"Apa maksud ucapanmu itu?" tanyaku. Arata mendesis lalu bangkit dari duduk. Lelaki itu berjalan pelan, sedikit menjauhi aku dan berdiri membelakangiku. Aku yang tak mengerti, hanya bisa mengernyitkan dahi sembari menunggu jawaban darinya.
"Aku tahu kalau kau terpaksa melakukan semua pekerjaan yang diperintahkan oleh orang tuamu. Papamu yang menginginkan kau menjadi direktur utama dan Mamamu ingin kau menjadi penyanyi. Pasti sangat sulit untukmu menjalani dua pekerjaan itu sekaligus, bukan? Makanya kau memutuskan untuk memilih salah satunya. Siapa yang paling kejam dalam melakukan penyiksaan, maka kau akan memilih orang itu. Tentu saja kau terpaksa memilih karena kau takut dengannya," kata Arata. Dia berbalik menghadap ke arahku dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Dengan terpaksa ku anggukkan kepalaku. Dia sudah tahu, rasanya percuma saja untuk menutupi hal ini darinya.
"Jadi … Papamu itu lebih kejam daripada Mamamu?" tanya dia.