya, setelah mendengarkan arahannya, Vio agak terkejut tapi, Vio pikir tidak ada pilihan lain, apa lagi setelah nanya stok obat di rumah Aldi tidak ada dan di tempat Vio jg kebetulan kosong,
Tanpa pikir panjang Vio membuka baju Aldi semuanya yang tersisa cuma CD saja dan Vio melakukan hal yang sama, Vio masuk kedalam selimut dan memeluk Aldi, Aldi sempet terbelalak melihat yang di lakukan Vio Apalagi melihat tubuh indah Vio, tapi Aldi sangat lemah jadi, hanya terdiam memejamkan matanya, karena kelelahan Vio tertidur lelap, dan ketika bangun di pagi harinya, Vio setengah berteriak kaget melihat Aldi di sampingnya apa lagi, tangan Aldi melingkar di pinggangnya.
"Vi... " Suara Aldi lemah dan melepaskan tangannya, Vio tertunduk malu, setelah ingat dia yang melakukan ini, segera Vio mengenakan pakaiannya dan mengecek suhu tubuh Aldi, yang masih demam tapi sudah tidak se tinggi sebelumnya, Vio pergi ke dapur membuatkan bubur dan teh hangat untuk Aldi dan segera kembali kekamar.
"Al... makan dulu!" Vio dengan pelan membangunkan Aldi kemudian membuka lemari mengambil kaos buat di kenakan Aldi membantu Aldi bangun dan menumpukan bantal untuk Aldi bersandar, dengan cepat Vio mengenakan kaos ke tubuh Aldi, Vio sempat beradu pandang dan membuat jajah Vio berubah menjadi merah jambu. Vio duduk di sebelah Aldi menyodorkan teh dan tangan satunya lagi memegang mangkuk Aldi meneguk tehnya dan Vio menyuapi Aldi beberapa suap sampai Aldi menggelengkan kepalanya, vio berhenti dan menatap Aldi.
"Kenapa seorang Dokter bisa sakit?" protes Vio, Aldi tersenyum melihat kekawatiran di wajah Vio...
"Dokter juga manusia." suara Aldi masih lemah.
"Makasih udah nolongin aku..." Aldi menatap Vio yang agak kikuk.
"Ma'af, Vio cuma ikutin intruksi Radit jadi Vio melakukannya." Vio menunduk. Aldi hanya tersenyum.
"Periksa yuk!" Ajak Vio, Aldi menggelengkan kepalanya.
"Aku udah baikan, cuma kecapean aja."
"Ya sudah Vio pulang dulu mau ganti baju, nanti Vio kesini lagi," Aldi mengangguk.
Setelah mandi, Vio mengambil Anggur sama Apel di kulkas dan kembali lagi nemenin Aldi, setelah memotong- motong Apel Vio menyuruh Aldi memakannya, Aldi tidak protes.
"Setelah selesai istirahat lagi ya! Vio mau keApotik dulu beli obat." tapi sebelum Vio membalikan badannya tangan Vio ditahan Aldi, dan menggeleng.
"Kamu di sini aja!" perintahnya, aneh Vio menganggukan kepalanya tanpa merasa keberatan, Vio duduk lagi di kursi menghadap Aldi tanpa berani menatap mata Aldi. Aldi berbaring lagi dan mamajamkan matanya tapi tangannya masih menggenggam tangan Vio, Vio menunggu Aldi terlelap dan menarik pelan tangan Vio, setelah yakin Aldi tertidur nyenyak Vio keluar dan menunggu di ruang TV. tidak lama Radit datang membawa obat dan di sambut protes Vio.
"Intruksimu tadi malem exstrim banget Dit? Vio jadi malu sama Aldi." Vio cemberut, Radit tertawa,
"Udah tau exstrim kamu ikutin..." Vio melotot,
"Vio tidak punya pilihan, demamnya sangat tinggi..." Radit makin ketawa,
"Gimana tubuh Aldi, bagus kan?" wajah Vio memerah seketika, Radit segera menghindari amukan Vio, masuk kekamar Aldi dan menyuruh Aldi minum obat yang di bawanya.